Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
HASIL survei Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia menunjukan kinerja Lapangan Usaha (LU) Industri Pengolahan pada triwulan I-2023 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dan masih pada fase ekspansi.
Hal tersebut tecermin dari PMI-BI triwulan I-2023 sebesar 50,75%, lebih tinggi dari 50,06% pada triwulan IV-2022.
"Pertumbuhan PMI-BI ini sejalan dengan kegiatan usaha sub lapangan usaha industri pengolahan triwulan I-2023 hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang tercatat meningkat, dari SBT 0,47% pada triwulan sebelumnya menjadi 1,54% pada triwulan laporan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono, Jumat (14/4).
Baca juga : Pemerintah Waspadai Tren Penurunan Ekspor
Pada triwulan II-2023, kinerja lapangan usaha industri pengolahan diprakirakan kembali meningkat dengan PMI-BI sebesar 54,79%, lebih tinggi dari 50,75% pada triwulan sebelumnya.
"Prakiraan PMI-BI ini sejalan dengan hasil SKDU yang tecermin dari prakiraan SBT kegiatan usaha industri pengolahan triwulan II-2023 yang terakselerasi menjadi 2,52% dari 1,54% pada triwulan 1-2023," kata Erwin.
Adapun komponen penerimaan barang pesanan input dan total jumlah tenaga kerja tercatat membaik meski masih dalam fase kontraksi (indeks <50).
Baca juga : Propan Raya Semarakkan Pameran IFMAC and Woodmac 2022
Pada triwulan I-2023, volume produksi tercatat meningkat dan berada pada fase ekspansi dengan indeks sebesar 52,40%, lebih tinggi dari 50,29%, pada triwulan sebelumnya.
Peningkatannya terjadi pada mayoritas sub lapangan usaha, utamanya pada industri kulit, barang dari kulit dan alas maki, industri alat angkutan, serta industri pengolahan tembakau.
Pada triwulan II-2023, volume produksi diprakirakan meningkat dengan indeks sebesar 56,73%, sejalan dengan permintaan yang meningkat, didukung ketersediaan sarana produksi dan kapasitas penyimpanan.
Baca juga : Carvil Luncurkan Sneakers Ringan Berbahan Phylon
Mayoritas berada dalam fase ekspansi, dengan indeks tertinggi pada industri logam dasar disusul industri tekstil dan pakaian jadi.
Pada triwulan I-2023, komponen volume pesanan varang input tercatat masih berada pada fase ekspansi (threshold >50) sebesar 52,80%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 52,65%.
Peningkatannya terjadi pada industri mesin dan perlengkapan, industri logam dasar, dan industri pengolahan tembakau.
Baca juga : Kemenkeu: Kinerja Manufaktur Indonesia Masih Ekspansif, Inflasi Terkendali
Peningkatan subLU tertinggi tercatat pada industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman, disusul industri tekstil dan pakaian jadi, serta industri furnitur.
Untuk volume persediaan barang jadi menunjukkan peningkatan pada triwulan I-2023 dan masih berada pada fase ekspansi dengan indeks sebesar 51,12%, lebih tinggi dari 50,59% pada triwulan sebelumnya, sejalan dengan peningkatan kineria volume produksi.
Peningkatan volume persediaan barang jadi terjadi pada subLU industri mesin dan perlengkapan, pengolahan tembakau, serta industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman.
Baca juga : Menkeu Sri Mulyani: Kondisi Ekonomi Indonesia Lebih Baik dari Negara Lain
Adapun pada triwulan II-2023, komponen volume persediaan barang jadi diprakirakan melanjutkan tren peningkatan dengan indeks sebesar 57,05% sejalan dengan prakiraan Volume Produksi yang meningkat.
"Seluruh subLU berada pada fase ekspansi, dengan indeks tertinggi pada industri tekstil dan pakaian jadi serta industri barang galian bukan logam," kata Erwin.
Peningkatanny ditopang oleh peningkatan subLU industri alat angkutan dan pengolahan tembakau. Sementara itu, perbaikan teriadi pada subLU industri mesin dan perlengkapan, Furnitur, serta kayu, barang dari kayu, gabus dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya meski mash berada di bawah threshold.
Baca juga : Manufaktur Tumbuh 5,2%, Menperin: Semestinya Bisa Lebih Tinggi
Pada triwulan II-2023, penggunaan tenaga kerja lapangan usaha industri pengolahan diprakirakan meningkat dan berada pada fase ekspansi dengan indeks sebesar 51,20%. Peningkatan sejalan dengan peningkatan aktivitas produksi.
Berdasarkan subLU, peningkatan/perbaikan terjadi pada mayoritas subLU, kecuali industri barang galian bukan logam yang tercatat melambat.
Pada triwulan I-2023, komponen kecepatan penerimaan barang pesanan input tercatat membaik menjadi sebesar 48,88%, sedikit lebih tinggi dari 48,60% pada triwulan IV-2022.
Baca juga : Wiradadi Soeprayogo Terpilih Jadi Ketua Umum ISWA Periode 2023-2028
Perbaikan terjadi pada subLU industri makanan minuman serta karet, barang dari karet dan plastik, walaupun masih dalam fase kontraksi. Sementara peningkatan utamanya terjadi pada industri mesin dan perlengkapan, furnitur, serta alat angkut yang berada di atas threshold.
Pada triwulan II-2023, komponen kecepatan penerimaan barang pesanan input menunjukkan peningkatan dan kembali berada di atas threshold (>50) dengan indeks sebesar 50,80%.
Peningkatan terjadi pada mayoritas subLU, dengan ekspansi tertinggi pada subLU industri makanan minuman, kimia, farmasi dan obat tradisional, serta tekstil dan pakaian jadi.
Baca juga : Indeks Kinerja Industri Pengolahan Tetap di Fase Ekspansi
Pada triwulan II-2023, sejumlah subLU industri pengolahan diprakirakan kembali meningkat dan berada pada fase ekspansi, terutama industri kertas, dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman (55,50%), tekstil dan pakaian jadi (58,52%), serta kimia, farmasi dan obat tradisional (55,67%). (Z-4)
KINERJA lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan III 2023 meningkat dan berada pada fase ekspansi dengan indeks 52,93%. Hal itu tertangkap dari hasil survei PMI BI
PMI Manufaktur Indonesia Kontraksi, Pemerintah Didorong Fokus pada Stimulus Jangka Pendek
Awal pekan depan, rupiah diprediksi akan mengalami fluktuatif dan ditutuh melemah di kiasara Rp15.450-Rp15.520 per dolar AS.
Menkeu Sri Mulyani ungkap perekonomian Indonesia masih relatif lebih baik dibanding banyak negara. Berbagai indikator ekonomi domestik menunjukkan kondisi yang cukup kuat
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menilai harus ada langkah nyata dalam mengatasi kesenjangan antar-wilayah dengan jurang yang sangat lebar tersebut.
Sejumlah data indikator ekonomi hari ini menjadi perhatian pelaku pasar keuangan dalam negeri. Pasar menanti rilis data indeks manufaktur dan inflasi sepanjang Juli 2023.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved