Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
ASOSIASI Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mendorong pemerintah untuk tetap bisa menggerakkan pasar domestik. Upaya ini dapat dilakukan dengan terus memperkuat daya beli masyarakat agar industri persepatuan bisa bertahan di tengah gejolak perekonomian dunia yang memiliki kecenderungan melemah.
"Rasanya pemerintah dan industri harus bisa bersinergi untuk penguatan daya beli guna menggerakkan pasar domestik melalui upaya meminimalisasi pemutusan hubungan kerja (PHK)," kata Direktur Ekskutif Aprisindo Firman Bakri saat dihubungi, Selasa (8/11).
Ia menambahkan, kondisi industri persepatuan di Tanah Air sejauh ini masih terbilang cukup positif. Sebab, hingga September 2022 masih berada pada tren pertumbuhan yang positif, baik untuk produk ekspor maupun domestik.
Momen lebaran dan kembali berlakunya kegiatan belajar-mengajar di sekolah disebut menjadi momen pengungkit pertumbuhan industri persepatuan di Indonesia.
Namun, ekonomi dunia yang dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan tren perlambatan juga berdampak pada kinerja industri persepatuan. Penjualan produk alas kaki ekspor dapat dikatakan sedikit melemah dan berimplikasi pada PHK.
"Sudah ada dampak pada kondisi ekonomi global dengan adanya PHK. Tapi kemungkinan datanya belum terlihat secara statistik," kata Firman.
Guna menekan dampak global tersebut, lanjutnya, dia berharap adanya pemberlakuan fleksibilitas jam kerja. Misal, dari yang semula 40 jam per minggu menjadi 30 jam per minggu. Hal ini menurut Firman dapat menekan tren PHK.
Seiring dengan hal itu, pemerintah juga diharapkan mampu menjaga tingkat keyakinan konsumen di level optimis meski berada di tengah ancaman global. "Ini supaya masyarakat, terutama golongan menengah ke atas tetap berbelanja selama masa sulit dan gelap," ujar Firman.
Dalam pembuatan kebijakan, lanjut dia, pemerintah harus menggandeng seluruh sektor industri dalam mengatasi situasi terkini. Pasalnya industri persepatuan memiliki perbedaan bila dibandingkan dengan industri lainnya.
Pada sisi kebijakan impor, misalnya, mayoritas pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menyuarakan agar adanya pembatasan barang TPT impor. Namun tidak demikian bagi industri persepatuan.
"Kita tetap butuh impor untuk menggerakkan industri dan Industri Kecil Menengah (IKM) kita, kemudian ada juga impor produk jadi dari para buyer yang belanja hingga miliaran dolar di Indonesia. Makanya pengaturan impor harus juga melibatkan industri hilirnya," pungkasnya. (OL-8)
PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2025 kembali mencatatkan kontraksi. Berdasarkan data S&P Global, PMI Indonesia turun 0,5 poin menjadi 46,9, dibandingkan Mei 2025 yang berada di level 47,4.
Strategi keamanan siber yang tangguh dimulai dengan visibilitas yang lengkap, mengetahui apa yang perlu dilindungi dan ketika risiko terbesar berada.
Selama ini, industri tekstil dalam negeri telah menyepakati skema nontarif dengan memprioritaskan penyerapan produksi lokal, dan hanya mengimpor sesuai kebutuhan.
IHGMA mendorong profesionalisme para GM hotel dengan memperkuat literasi digital sebagai bagian dari strategi jangka panjang.
HIMPUNAN Kawasan Industri Indonesia (HKI) menegaskan perlunya langkah konkret untuk memperkuat ekosistem investasi kawasan industri di tengah target ambisius pemerintah
Prinsip keberlanjutan kini menjadi landasan dalam strategi perluasan ekspor dan penguatan pelaku usaha domestik.
BRI sepanjang Januari - Mei 2025, menyalurkan KUR senilai Rp69,8 triliun, atau setara 39,89% dari total alokasi tahunan sebesar Rp175 triliun.
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) menghadirkan vending machine berisi produk usaha mikro dan kecil (UMKM) di Pelabuhan Ajibata, Danau Toba,
Selain mendorong kebugaran dan kebiasaan olahraga masyarakat, sektor ekonomi juga dipastikan bergerak.
Jambore Koperasi dan UMKM Expo BMC 2025 merupakan wujud komitmen pemerintah daerah mendukung pertumbuhan dan pemberdayaan koperasi serta UMKM.
INDRAMAYU tak hanya terkenal dengan kelezatan mangganya, tapi kini juga menjadi saksi tumbuhnya semangat wirausaha baru di kalangan ibu-ibu rumah tangga.
Sosialisasi ini bertujuan memberikan wawasan mengenai pentingnya identifikasi dan pengelolaan risiko dalam menjalankan usaha, terutama di sektor kuliner.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved