Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kadin Gandeng Australia untuk Pasok Litium untuk Kendaraan Listrik RI

Insi Nantika Jelita
06/7/2023 13:49
Kadin Gandeng Australia untuk Pasok Litium untuk Kendaraan Listrik RI
Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid.(Antara)

KAMAR Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menjajaki peluang kemitraan dalam mineral kritis dengan Australia untuk pengembangan industri baterai dan kendaraan listrik (electric vehicle/EV), seperti memasok litium ke Tanah Air. Kerja sama dilakukan karena Australia merupakan pemasok utama litium, sementara Indonesia merupakan produsen terbesar untuk nikel. Dua komponen vital dalam industri baterai kendaraan listrik.

Penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dilakukan oleh Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid dengan Perdana Menteri Australia Barat Hon Roger Cook MLA, pada Selasa (4/7). Langkah ini sebagai tindak lanjut dari MoU sebelumnya untuk implementasi kerja sama yang akan dilaksanakan pada 2023–2025 guna mewujudkan pengembangan industri baterai kendaraan listrik terintegrasi.

"MoU ini telah membuka pintu yang lebih lebar bagi Indonesia dan Australia dalam mengkapitalisasi inovasi bersama untuk memperkuat posisi di rantai pasok global," ujar Arsjad dalam keterangan yang dikutip Kamis (6/7).

Baca juga: Indonesia-Australia Sepakat Kerja Sama Bikin Baterai Kendaraan Listrik

Arsjad mengatakan kedua negara memiliki cadangan yang cukup penting untuk produksi baterai dengan potensi saling melengkapi untuk mewujudkan kerja sama yang saling menguntungkan.

“Kami melihat ada hasrat luar biasa untuk kerja sama yang lebih luas antara Indonesia, ASEAN dan Australia. Seperti investasi bersama pada area-area strategis dalam pembangunan ekonomi kedua negara," ucap Arsjad.

Australia dianggap sebagai mitra dagang terbesar ke-10 bagi Indonesia dengan nilai perdagangan US$12,64 miliar di 2021. Sebagai representasi pelaku usaha di Indonesia, lanjut Arsjad, Kadin mendorong berbagai upaya untuk menghubungkan lebih banyak bisnis dari berbagai sektor antara Indonesia dan Australia, termasuk kerja sama suplai litium.

Baca juga: Bahlil Minta UL Solutions Dukung Pengembangan Ekosistem EV di Tanah Air

Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia dan Vanuatu Siswo Pramono menambahkan, kedua negara dapat berkontribusi lebih besar pada rantai pasok global untuk kebutuhan baterai dan mineral penting dunia. Indonesia diproyeksikan menjadi pusat pengolahan dengan potensi cadangan nikel dan tenaga kerja Indonesia yang berlimpah.

"Lalu, dengan kemudahan akses berbagai bahan baku seperti litium dan didukung oleh standar dan keahlian dari Australia," ucapnya.

Indonesia Minim Stok Litium

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan telah mengakui Indonesia sulit menjadi raja atau penguasa baterai kendaraan listrik dunia, karena tidak memiliki stok litium. Ini disampaikan Luhut saat menghadiri roundtable meeting yang dijembatani antara Australia Indonesia Business Council bersama Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Perth, Australia, Senin (13/2) lalu.

Luhut menjelaskan, meski Indonesia kaya akan nikel dengan 52% cadangan nikel dunia berasal dari Indonesia, berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dianggap belum mampu menjadikan Indonesia sebagai raja baterai kendaraan listrik dunia

"Ini karena kita tidak punya lithium yang notabene menjadi bahan utama pengembangan industri baterai kendaraan listrik," ucap Luhut.

Australia dinilai sebagai investor potensial untuk berinvestasi baterai kendaraan listrik.

"Untuk itu, kami perlu mendapatkan kepercayaan agar bisa bekerja sama dengan salah satu raksasa litium dunia," pungkasnya.

(Z-9)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya