Rabu 12 April 2023, 13:13 WIB

Menurun, IMF Prediksi Ekonomi Dunia Hanya Tumbuh 2,8% di 2023

M. Ilham Ramadhan Avisena | Ekonomi
Menurun, IMF Prediksi Ekonomi Dunia Hanya Tumbuh 2,8% di 2023

AFP/Wong
Managing Director International Monetary Fund (IMF), Kristalina Georgieva (kanan).

 

Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memprediksi perekonomian global di 2023 hanya akan tumbuh 2,8%. Angka itu turun 0,6% dari pertumbuhan ekonomi dunia 2022 yang mencapai 3,4%. Angka perkiraan pertumbuhan itu dirilis IMF dalam laporan World Economic Outlook April 2023.

"Pertumbuhan ekonomi global turun dari 3,4% pada tahun 2022 menjadi 2,8% pada 2023. Ekonomi global akan mencapai 3,0% pada 2024," demikian petikan laporan tersebut yang dikutip pada Rabu, (12/4).

Faktor utama melambatnya perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun ini dipicu oleh proyeksi ekonomi negara-negara maju yang melemah. IMF memperkirakan ekonomi negara-negara maju hanya akan tumbuh 1,3% tahun ini, lebih rendah dari 2022 yang mencapai 2,7%.

Baca juga: IMF: Pertumbuhan Global Turun di Bawah 3% pada 2023

Sedangkan Tiongkok dan India diprediksi akan menjadi kontributor utama pada pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini. Dua negara itu bahkan disebut akan berkontribusi setengah dari pertumbuhan global di 2023.

Tiongkok, misalnya, diprediksi akan memiliki pertumbuhan di angka 5,2% tahun ini, naik sekitar 3% dari angka pertumbuhan di 2022. Sebab utama melejit perekonomian Negeri Tirai Bambu ialah karena pelonggaran mobilitas dari kebijakan nol covid-19.

Menanggapi rilis IMF itu, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Abdurohman mengatakan, perlambatan ekonomi global diprediksi terjadi lantaran adanya peningkatan fragmentasi geopolitik yang cenderung lebih proteksionis dan hanya berorientasi pada kepentingan Kawasan atau anggota aliansinya.

Baca juga: IMF Peringatkan Sektor Keuangan Non-bank AS dan Eropa

Selain itu, lanjutnya, kebijakan terkini terkait isu lingkungan, seperti Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) di Eropa dan Inflation Reduction Act (IRA) di Amerika Serikat juga berpotensi menjadi tantangan bagi perdagangan bebas global.

"Penerapan CBAM secara efektif akan menjadi biaya tambahan bagi negara non-Eropa untuk mengekspor barangnya ke Eropa karena akan ada penyesuaian tarif berbasis emisi karbon. Prinsip yang sama juga berlaku untuk IRA," jelasnya kepada Media Indonesia.

Indonesia Masih Aman

Dia menambahkan, perlambatan kinerja ekonomi global tentu akan berdampak luas ke seluruh negara. Namun, sangat tergantung dari derajat keterbukaan ekonominya dan pasar tujuan ekspornya.

Indonesia, disebut cukup beruntung lantaran eksposur global relatif tidak terlalu besar, dan cukup dominan faktor permintaan domestiknya seperti konsumsi rumah tangga 54%, konsumsi Pemerintah 9%, dan investasi 30%, dari total PDB.

Sedangkan komposisi ekspor Indonesia lebih banyak komoditas dan porsi consumer goods relatif kecil dengan pasar sebagian besar masih cukup kuat seperti India dan ASEAN.

"Tentu saja, dampaknya sedikit banyak akan terasa, namun tidak akan terlalu berat seperti banyak negara peers. Dan harus diingat juga, pertumbuhan global masih diproyeksikan positif tahun ini," terang Abdurohman.

Karenanya, lanjut dia, dalam jangka pendek pemerintah akan menjaga proses pemulihan ekonomi yang tengah menguat. Permintaan domestik yang selama ini menjadi motor penggerak utama ekonomi nasional akan terus dijaga. Itu juga sejalan dengan upaya pengendalian inflasi yang menjadi kunci utamanya.

Dari sisi eksternal, peran aktif dan kuat dari Indonesia di berbagai forum kerja sama internasional turut dilakukan untuk ikut mendorong kerja sama multilateral yang lebih baik, inklusif dan harmonis. Itu diperlukan untuk meminimalisir berbagai ekses disrupsi pada ekonomi global.

"Tahun lalu Indonesia banyak dipuji dunia internasional atas keberhasilannya memimpin forum G20. Tahun ini Indonesia dipercaya kembali untuk memimpin ASEAN. Itu semua tentu saja untuk mendorong kerja sama kuat di bidang ekonomi dan keuangan untuk memaksimalkan peran faktor eksternal dalam mendorong kinerja ekonomi domestik," pungkas Abdurohman.

(Z-9)

Baca Juga

Dok.Ist

Pertamina Jadi Penjual dan Pembeli di Bursa Karbon Indonesia

👤Fetry Wuryasti 🕔Rabu 27 September 2023, 08:03 WIB
PGEO sebagai anak usaha  pengelola lapangan panas bumi yang menjadi sumber karbon kredit, berencana menambah dua wilayah kerja yang...
ANTARA/NYOMAN HENDRA WIBOWO

UMKM yang Manfaatkan Cloud Bisa Hasilkan Rp79,6 per Tahun pada 2030

👤Budi Ernanto 🕔Rabu 27 September 2023, 07:01 WIB
UMKM dapat menciptakan manfaat yang konkret bagi perekonomian maupun masyarakat luas dengan berpindah ke...
Dok.Ist

CIMB Niaga Menjadi Pembeli Pertama Unit Karbon Saat Peluncuran IDX Carbon

👤Media Indonesia 🕔Rabu 27 September 2023, 06:30 WIB
Partisipasi aktif CIMB Niaga sebagai pembeli unit karbon dalam peluncuran IDX Carbon merupakan bagian dari strategi Bank untuk mencapai Net...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

MI TV

Selengkapnya

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya