Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
HEAD of Center of Industry, Trade, and Investment at Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho menilai pemerintah perlu mendorong diversifikasi produk berorientasi ekspor. Saat ini, Indonesia masih banyak bergantung pada ekspor komoditas. Sebab itu, Indonesia perlu mengubah struktur ekspor melalui diversifikasi produk dan peningkatan nilai tambah.
"Tentu yang kita dorong saat ini adalah bagaimana kita bisa melakukan diversifikasi produk yang kita ekspor. Sehingga kita tentunya tidak hanya mengandalkan dari ekspor komoditas. Selama ini kita masih mengandalkan dari ekspor barang mentah dan juga komoditas, yang mana dari segi nilai tambah itu juga rendah," katanya di Jakarta, hari ini.
Andry juga menilai industri dalam negeri juga masih belum optimal dalam keterkaitan dengan rantai nilai global (global value chains/GVC). GVC adalah jaringan tahapan produksi barang dan jasa dari desain produk hingga distribusi barang ke konsumen akhir yang diproduksi dan dirakit di berbagai negara.
"Hal tersebut itu didorong oleh kondisi industri kita saat ini di mana kita bisa berbicara masalah industri yang masih minim keterkaitannya dengan global value chains," tambahnya.
Kendati demikian, Andry menerangkan konsumsi dalam negeri masih akan sangat membantu menopang ekonomi nasional. Hal ini berbeda dengan negara-negara lain yang masih mengandalkan sektor perdagangan ekspor dan impor dalam perekonomian.
"Kalau kita lihat kalau misalnya ke depan ekspor kita turun apalagi dari segi produk-produk jadi, tentunya dampak secara agregat terhadap perekonomian tidak terlalu besar. Kenapa? Karena PDB kita masih didominasi masih didominasi sektor konsumsi," terusnya.
Selain itu, Andry juga menilai perjanjian kerja sama dagang dengan sejumlah negara juga patut ditingkatkan mengingat kondisi ekonomi global juga tengah tidak stabil.
Baca juga: Perubahan Aturan Parkir Devisa Hasil Ekspor Akan Tingkatkan Cadev
"Yang kedua adalah bagaimana kita bisa melakukan perjanjian kerja sama perdagangan yang memang cukup masif ya. Di saat kondisi yang memang tidak cukup stabil, sehingga proses perjanjian kerjasama tersebut itu adalah proses di mana kita bisa mendorong agar kestabilan dari perdagangan dengan negara luar itu bisa terjaga," tegasnya.
Selain itu, langkah yang bisa ditempuh adalah meningkatkan kapasitas intelijen pasar. Kondisi pasar yang tidak stabil tentu membutuhkan bukan sekedar prediksi melainkan juga kekuatan agar market yang ada di luar ini bisa dipenuhi oleh produk-produk dari Indonesia.
"Jadi kita bisa melakukan kegiatan intelijen pasar di negara luar sehingga kita bisa mendapatkan setidaknya gambaran apa yang perlu kita dorong atau apa yang perlu kita kembangkan di industri domestik kita," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia masuk ke dalam kelompok negara yang memiliki resiliensi terhadap kondisi ketidakpastian global saat ini sebab tidak bergantung terlalu besar pada ekspor atau kontribusi ekspor terhadap ekonomi negara.
Kendati demikian, Airlangga juga menyebutkan pertumbuhan ekspor dan impor 2023 akan turun. Pada 2023, ekspor diproyeksikan hanya tumbuh 12,8% dan impor 14,9%. Sedangkan, di 2022 ekspor tumbuh 29,4% dan impor tumbuh 25,37%. “Ini terjadi karena basisnya sudah tinggi,” Ketum Golkar itu.
Ekspor Bahan Olahan
Sementara itu, Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira menyampaikan bahwa pemerintah perlu melakukan sejumlah kebijakan untuk mendorong ekspor tetap kompetitif.
“Solusinya dengan mendorong kenaikan ekspor barang jadi bernilai tambah bukan lagi olahan primer. Porsi ekspor hitech terhadap total manufaktur sebaiknya ditingkatkan. Dan ini butuh program industrialisasi secara masif.” jelas Bhima.
Salah satu komoditas yang bisa didorong adalah CPO, yang mana turunannya banyak dipakai di kosmetik. “Misalnya CPO di ekspor sudah dalam bentuk kosmetik. Apalagi ada Lipstick effect dimana saat resesi permintaan kosmetik secara historis meningkat. Produk kosmetik membutuhkan bahan baku oleokimia yang berasal dari produk turunan sawit,” sebut Bhima.
Untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi, tentunya tidak bisa dilakukan sendiri, hanya pengusaha saja. Industrialisasi butuh dukungan dari berbagai pihak.
“Proses industrialisasi butuh dukungan pembiayaan murah, insentif pajak yang tepat sasaran dan kolaborasi swasta dengan BUMN,” tandas Bhima. (RO/OL-4)
PERCEPATAN pembentukan Koperasi Desa/ Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih menunjukkan progres yang signifikan. Hingga Jumat (13/6), sebanyak 79.882 unit atau 96% dari target 80.000
DPRD DKI Jakarta merespons rencana pemerintah yang membuka peluang bagi instansi pemerintahan menggelar rapat di hotel.
Ekonom Bright Institute Awalil Rizky menilai inflasi yang rendah hingga terjadinya deflasi berulang merupakan indikasi negatif bagi perekonomian Indonesia.
Pada moda kereta api, diskon yang diberikan sebesar 30% untuk sebanyak 3.522.464 tempat duduk atau sebesar Rp300 miliar. Untuk angkutan udara PPN ditanggung pemerintah
advokat yang tergabung dalam Tim Advokat Penegak Hukum Anti Premanisme (Tumpas) melakukan audiensi dengan Polri
Komitmen dalam membangun UMKM ini sejalan dengan misi besar perusahaan untuk memperkuat jaringan distribusi makanan yang kuat di seluruh Indonesia.
Data resmi bulanan pada Rabu (13/3) menunjukkan produk domestik bruto tumbuh 0,2% menyusul penurunan tipis 0,1% pada bulan Desember
Pemerintah berupaya menjaga ketahanan konsumsi masyarakat melalui beragam bantuan sosial. Sayangnya, bantuan negara itu dilakukan untuk kepentingan elektoral semata.
Dampak resesi Jepang dan Inggris diyakini minim ke Bursa Efek Indonesia.
Untuk melakukan akselerasi UMKM di Madura menghadapi banyak tantangan yaitu kurang berinovasi dan tak membangun branding produk sebagai bentuk mencari pasar baru sesuai perkembangan zaman.
Segmen hunian vertikal alias apartemen juga ditaksir akan tetap melanjutkan pertumbuhan positifnya sejak semester dua tahun ini.
Senior Fundamental Analyst Didimax, Reza Aswin, mengatakan ada baiknya pilih aset trading yang bersifat safe haven seperti, logam mulia dan forex.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved