Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
INDONESIA telah mendapatkan penghargaan dari pusat penelitian beras dunia, International Rice Research Institute (IRRI) yang langsung diterima oleh Presiden RI atas keberhasilannya selama 3 tahun terakhir mampu mencapai swasembada beras secara berturut-turut dan tidak impor beras.
Prestasi ini mendapat apresiasi dari Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB) dan stakeholders pertanian sehingga mendukung dan siap bersinergi dengan Kementerian Pertanian (Kementan) mempertahankan swasembada beras.
Hal ini mengemukan dalam webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani Kementan, Jumat (19/8).
Baca juga : HUT ke-77 RI, Mentan SYL Sampaikan Terima Kasih kepada Para Petani
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyebutkan Indonesia dapat mencapai swasembada beras tahun 2019-2021 merupakan prestasi yang dapat menjadi teladan bagi negara lain disaat krisis.
Bagaimana mempertahankan surplus, ini menjadi tantangan ke depan, yakni tantangan pandemi covid 19, iklim ekstrim, dan geopolitik serta ancaman krisis pangan scara global.
"Kita harus menjaga swasembada berkelanjutan ke depan dengan melakukan berbagai upaya. Seperti dengan adanya benih unggul berkualitas, pemupukkan yang baik, dan upaya hilirisasinya. Kemudian kita tingkatkan lagi sehingga surplusnya bisa digunakan untuk ekspor,” kata Suwandi dalam BTS Propaktani tersebut.
Baca juga : Dunia Internasional Akui Tiga Tahun Indonesia Swasembada Beras
Suwandi menambahkan selain mempertahankan swasembada secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan ekspor dari komoditas beras, tantangan berikutnya adalah diversifikasi produksi dan konsumsi pangan.
Hal ini menjadi peluang yang baik untuk mendorong pengembangan sorgum, singkong, jagung, dan pangan lainnya untuk ditingkatkan produksinya.
"Kemudian hilirisasi diolah dan dikonsumsi untuk kita semua. Demikian juga untuk kedelai, berpeluang besar karena untuk petani saat ini kedelai harganya sangat bagus. Kita bangkitkan lagi itu supaya tumbuh, menjalankan upaya ini secara komprehensif tapi tidak hanya beras, komoditi lain tetap didorong dengan kualitas yang naik kelas,” jelasnya.
Baca juga : FAO Bangga Indonesia Capai Swasembada
Bersamaan, Ketua Umum DPP HA IPB, Walneg S Jas memberikan ucapan terima kasih kepada pemerintah, para petani Indonesia, seluruh warga Indonesia dan Kementan atas penghargaan yang didapat dari IRRI.
Ia menilai penghargaan ini adalah bentuk apresiasi lembaga internasional dengan sukacita atas kerja keras bangsa Indonesia dalam mempertahankan surplus pangan selama 3 tahun terakhir.
“Tentu pencapaian ini spesial karena dengan adanya krisis pandemi dan dinamika lain yang kurang menguntungkan. Dalam konteks ini Indonesia dapat mempertahankan surplus beras," ucapnya.
Baca juga : Swasembada Pangan Saat Pandemi, FAO: Indonesia Sukses Cetak Sejarah
Menurut Walneg, Kementan telah melakukan berbagai macam upaya dalam rangka mempertahankan dan meningkatakan surplus dan ketahanan pangan komoditi lainnya. Upaya itu tentu dikolaborasikan dalam berbagai unsur, baik dalam konteks intensfikasi, ekstensifikasi dan konteks perbaikan perkembangan teknologi.
"Termasuk juga program yang terus-menerus dari Program Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Berbasis Korporasi," terangnya.
Direktur Utama PT. Food Station Tjipinang Jaya, Pamrihadi Wiraryo menuturkan Indonesia surplus beras pada periode 2019 hingga 2022 dengan surplus rata-rata per tahunnya mencapai 2,4 juta ton. Hal ini dapat terwujud akibat peningkatan produktivitas padi dari 5,11 ton/Ha meningkat menjadi 5,23 ton/Ha.
Baca juga : Swasembada Beras Kado Istimewa HUT RI Ke 77
“Beberapa hal yang saya rekomendasikan untuk mempertahankan surplus ini adalah dengan Good Agriculture Practice berupa penyediaan benih unggul, metode budidaya yang efektif dan efesien, peningkatan coverage area sistem irigasi dan pendampingan dari penyuluh, praktisi atau swasta serta penanganan pasca panen yang dilakukan dengan penggunaan mekanisasi pertanian, vertical dryer dan gudang penyimpanan yang terstandar,” paparnya.
"Yang tidak kalah penting juga dilakukan adalah adanya keterlibatan lembaga keuangan dalam penyediaan modal dan lembaga asuransi untuk penjaminan resiko kegagalan, serta kolaborasi dalam peningkatan kerjasama penyerapan dengan offtaker, stakeholder dan BUMD maupun BUMN,” tambah Pamrihadi.
Sementara itu, Akademisi IPB University, Adi Hadianto mengungkapkan bagi negara Indonesia, peningkatan produksi pangan dalam negeri (khususnya beras) telah terbukti mampu mengurangi food insecurity di dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor beras.
Baca juga : SYL, Tokoh Indonesia Timur, Pencatat Sejarah Bagi Indonesia
Dengan demikian, pencapaian swasembada pangan beras merupakan salah satu komponen penting yang harus dicapai dari ketahanan pangan nasional.
“Faktor penting lainnya mengapa swasembada beras harus dicapai dan dipertahankan adalah besarnya jumlah penduduk yang membutuhkan ketersediaan pangan beras dalam jumlah besar. Kemudian volatilitas harga pangan dunia termasuk beras dan impor pangan dalam jumlah besar menjadi beban anggaran yang seharusnya dapat dialokasikan untuk aktivitas ekonomi yang lebih produktif,” ungkap Adi.
Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad. pun upaya mempertahankan swasembada beras mengingat volume konsumsi beras diperkirakan meningkat namun terjadi penurunan konsumsi per kapita.
Baca juga : Presiden Jokowi Didampingi Mentan SYL Lakukan Percepatan Tanam Padi di Tuban
Namun neraca pangan nasional diperkirakan relatif aman hingga akhir tahun dan hal ini pun tanpa ada gangguan iklim dan cuaca serta kelangkaan pupuk subsidi.
“Diperlukan terobosan kebijakan yang mendorong bibit unggul, pupuk berkelanjutan, perbaikan irigasi, hingga integrasi hulu-hilir dalam upaya peningkatan produksi. Subsidi tepat sasaran diperlukan namun pembatasan yang dilakukan tidak mengurangi pupuk organic dan kebutuhan perbaikan hara tanah,” sebut Tauhid.
Sementara itu, Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso menegaskan pemerintah sangat memberikan perhatian terhadap produksi, stok, pemerataan, logistik dan harga beras atau stabilisasi. Karena beras berkontribusi pada kemiskinan, stabilitas makro-ekonomi dan pertumbuhan secara keseluruhan.
Baca juga : Optimalkan Lahan Tidur, Kementan Siapkan Keerom Jadi Sentra Komoditas Jagung Nasional
“Adanya swasembada beras ini, impor beras hanya dilakukan untuk beras khusus. Harga beras premium cenderung stabil. Sangat bersyukur atas kebehasilan tidak impor beras umum selama 3 tahun," bebernya.
Sutarto menilai tantangan ke depan perlu diantisipasi dengan tepat. Inovasi teknologi tepat guna spesifik lokasi merupakan syarat mutlak untuk terlaksananya dan berhasilnya program pembangunan pangan utamanya beras yang berkelanjutan.
Dukungan ketepatan sarana dan prasarana pertanian serta kebijakan harga yang wajar dan pasar menjadi faktor kunci dalam keberhasilan implementasinya.
"Untuk itu diperlukan suatu sinergi dan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan yaitu pemerintah, penyedia sarana produksi, produsen dan pelaku bisnis pangan beras," jelasnya.
"Sinergi dan kolaborasi dilaksanakan dengan pendekatan fokus pada klaster korporasi petani dengan pelaku bisnis pangan setempat yang sudah ada menjadi pilihan yang tepat,” tegas Sutarto. (RO/OL-09)
Tanah tak lagi dipandang sekadar media tanam, tapi sebagai fondasi keberlangsungan hidup dan benteng terakhir ketahanan pangan.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementan, Arief Cahyono, mengucapkan selamat atas terpilihnya Ketua Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) periode 2025–2028, Beledug Bantolo.
Pupuk Indonesia memastikan bahwa penutupan kios ini tidak akan mengganggu proses penyaluran pupuk ke petani.
Nilai Transaksi Ekonomi (NTE) Kelompok Tani Hutan (KTH) sebesar Rp497.925.287.251.
Pemerintah akan menyalurkan stimulus fiskal pada Juni hingga Juli 2025 sebagai langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.
Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal hadir dalam forum bisnis yang melibatkan sekitar 30 perusahaan besar, termasuk Pauli Shandong Taiyuan Energy Co., Ltd.
SEBANYAK 733 juta orang di seluruh dunia menghadapi kelaparan pada 2023. Jalur Gaza, Palestina mengalami salah satu krisis pangan paling parah yang pernah tercatat.
Hari Pangan Sedunia pertama kali dideklarasikan pada 1979 oleh FAO dalam konferensi ke-20 mereka.
FOOD and Agriculture Organization (FAO) menegaskan mendukung upaya Indonesia untuk mencapai swasembada beras serta berbagai program ketahanan pangan yang dilakukan pemerintah.
Presiden Joko Widodo menerima penghargaan Agricola Medal dari Food and Agriculture Organization (FAO) di Istana Negara.
Sepuluh tahun Presiden Jokowi memimpin, jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) meningkatkan dari waktu ke waktu. Pada tahun 2023, terdapat 28.419.398 rumah tangga, naik 8,74 persen
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, menerima penghargaan tertinggi dalam bidang pangan dan pertanian global, Agricola Medal, dari Direktur Jenderal FAO, Qu Dongyu,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved