Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
Perhimpunan Bank-Bank Nasional (PERBANAS) meyakini bahwa industri perbankan Indonesia akan siap menghadapi kondisi perekonomian global yang serba tidak pasti, dengan ditopang oleh resiliensi di sisi likuiditas, pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga yang stabil, serta pengelolaan risiko yang prudent.
Hal itu disampaikan oleh para narasumber pakar pada Focus Group Discussion (FGD) sebagai bagian dari rangkaian acara Media Gathering PERBANAS yang diadakan di Hotel Mason Pine, Padalarang, Jawa Barat, pada Kamis, 23 November 2023.
FGD tersebut dimulai dengan sambutan Ketua Umum Perbanas Kartika Wirjoatmodjo dan sesi diskusi pertama, yaitu paparan mengenai kondisi perekonomian global dan domestik serta dampaknya terhadap sektor keuangan nasional oleh Winang Budoyo, Chief Economist Bank BTN dan Tim Ekonom PERBANAS. Kemudian dilanjutkan oleh Bayu Krisnamurthi, Guru Besar IPB serta Pakar Pertanian, Pangan, Energi, dan Perdagangan.
Baca Juga : BI : Kenaikan UMP Tidak Akan Berdampak ke Inflasi
Pada sesi kedua, Junito Ahmad Haryono selaku Pengamat Pasar Uang memaparkan kondisi serta prospek sektor keuangan khususnya industri perbankan. Ristiawan Suherman, Presiden Direktur CIMB Niaga dan Pengurus Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menjadi narasumber kedua dengan paparannya tentang prospek dan tantangan industri pembiayaan. Narasumber terakhir yakni Yuddy Renaldi, Direktur Utama Bank BJB, yang membagikan tentang kinerja ekonomi daerah dan Bank Pembangunan Daerah hingga kini serta prospeknya.
PERBANAS mengadakan FGD tersebut sebagai langkah proaktif untuk menyediakan wadah berdiskusi bagi para awak media serta pengurus perhimpunan yang datang dari berbagai bank umum di Indonesia. Dengan memberikan pemahaman yang tepat dan mendalam mengenai kondisi dan prospek perekonomian global serta domestik, PERBANAS berharap dapat menjadi mitra utama para jurnalis dalam menyebarkan informasi bermanfaat bagi publik dan para pengambil keputusan.
“Di tengah kondisi yang tidak pasti, baik di dalam negeri maupun secara global, terdapat urgensi untuk memahami bagaimana kondisi dinamika perekonomian global dan domestik sehingga kita dapat memaksimalkan peluang di tengah perlambatan global. Melalui acara Media Gathering ini, kami harapkan dapat menjadi wadah yang baik dan tepat untuk berdiskusi, mendapat masukan, serta pandangan dari para panelis, sehingga dapat mewujudkan perbankan yang lebih solid dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Ketua Umum PERBANAS Kartika Wirjoatmodjo dalam sambutannya.
Berdasarkan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), perekonomian dunia pada tahun 2023 dan 2024 bertumbuh masing-masing sebesar 3% dan 2,9%, yang menunjukkan adanya risiko ekonomi dan geopolitik yang terus berlanjut sehingga akan menghambat laju ekonomi. Namun, Bank Dunia (World Bank) memiliki pandangan yang lebih positif terhadap ekonomi pada 2024, sejalan dengan normalisasi suku bunga dan inflasi.
Di sisi perekonomian domestik, Indonesia berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 5%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan Indonesia pada kuartal II-2023 mencapai 5,17% (year-on-year) yang ditopang oleh pemulihan sektor manufaktur dan stabilitas kinerja sektor pertanian. Namun, terdapat depresiasi nilai tukar rupiah yang dapat berdampak bagi sejumlah sektor industri dan perdagangan akibat kebijakan suku bunga acuan bank sentral Amerika (The Fed).
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi juga didukung oleh kinerja sektor perbankan yang saat ini stabil kendati terdapat pengetatan likuiditas global. Pada semester II-2023, rasio kecukupan modal (CAR) perbankan Indonesia terjaga pada level 27,6%, serta rasio kredit bermasalah (NPL) bruto menurun ke level 2,3%. Penyaluran kredit yang bertumbuh sebesar 7,76% (y-o-y) terus mendukung aktivitas perekonomian. Bank Indonesia memperkirakan kredit perbankan nasional akan tetap tumbuh positif pada tahun 2024, yaitu sekitar 8% hingga 11%. Angka tersebut kurang lebih sama dengan target tahun ini yaitu 9% hingga 11%, namun dengan batas bawah yang lebih rendah.
Pada saat yang sama, Indonesia akan menghadapi tahun Pemilu pada 2024 yang diperkirakan dapat mempengaruhi risk appetite para investor dan pelaku usaha, yang cenderung wait and see hingga terdapat kepastian mengenai hasil kontestasi politik serta perubahan yang akan ditimbulkannya. Beberapa investor dan pelaku usaha, terutama pada bisnis-bisnis yang sangat sensitif terhadap perubahan regulasi, cenderung mengurangi investasi dalam rangka membendung eksposur risiko dari ketidakpastian pada tahun politik. Namun, beberapa dari mereka mengaku tidak terpengaruh dan mampu mengambil peluang untuk mengembangkan investasi dan bisnis mereka. (RO/E-1)
PEMERINTAH dinilai perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan Over Dimension Overloading (ODOL) serta mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
PEMERINTAH didorong untuk bisa mengakselerasi belanja negara untuk mendukung perekonomian di dalam negeri.
PERCEPATAN pembentukan Koperasi Desa/ Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih menunjukkan progres yang signifikan. Hingga Jumat (13/6), sebanyak 79.882 unit atau 96% dari target 80.000
DPRD DKI Jakarta merespons rencana pemerintah yang membuka peluang bagi instansi pemerintahan menggelar rapat di hotel.
Ekonom Bright Institute Awalil Rizky menilai inflasi yang rendah hingga terjadinya deflasi berulang merupakan indikasi negatif bagi perekonomian Indonesia.
Sejumlah lembaga internasional telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global lantaran ketidakpastian dan gejolak geopolitik dunia.
Pada Mei 2025 piutang pembiayaan yang disalurkan oleh perusahaan pembiayaan tercatat Rp504,58 triliun, atau tumbuh 2,83% secara tahunan.
INDUSTRI perbankan nasional dinilai masih menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah tekanan global. Pertumbuhan kredit pada Mei 2025 tercatat 8,43%, setara Rp7.900 triliun.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, aset keuangan syariah di luar kapitalisasi saham syariah mencapai Rp2.883,67 triliun sepanjang 2024 atau tumbuh 11,67% secara tahunan.
OJK juga telah meminta bank untuk memantau rekening dormant agar tidak digunakan untuk kejahatan keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunda penerapan ketentuan pembagian biaya atau co-payment dalam produk asuransi kesehatan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved