Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
EKONOM Bank Permata Josua Pardede memperkirakan ruang kebijakan Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga semakin sempit.
"Hal ini terutama jika dilihat dari indikator fundamental perekonomian Indonesia," kata Josua, Kamis (23/11).
Defisit transaksi berjalan pada 3Q23 menyempit menjadi 0,25% PDB, menandakan terbatasnya dampak normalisasi harga komoditas.
Baca juga: Perekonomian Indonesia Solid, BI Harus Tahan Suku Bunga di 6%
Sementara itu, Rupiah juga mengalami rebound dalam 3 minggu terakhir, mencerminkan masuknya investor asing di pasar keuangan.
Kondisi tersebut akan mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah, yang pada gilirannya akan membatasi risiko impor inflasi.
Baca juga: Rupiah Kembali Menguat karena Perekonomian Terjaga
Sementara itu, inflasi dalam negeri juga masih tercatat di bawah 3% yang menunjukkan relatif stabilnya tingkat harga di Indonesia.
"Kami memperkirakan BI akan mempertahankan BI-7DRRR pada level 6,00% setidaknya hingga paruh pertama tahun 2024," kata Josua.
Keputusan BI mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) sebesar 6,00% pada pertemuan November 2023, karena BI memandang inflasi pada tahun 2024 akan stabil di kisaran 3,2%.
"Sehingga keputusan ini mendukung BI untuk mempertahankan suku bunga kebijakan," kata Josua.
Lebih lanjut, BI menyatakan bahwa keputusan kebijakan yang diambil akan bergantung pada data, sehingga BI tidak akan memiliki target suku bunga kebijakan yang ketat, terutama di tengah tingginya ketidakpastian global. (Try/Z-7)
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
IHSG berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Kamis, 17 Juli 2025. Hal ini didorong oleh sentimen positif dari kebijakan suku bunga acuan BI dan tarif impor AS.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
Bank Indonesia (BI) pada Selasa-Rabu, 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25%
Sudah saatnya Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan. Pasalnya, kesepakatan tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sudah terjadi.
Inflasi pada Juni 2025 tercatat sebesar 1,87% (yoy), naik dari 1,60% pada Mei 2025, namun masih berada dalam target Bank Indonesia sebesar 1,5%–3,5%.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa 15 Juli 2025, diperkirakan mengalami koreksi sementara atau pullback ke kisaran 7.055.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved