Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
REALISASI kinerja perekonomian Indonesia menunjukkan capaian yang patut diapresiasi. Angka pertumbuhan 5,03% di triwulan I 2023 secara tahunan turut melanjutkan tren perekonomian nasional yang mampu tumbuh di atas 5% sejak triwulan IV 2021.
Berbagai indikator utama perekonomian dalam negeri mencatatkan kinerja positif, mendongkrak kinerja ekonomi secara menyeluruh. Demikian disampaikan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Lestari Moerdijat dalam Forum Diskusi Denpasar 12 bertajuk Indikator Ekonomi Indonesia Q1 dan Masa Depan USD secara daring, Rabu (10/5).
"Sektor potensial yang menjadi indikator penting dalam pertumbuhan ekonomi kita sebenarnya menunjukkan Indonesia mampu mengendalikan situasi. Data dari BPS sendiri, pertumbuhan ekonomi kita masih tercatat cukup baik. Kenaikan tersebut juga dapat dilihat dari 2022 ke 2023 sudah kembali ke tren sebelum pandemi," ujarnya.
Baca juga : Ketidakpastian Dunia Tinggi, Indonesia Dinilai Punya Peluang untuk Maju
Karenanya, Lestari menilai, tugas utama yang perlu dilakukan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait ialah menjaga dan mendorong peningkatan perekonomian agar pertumbuhan dapat berkelanjutan. Pasalnya dinamika perekonomian dunia banyak diprediksi akan berdampak ke dalam negeri meski hanya bersifat minor.
"Kegiatan perekonomian sudah mulai terasa, mau tidak mau harus diakui belakangan ini, utamanya pada sisi korporasi terdapat dampak yang terjadi akibat situasi dari USD. Apalagi tahun 2023 menjelang 2024 adalah tahun politik, kondisi ekonomi yang positif perlu terus dijaga agar laju pertumbuhan tidak terhambat oleh dinamika yang ada, utamanya politik dan tantangan global," jelasnya.
Baca juga : Ketahui Enam Cara Gimik Kreatif Agar Mampu Memikat Pelanggan
Ekonom sekaligus Rektor Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko mengungkapkan, realisasi pertumbuhan ekonomi di tiga bulan pertama tahun ini berada di atas ekspektasi para ekonom dan pasar. Itu karena Indonesia masih terkena dampak kinerja positif beberapa indikator perekonomian di tahun lalu.
Dampak itu, kata dia, diprediksi bakal menyusut dan akan berakibat pada pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di tiga triwulan berikutnya. Salah satu sebabnya ialah adanya perkiraan kinerja perdagangan yang akan melandai setelah mengalami peningkatan pesat di dua tahun terakhir.
Harga-harga komoditas unggulan yang sempat mengerek kinerja ekspor nasional tengah mengalami normalisasi. Hal itu nantinya akan berdampak pada penurunan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
"Itu akan terasa di triwulan II hingga triwulan IV nanti. Jadi kita belum bisa sepenuhnya lega, karena mungkin tren setelah ini akan lebih berat, sehingga secara umum pertumbuhan ekonomi tahun 2023 bisa jadi lebih rendah dari 2022," jelasnya.
Kondisi itu dinilai bakal menantang. Sebab, Indonesia berkeinginan untuk lepas dari perangkap negara berpendapatan menengah (middle income trap) dan membutuhkan pertumbuhan ekonomi tahunan di atas 5%. Setidaknya, perekonomian perlu tumbuh di kisaran 6% hingga 7% agar bisa lolos dari perangkap itu.
Sementara itu, Direktur Riset dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya mengungkapkan, Indonesia masih menggantungkan kinerja perekonomian pada mesin-mesin pertumbuhan yang kecil. Padahal dibutuhkan mesin pertumbuhan berkekuatan besar untuk meraih pertumbuhan ekonomi yang maksimal.
Hal itu tercermin dari pertumbuhan lima sektor lapangan usaha yang berada di bawah pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2023. Sektor industri, perdagangan, pertambangan, pertanian, dan konstruksi sebagai kontributor utama tercatat memiliki pertumbuhan yang lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi.
Justru sektor yang berkontribusi kecil seperti transportasi, akomodasi dan makan minum, dan jasa lainnya memiliki pertumbuhan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi.
"Jadi sekarang itu ibaratnya kita mau ngebut tapi pakai engine kecil, padahal kalau mau jangka panjang harus mengandalkan engine besar dari 5 sektor itu," jelas Berly.
Diketahui sebelumnya, perekonomian Indonesia pada triwulan I 2023 tumbuh 5,03% secara tahunan (year on year/yoy). Realisasi itu berada di atas ekspektasi pasar dan membuat Indonesia konsisten mencatatkan pertumbuhan di atas 5% sejak triwulan IV 2021.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi itu masih banyak ditopang oleh konsumsi rumah tangga dari sisi pengeluaran. Komponen tersebut tercatat tumbuh 4,54% (yoy) dan berkontribusi hingga 52,88% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Sementara dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan masih menjadi kontributor utama terhadap PDB nasional. Sektor itu mencatatkan pertumbuhan 4,43% (yoy) dan berkontribusi hingga 18,57% terhadap PDB Indonesia. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik dan global.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan menyebutkan realisasi kinerja perekonomian Indonesia merupakan hal langka lantaran terjadi di tengah situasi global yang masih dalam ketidakpastian tinggi.
"Dari sekian banyak negara-negara, termasuk emerging market, Indonesia termasuk negara yang memiliki kinerja baik. Pertumbuhannya masih di atas 5%, sangat jarang di hari ini," jelasnya dalam konferensi pers KSSK, Senin (8/5).
"Inflasinya turun duluan, itu juga baik, dan kemudian dari sisi fiskal membaik, monetary pruden, dan terjaga. Itu semua kombinasi yang agak langka di hari ini. Jadi kita mendapatkan suatu positif support sentimen karena kinerja ekonomi membaik," lanjutnya. (Z-5)
ARAH pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai semakin suram. Indikator-indikator utama terus melemah, kebijakan publik dianggap belum efektif.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Indonesia membutuhkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi yang tinggi guna mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Langkah pemerintah melakukan deregulasi terkait impor dan kemudahan berusaha diapresiasi.
HIMPUNAN Kawasan Industri Indonesia (HKI) menegaskan perlunya langkah konkret untuk memperkuat ekosistem investasi kawasan industri di tengah target ambisius pemerintah
PENURUNAN tajam peringkat daya saing Indonesia dalam laporan IMD World Competitiveness Ranking 2025 tidak lepas dari merosotnya efisiensi pemerintah dan efisiensi bisnis.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Upaya untuk mewujudkan peningkatan kualitas anak, perempuan, dan remaja masih banyak menghadapi tantangan.
Perlu penguatan kualitas guru dengan mekanisme yang transparan, sehingga mudah diakses.
WAKIL Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mendorong dilakukannya upaya antisipatif dalam menyikapi dampak konflik global terhadap perekonomian nasional.
WAKIL Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mendorong ketersediaan sistem pendidikan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan masyarakat.
SEGERA atasi tantangan struktural yang dihadapi perempuan agar mampu berperan aktif dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Situasi geopolitik dalam beberapa bulan terakhir berdampak signifikan pada berbagai bidang kehidupan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved