Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Perbankan Dominasi Sektor Keuangan, Kemenkeu: Cermin Ketimpangan

M. Ilham Ramadhan Avisena
18/8/2022 19:07
Perbankan Dominasi Sektor Keuangan, Kemenkeu: Cermin Ketimpangan
Warga melintasi galeri ATM perbankan di wilayah Jakarta.(Antara)

DOMINASI perbankan di sektor keuangan Indonesia dinilai mencerminkan ketimpangan. Untuk itu, pemerintah berupaya untuk memperdalam dan memperluas instrumen lain, agar ada pertumbuhan yang merata di sektor tersebut.

"Sektor keuangan didominasi industri perbankan, sementara sumber pendanaan jangka panjang masih terbatas," ujar Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam rapat kerja dengan Baleg DPR RI, Kamis (18/8).

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, aset perbankan pada 2020 mencapai 76,7% dari total aset sektor keuangan senilai Rp12.162 triliun. Sementara itu, aset asuransi hanya 7,4%, aset dana pensiun 8,7%, aset lembaga pembiayaan 4,9% dan aset dari industri lain hanya 2,2%.

Baca juga: Bank Indonesia: Inflasi Tahun Ini akan Melebihi Batas Atas Sasaran

Adapun besaran aset perbankan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 59,5%. Lalu, kapitalisasi pasar modal tercatat 48,3% terhadap PDB, aset industri asuransi 5,8% terhadap PDB dan aset dana pensiun 6,9% terhadap PDB.

"Sektor keuangan Indonesia relatif dangkal dibandingkan dengan negara lain di ASEAN-5. Sektor perbankan mendominasi, ini jangka pendek. Padahal, pembiayaan pembangunan membutuhkan sumber pendanaan jangka panjang," jelas Suahasil.

Menurut dia, rendahnya aset industri keuangan selain perbankan sedianya menggambarkan potensi pendalaman yang cukup besar. Oleh karena itu, dibutuhkan pengaturan yang dapat memperdalam instrumen di sektor keuangan, sehingga perbankan tidak selalu mendominasi.

Baca juga: BSI Mau Rights Issue, Terbitkan 6 Miliar Saham Baru

Perbankan dinilai masih memiliki persoalan struktural yang mengakibatkan inefisiensi. Misalnya, overhead cost perbankan cukup tinggi, jika dibandingkan negara di kawasan. Biaya tinggi juga diikuti net interest margin (NMI) yang tinggi, serta menunjukkan efisiensi intermediasi rendah. Akibatnya, tingkat suku bunga pinjaman menjadi lebih tinggi.

"Rerata tingkat suku bunga pinjaman di Indonesia itu 8,59%. Ini tertinggi di ASEAN-5," imbuhnya.

Pemerintah melihat potensi besar pada nasabah perbankan dengan jumlah simpanan besar. Dalam hal ini, untuk melakukan diversifikasi instrumen investasi dari jangka pendek ke jangka panjang. Sebab, 0,07% dari total nasabah perbankan memiliki nominal simpanan lebih dari Rp2 miliar, dengan jumlah simpanan mencapai Rp4.606,8 triliun.(OL-11)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya