Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Di era transisi energi, PT Pertamina (Persero) gencar mendorong investasi-investasi bisnis hijau untuk menurunkan emisi karbon. Sebanyak 15% rata-rata belanja modal atau capital expenditure (capex) bisnis upstream, midstream, hingga downstream Pertamina akan dialokasikan untuk pengembangan bisnis karbon, tenaga surya, panas bumi (geotermal), dan lainnya.
Tak hanya itu, Pertamina juga mengembangkan pemakaian teknologi penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (Carbon Capture Utilization and Storage/CCUS) di kilang-kilang minyak dan gas (migas) yang dikelola.
"Meski kami masih mengoperasikan aset-aset migas, tetapi kami terus melakukan penetrasi bisnis hijau untuk pengurangan emisi karbon dari bisnis warisan kami," ujar Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam Bloomberg CEO Forum at ASEAN, di Jakarta, Rabu (6/9).
Pertamina tengah mengembangkan kilang hijau atau green refinery guna memproduksi bahan bakar yang ramah lingkungan. Terdapat tiga kilang hijau Pertamina yang menghasilkan bioenergi, yakni Kilang Cilacap di Jawa Tengah, Kilang Plaju di Palembang, Sumatra Selatan, dan Kilang Dumai di Riau.
Baca juga: PDB ASEAN Bisa Melesat ke Angka US$1 Triliun di 2030, Jika Transisi Energi Berhasil
"Kami juga mengubah kilang-kilang untuk bisa memproduksi bioenergi. Dari tujuh kilang, tiga diantaranya dikonfigurasi menjadi kilang hijau," ucap Nicke.
Pertamina, lanjutnya, juga berperan strategis dalam pengelolaan energi panas bumi dengan mengoperasikan 15 wilayah kerja (WK) di Indonesia. Proyek panas bumi tersebut tercatat mampu memproduksi geotermal setara listrik sebesar 4.524 gigawatt per hour (GWh).
15 WK geotermal yang dikelola Pertamina adalah Gunung Sibuali-Buali di Sumatra Utara, Gunung Sibayak-Sinabung di Sumatra Utara, Sungai Penuh Kerinci di Jambi, Hululais di Bengkulu, Lumut Balai dan Margabayur di Sumatra Selatan, Way Panas di Lampung, Kamojang Darajat di Jawa Barat, Karaha Cakrabuana di Jawa Barat, Pangalengan di Jawa Barat, Cibeureum Parabakti di Jawa Barat, Tabanan di Bali, Lahendong di Sulut, Gunung Lawu di Jawa Tengah, Seulawah di Nanggroe Aceh Darussalam, dan Kotamobagu di Sulawesi Utara.
Untuk proyek CCUS, Nicke mengaku optimis Indonesia bisa menjadi pusat (hub) penyimpanan emisi karbon (carbon storage) di regional. Itu karena memiliki potensi besar terhadap kapasitas penyimpanan karbon dioksida (CO2) hingga 400 giga ton CO2 di sumur migas yang ada di Tanah Air. Teknologi CCUS digunakan sebagai upaya mitigasi untuk mengurangi emisi CO2 ke atmosfer.
"Kita bisa mengembangkan CCUS hub regional karena ada potensi yang besar itu. Juga, menjadi penting kehadiran perdagangan karbon agar bisnis CCUS menjadi lebih layak secara ekonomi," jelas Dirut Pertamina.
Baca juga: ASEAN dalam Fase Kritis Transisi Energi
Ekspansi Bisnis
Nicke juga menguraikan tekad Pertamina untuk melakukan ekspansi bisnis secara global. Pada kunjungan kerja Pertamina keempat negara di Afrika yaitu Kenya, Tanzania, Mozambik dan Afrika Selatan, pada Minggu-Kamis, 20-24 Agustus 2022 lalu, perusahaan pelat merah itu melakukan penandatanganan komitmen kerja sama di bidang hulu atau upstream, midstream, hilir, atau downstream.
"Kami mengembangkan bisnis terintegrasi upstream hingga downstream di Afrika. Seperti, pengembangan bisnis terpadu upstream di refinery (kilang). Kami juga akan mengamankan pasokan minyak mentah dari operator," tutur Nicke.
Dalam keterangan resmi Pertamina disebutkan, terdapat dua nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) yang terjalin saat lawatan ke Kenya, yakni kerja sama dengan Africa Geothermal International Limited (AGIL) serta National Oil Corporation of Kenya (NOCK). Penandatanganan dilakukan melalui anak usaha subholding Pertamina New Renewable Energy (NRE), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan anak usaha subholding Pertamina Upstream PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP).
Di Tanzania, Pertamina meneken MoU dengan Tanzania Petroleum Development Company (TPDC), di bidang eksplorasi dan produksi hulu serta hilir migas di wilayah Tanzania. Perusahaan negara itu akan masuk ke dalam bisnis pengelolaan Blok Gas Mnazi Bay di Tanzania dan pengolahan gas alam menjadi bahan kimia dan pupuk.
Sedangkan, di Mozambik, PIEP juga menandatangani MoU dengan Buzi Hydrocarbons Pte. Ltd. (BHPL) untuk mengkaji potensi di sektor migas mulai dari upstream (hulu) midstream (pengolahan), downstream (hilir), hingga pembangkit listrik tenaga gas.
Nicke menyampaikan gas yang dihasilkan untuk pengembangan elpiji di Mozambik dan kemudian hasilnya akan dibawa ke Indonesia.
"Kami akan memperluas operasi kami di Afrika. Kami akan mengembangkan industri downstream dengan menghasilkan hidrogen, amonia, metanol, yang bisa kita bawa ke Indonesia," tegas Nicke dalam Bloomberg CEO Forum.
Terpisah, Direktur Utama Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) Dannif Danusaputro telah menyatakan minat investasi dalam penyediaan tenaga listrik berbasis gas maupun energi terbarukan di Afrika.
"Kami mengidentifikasi potensi permintaan listrik yang masih cukup tinggi di Afrika. Begitu juga untuk energi terbarukan seperti energi surya," ucapnya dalam keterangan resmi.
Dannif menerangkan sebelumnya Pertamina telah menandatangani nota kesepahaman dengan Guma Group, perusahaan lokal yang fokus di investasi dan peningkatan infrastruktur di Afrika, untuk wilayah kerja sama Kenya, Afrika Selatan dan Republik Demokratik Kongo. Komitmen itu terkait kerja sama pengembangan dan optimalisasi pipa gas, pengembangan pembangkit listrik tenaga gas, serta pengembangan fasilitas ekspor listrik ke Afrika Selatan yang akan melibatkan Pertamina NRE.
Bahan Bakar Ramah Lingkungan
Dalam rangkaian event ASEAN Indonesia 2023 Bloomberg Executive Lunch Session, Rabu (6/9), Direktur Utama PT Pertamina International Shipping (PIS) Yoki Firnandi mengatakan pihaknya akan mengoperasikan bahan bakar kapal yang lebih ramah lingkungan. Seperti menggunakan bahan bakar liquefied natural gas (LNG), amonia hijau, hidrogen hijau, atau LPG dual fuel.
"Jadi, konsumsi bahan bakar fosil di kapal kita akan dikurangi sekitar 30% dan kita bisa menampung jenis bahan bakar baru seperti LNG. Itu rencana ke depan kami," terang Yoki.
PIS, sambungnya, juga telah memakai teknologi untuk mengurangi gas buang kapal dengan menggunakan bahan bakar kapal rendah sulfur dengan peralatan yang bisa membantu menurunkan gas buang atau emisi kapal yang dimiliki.
Dalam perhitungan PIS, sebanyak US$1,6 miliar atau setara Rp24,6 triliun (kurs Rp15.381) akan dikucurkan untuk mendatangkan kapal-kapal baru yang digunakan untuk 10 tahun ke depan. Anak usaha Pertamina itu telah mengoperasikan lebih dari 300 kapal dan berlayar di 26 rute internasional.
"Kami mengadopsi teknologi terbaru dalam pergeseran kita untuk menghasilkan lebih sedikit emisi. Kita berinvestasi dalam menghadirkan kapal yang jauh lebih modern dan ramah lingkungan," tutupnya.
(Z-9)
Transisi energi peralihan dari energi berbasis karbon menuju sumber energi bersih dan terbarukan seperti surya, angin, air, dan geotermal kini dipandang sebagai kebutuhan moral
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 dinilai berpotensi menghambat momentum Indonesia dalam merealisasikan transisi energi.
MedcoEnergi memperkuat posisinya sebagai pemain kunci dalam transisi energi di kawasan Asia Tenggara melalui pengembangan portofolio yang terdiversifikasi.
Namun, Herry pun menyoroti bahwa transisi energi dan pertumbuhan ekonomi dari sektor pertambangan di Indonesia dapat berjalan mulus jika didukung strategi yang tepat.
Kerja sama ini mencakup sejumlah inisiatif strategis, di antaranya pelatihan dan sertifikasi kompetensi di bidang transisi energi berkelanjutan
Koaksi Indonesia merekomendasikan agar pemerintah segera menyusun strategi nasional reskilling dan upskilling berbasis peta jalan green jobs.
Polri melalui gugus tugas ketahanan pangan juga telah aktif menggerakkan masyarakat dan kelompok tani untuk menanam jagung, serta mendukung distribusi hasil panen.
Melalui momentum Hari Bumi yang diperingati setiap 22 April, BNI meluncurkan inisiatif baru lewat Program BNI UMKM Ramah Lingkungan.
Satgas tersebut diharapkan dapat mengiringi Indonesia mencapai target pengurangan emisi sebesar 31,89% secara mandiri dan hingga 43% dengan dukungan internasional pada tahun 2030.
DEPUTI Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi menuturkan pemerintah terus aktif menggaet investasi ekonomi hijau.
Stella menjelaskan bahwa pemerintah akan mengadaptasi kurikulum, mengajarkan vokasi, dan penyelarasan program perguruan tinggi sesuai dengan kebutuhan industri.
Upaya mendorong ekonomi hijau terus dilakukan PT Bank Negara Indonesia (BNI) demi mendukung program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved