Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
Pelaku pasar berpandangan Bank Indonesia mesti menahan suku bunga acuan di level 6%. Pasalnya, perekonomian nasional dianggap dalam kondisi baik.
"Dengan mempertimbangkan solidnya perekonomian dalam negeri yang dicerminkan dengan menguatnya nilai rupiah dan juga laju inflasi yang stabil, BI punya ruang untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6%," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Kamis (23/11)
Terkait keputusan BI yang menaikkan suku bunga ke level 6%, ia melihat itu sebagai upaya menjaga atau mengantisipasi apabila The Fed menaikkan suku bunga kembali. Langkah itu diartikan sebagai usaha untuk menjaga capital outflow.
Baca juga: IHSG Menguat Jelang Keputusan Suku Bunga BI
"Dengan demikian, meski volatilitas pasar keuangan global masih tinggi, perekonomian dalam negeri masih kuat. Secara konsensus, pasar BI masih mempertahankan suku bunga acuannya di level 6%," kata Nico.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI) akan digelar hari ini untuk membahas kebijakan suku bunga acuan. Pertemuan tersebut dilaksanakan di tengah kondisi global yang tidak menentu. Risalah pertemuan bank sentral AS atau FOMC Meeting The Fed menunjukkan pejabat The Fed akan mempertahankan kebijakan moneter yang restriktif, sehingga kecil kemungkinan akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. (Z-11)
Baca juga: BI dan Monetary Authority of Singapore Resmikan QRIS Cross Border
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Senin, 25 Agustus 2025, dibuka menguat 73,72 poin atau 0,94% ke posisi 7.932,57.
The Fed mempertahankan suku bunga dengan kisaran 4,25%-4,5%, meski ada tekanan dari Presiden AS Donald Trump.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
Kemampuan yang dimiliki itu dapat diasah sehingga mampu berpartisipasi dalam upaya peningkatan ekonomi di daerah, bahkan nasional.
Perekonomian NTB menjadi bergairah dengan adanya Fornas kali ini.
SEJUMLAH pasal yang mengatur berbagai aspek terkait tembakau pada PP Nomor 28 Tahun 2024 menuai kritik. Aturan ini dinilai berdampak negatif terhadap industri dan petani dalam negeri,
KOTA Batu tak hanya lekat dengan suguhan pemandangan alam, kabut, dan kesejukan udara, tetapi juga hamparan perbukitan dan perkebunan milik warga hadir memanjakan mata.
PEMERINTAH dinilai perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan Over Dimension Overloading (ODOL) serta mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved