UPAYA hilirisasi akan meningkatkan nilai tambah perekonomian dan juga membuat efisiensi daya saing Indonesia secara eksternal. Hal itu ditekankan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo.
Menurutnya, permasalahan Indonesia dari aspek pertumbuhan ekonomi selama ini cukup baik, namun belum memiliki dukungan yang kuat dari sisi potensi ekonomi.
"Hilirisasi jadi bagian dari dukungan potensi ekonomi, karena menjadi bagian dari ekspor, inflasi, nilai tukar, dan nilai tambah," papar Dody, Senin (31/1).
Baca juga: Presiden: Indonesia Tidak Menutup Kerja Sama Bauksit dengan Asing
Dengan kehadiran hilirisasi, pertumbuhan berbagai komoditas produk hilirisasi dapat meningkat 100-200% dalam 5 tahun. "Hilirisasi kalau kita buka 2019 sampai 2030, compound growth atau pertumbuhan rata-rata selama 5 tahun itu 100-200% dari hilirisasi," jelasnya.
"Investasinya juga meningkat pesat sekali. Apalagi kalau kita lihat kapasitas smelter yang terus bertambah," sambung Dody.
Namun, Indonesia masih memiliki masalah dari aspek dukungan cadangan hilirisasi produk yang tidak begitu kuat, atau ada penurunan dari tahun ke tahun. Saat ini, masih terdapat produk impor sebagai bagian proses hilirisasi.
Baca juga: ESDM: Insentif Konversi Motor Listrik Juga Dipatok Rp7 Juta
Sementara itu, Indonesia memiliki peluang secara spasial, seperti Sumatra dengan kekuatan CPO dan karet alam, Kalimantan dengan batu bara. BI siap memberikan dukungan agar hilirisasi berjalan dengan baik melalui beragam insentif dari kebijakan moneter.
Adapun dari sisi kebijakan fiskal, pemerintah melalui Kementerian Keuangan juga akan memberikan dukungan yang sama terhadap upaya peningkatan hilirisasi. "Ini akan jadi game changer bagi perekonomian dalam konteks sustainability resillience," tukas Dody.(OL-11)