Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENGAMAT ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda mengungkapkan bahwa melemahnya purchasing managers' index (PMI) pada saat ini disebabkan oleh kondisi global yang tengah bergejolak dan juga karena inflasi tinggi yang terjadi di beberapa negara Eropa.
Menurutnya, kedua hal tersebut tentunya membuat permintaan dari pasar-pasar global terhadap produk manufaktur Indonesia melemah.
"Penurunan permintaan ini terutama berasal dari industri-industri orientasi ekspor, seperti tekstil. Ditambah lagi dengan kondisi pasar domestik yang belum pulih sepenuhnya," ujarnya kepada Media Indonesia, Jumat (16/6).
Baca juga: Pengusaha Ungkap Beberapa Faktor Penyebab Indeks PMI Manufaktur Melemah
Kemudian, lanjutnya, dari sisi supply juga sedang mengalami gejolak yang disebabkan oleh faktor geopolitik antara Rusia-Ukraina. Tentunya hal tersebut membuat beberapa input produksi dari kedua negara menjadi terganggu.
"Dampak dari semua adalah akan adanya de-industrialisasi yang terus terjadi dan bisa memburuk. Kemudian utilitas industri dan penyerapan tenaga kerja akan semakin terhambat, serta pengangguran semakin tidak terserap. Jadi dampaknya berantai," tuturnya.
Baca juga: Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh 5,07%, Didorong IKN dan Pemilu 2024
Oleh karena itu, ia mengatakan, pemerintah perlu memperkuat pangsa pasar domestik dan mencari demand baru selain negara tradisional. Selain itu, dari sisi supply, pemerintah juga perlu mencari sumber input baru dari negara-negara yang lainnya.
"Penguatan pangsa pasar domestik sangat diperlukan dalam meningkatkan indeks PMI agar tidak semakin memburuk. Pemerintah juga harus mencari sumber input baru dari negara-negara lainnya," pungkasnya. (Fik/Z-7)
Perbedaan ekonomi Indonesia dengan ekonomi negara lain adalah dukungan konsumsi domestik.
BANK Indonesia mengamati ketidakpastian perekonomian global kembali meningkat dengan kecenderungan risiko pertumbuhan yang melambat dan kebijakan suku bunga moneter di negara maju
Di AS, tekanan inflasi masih tinggi terutama karena keketatan pasar tenaga kerja, di tengah kondisi ekonomi yang cukup baik dan tekanan stabilitas sistem keuangan (SSK)
MEMASUKI semester II-2023, meski berperfoma baik, ekonomi Indonesia dibayang-bayangi oleh awan mendung gejolak perekonomian global.
PASCACOVID-19, arah tren pertumbuhan ekonomi global dan domestik menjadi perhatian yang sangat besar. Berikut lima hal yang harus diwaspadai pebisnis.
KINERJA Lapangan Usaha (LU) Industri Pengolahan pada triwulan I-2023 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan masih pada fase ekspansi.
PEREKONOMIAN Indonesia disebut berada dalam kondisi yang cukup stabil dan baik. Hal itu terlihat dari posisi Purchasing Managers Index (PMI) yang konsisten berada di level ekspansi
Sejumlah data indikator ekonomi hari ini menjadi perhatian pelaku pasar keuangan dalam negeri. Pasar menanti rilis data indeks manufaktur dan inflasi sepanjang Juli 2023.
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menilai harus ada langkah nyata dalam mengatasi kesenjangan antar-wilayah dengan jurang yang sangat lebar tersebut.
Menkeu Sri Mulyani ungkap perekonomian Indonesia masih relatif lebih baik dibanding banyak negara. Berbagai indikator ekonomi domestik menunjukkan kondisi yang cukup kuat
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved