Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
FUNDAMEN perekonomian Indonesia saat ini relatif kuat dan lebih baik dibanding banyak negara. Ketahanan ekonomi nasional itu banyak ditopang oleh sejumlah indikator perekonomian dalam negeri yang masih menunjukkan kondisi cukup berdaya tahan.
Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Indonesia Economic Outlook yang diselenggarakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Selasa (21/11).
"Fundamen ekonomi kita dibandingkan dengan berbagai negara lain relatif jauh lebih baik, dan di Indonesia termasuk dalam top five ekonomi di dunia dan ketahanan ekonomi masih resilience," ujarnya.
Baca juga : Perekonomian Indonesia Tetap Solid, Inflasi Terkendali, dan PMI Terus Ekspansif
Airlangga mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2023 berada di angka 4,94%. Angka itu dinilai masih cukup baik kendati mengalami sedikit perlambatan. Dengan kondisi itu, pertumbuhan ekonomi dalam tahun berjalan berada di angka 5,05%.
Pertumbuhan ekonomi yang relatif kuat itu juga diikuti dengan terkendalinya angka inflasi di kisaran target pemerintah. Per Oktober 2023, misalnya, angka inflasi umum Indonesia berada di angka 2,56%, jauh lebih baik dibanding banyak negara.
Selain itu, lanjut Airlangga, tingkat utang Indonesia juga berhasil dikendalikan di batas yang cukup rendah. Setidaknya hingga saat ini utang pemerintah berada di level 39% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Baca juga : Outlook Perekonomian Indonesia 2024: Optimisme Penguatan Ekonomi Nasional
"Utang kita kurang dari 40% terhadap PDB, bandingkan negara-negara lain apakah Jepang atau Amerika yang seluruhnya lebih dari 100% PDB. Tidak banyak negara yang bisa mengendalikan pertumbuhan inflasi dan inklusitas ekonomi seperti Indonesia," terang Airlangga.
"Dengan posisi tersebut pemerintah yakin bahwa tahun depan ekonomi masih solid dan berbagai lembaga memperkirakan pertumbuhan kita masih di angka 5,2%. Tentu kami akan terus memperhatikan berbagai risiko, kita perlu mengantisipasi berbagai ketidakpastian global di masa mendatang," sambungnya.
Keseimbangan Fiskal Surplus
Baca juga : Menko Airlangga: Keberlanjutan Kebijakan Ekonomi Bisa Jadikan Indonesia Negara Maju
Di kesempatan yang sama, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Abdurrahman mengatakan, fundamen perekonomian Indonesia yang baik tak terlepas dari upaya pemerintah mengelola fiskal negara dengan baik. Prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kebijakan fiskal itu tampak dari defisit anggaran yang dapat ditekan.
"Kebijakan kita cukup pruden dan juga defisit dan utang. Kalau dibandingkan banyak negara, defisit kita sudah mengalami perbaikan signifikan. AS ketika pandemi defisit 14%, membaik, namun masih di atas 3%, India bahkan masih 10%, ini menyebabkan rasio utang kita, termasuk yang sangat rendah dan dalam tren yang menurun," jelasnya.
Adapun hingga September 2023, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tercatat mengalami surplus sebesar Rp67,7 triliun, setara 0,32% terhadap PDB. Itu terjadi lantaran kinerja penerimaan negara masih lebih besar dibanding realisasi penggunaan dana belanja negara.
Baca juga : ASEAN Tekankan Pentingnya Upaya Inklusif dan Kolaboratif dari Sektor Swasta
Pengelola Keuangan Negara memperkirakan anggaran 2023 nantinya akan mengalami defisit 2,28% terhadap PDB, setara Rp486,4 triliun. Itu terjadi lantaran akan ada peningkatan belanja pemerintah di triwulan IV 2023.
"Posisi keseimbangan fiskal kita masih surplus 0,3% dan penerimaan pajak masih tumbuh positif. Ini sebenarnya karena desain fiskal kita yang konservatif tahun ini, kita melihat ini adalah tahun yang sulit, sehingga desainnya kita buat konservatif, ini jauh lebih baik dari yang kita targetkan sebelumnya," jelas Abdurrahman.
Sedangkan Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Habib Rab menyatakan sependapat mengenai kondisi fundamen perekonomian Indonesia yang masih berdaya tahan dan relatif lebih baik ketimbang banyak negara. Hal itu menurutnya dapat dilihat dari rasio utang, daya saing, dan kondisi makroekonomi dalam negeri yang memiliki performa cukup baik.
Baca juga : Perekonomian Indonesia Tumbuh Kuat dan Cetak 5,17% di Kuartal II 2023
"Yang kami lihat adalah kinerja manajemen makroekonomi Indonesia sangat baik. Kinerjanya sangat baik dalam hal pembangunan infrastruktur. Ini juga memiliki kinerja yang cukup dalam hal tata kelola sektor publik," jelas Rab.
"Keuntungan daya saing akan lebih besar pada pembukaan pasar, pasar keuangan, pasar perdagangan barang, pasar input dan pasar internasional. Hal ini akan menjadi pendorong penting bagi tahap pertumbuhan ekonomi selanjutnya," pungkasnya. (Z-4)
Baca juga : Jaga Momentum Perekonomian Tetap Kondusif Pasca G20
Skema kerja sama merupakan bagian dari kesepakatan tarif timbal balik antara kedua negara.
Airlangga Hartarto mengungkapkan sejumlah komoditas yang tengah diperjuangkan agar mendapat tarif impor lebih rendah dari 19% saat masuk ke pasar Amerika Serikat (AS).
PEMERINTAH Indonesia dan Amerika Serikat telah sepakat untuk menyusun protokol keamanan dalam menjaga data pribadi warga negara Indonesia (WNI)
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan Indonesia menunggu hasil negosiasi tarif dengan pemerintah Amerika Serikat.
Penyelesaian IEU-CEPA ditandai dengan penandatanganan dan pertukaran surat antara pemerintah Indonesia dan Komisi Eropa.
Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyepakati kemitraan strategis Indonesia-Uni Eropa.
LAPORAN Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta mencatat inflasi sebesar 0,13% pada Juni 2025 dibanding bulan sebelumnya.
Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat laju inflasi pada Juni 2025 di wilayah ini sebesar 0,23% (month-to-month - mtm).
INFLASI bulanan pada Juni 2025 tercatat sebesar 0,19%, ditandai dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,07 pada Mei menjadi 108,27.
Pada pertengahan Juni 2025, harga beras di beberapa pasar tradisional Kabupaten Deli Serdang naik hingga 3,4% dibanding bulan sebelumnya.
Reorientasi belanja daerah sebagai bantalan fiskal yang tangguh dapat menjadi strategi lain guna mengendalikan inflasi daerah.
BANK Indonesia(BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di angka 5,50%. Keputusan itu diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved