Headline

DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Surplus Neraca Perdagangan Januari 2023 Turun Jadi US$3,43 Miliar

Despian Nurhidayat
14/2/2023 11:43
Surplus Neraca Perdagangan Januari 2023 Turun Jadi US$3,43 Miliar
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman.(Ist)

EKONOM Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan surplus neraca perdagangan Indonesia akan turun menjadi US$3,43 miliar pada Januari 2023 dari capaian sebelumnya pada Desember 2022 sebesar US$3,89 miliar di tengah melemahnya permintaan global dan harga komoditas.

Salah satu hal yang mempengaruhi penurunan surplus neraca perdagangan adalah pertumbuhan ekspor secara bulanan yang diperkirakan akan terkontraksi.

"Kami memperkirakan ekspor Indonesia pada 23 Januari akan berkontraksi sebesar minus 10,87% secara bulanan (mom) karena penurunan harga komoditas, terutama batu bara," ungkapnya, Selasa (14/2).

Namun demikian, jika dilihat secara tahunan, ekspor akan tumbuh sebesar 10,76% yoy di tengah low-base effect dari larangan ekspor batu bara tahun lalu. Pada Desember 2022, ekspor juga meningkat 6,6% yoy.

Baca juga: Neraca Dagang Surplus 31 Bulan Beruntun

Sementara itu, impor juga diprediksi akan terus mengalami kontraksi pada Januari 2023 atau mencapai minus 10.36% mom. Secara tahunan, mencapai minus 2,23% yoy.

Secara keseluruhan, Faisal menilai bahwa neraca transaksi berjalan akan berubah menjadi defisit sekitar 1,10% dari PDB (Produk Domestik Bruto) pada tahun 2023. Sementara pada tahun 2022 sendiri, neraca transaksi berjalan mencapai surplus sebesar 1,05% dari PDB.

"Kami melihat pertumbuhan ekspor akan melambat karena harga komoditas yang menurun, didorong oleh permintaan global yang lesu," katanya.

"Meski diproyeksikan menyusut, surplus perdagangan bisa bertahan lebih lama sebelum berubah menjadi defisit karena kita melihat bahwa penurunan harga komoditas akan lebih bertahap setelah Tiongkok membuka kembali perekonomiannya," ujar Faisal.

Pertumbuhan impor sendiri diperkirakan akan lebih tinggi dari pertumbuhan ekspor pada tahun 2023 karena permintaan domestik akan terus menguat, menyusul pencabutan PPKM pada akhir tahun 2022 dan keputusan untuk melanjutkan Proyek Strategis Nasional.

"Namun, pertumbuhan impor pada tahun 2023 terlihat melemah dari pertumbuhan tahun 2022 karena harga minyak yang lebih rendah dan antisipasi penurunan ekspor. Sebagian bahan baku untuk memproduksi barang ekspor diperoleh dari impor," tandasnya. (Des/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya