Headline
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
DPR setujui surpres pemberian amnesti dan abolisi.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PELAMBATAN kinerja ekspor Indonesia berpotensi terjadi, jika harga sejumlah komoditas unggulan di level global kembali ke kondisi normal. Pasalnya, tren menunjukkan bahwa volume ekspor Indonesia cenderung stagnan.
"Windfall ini bisa berakhir, jika harga komoditas kembali normal. Volume ekspor komoditas utama Indonesia cenderung stagnan," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers, Senin (15/8).
Adapun windfall profit dari kenaikan harga komoditas unggulan awalnya mengerek kinerja ekspor dan neraca dagang Indonesia selama 27 bulan terakhir. Namun, belakangan pasar global mulai mengindikasikan terjadinya normalisasi harga komoditas.
Baca juga: Neraca Perdagangan RI Surplus Selama 27 Bulan
Pada Juli 2022 misalnya, nilai ekspor komoditas minyak kelapa sawit dan feronikel mengalami penurunan. Melambatnya kinerja ekspor komoditas unggulan, lanjut dia, dinilai sebagai sinyal agar Indonesia waspada.
"Ini perlu diwaspadai terhadap neraca dagang kita di bulan-bulan ke depan," pungkas Setianto.
Berdasarkan data BPS, kinerja ekspor Indonesia pada Juli 2022 mencapai US$25,57 miliar. Nilai itu lebih rendah dari capaian Juni 20222, yakni US$26,15 miliar, atau turun 2,20%. Penurunan kinerja secara bulanan itu disebabkan oleh melambatnya capaian ekspor migas dan nonmigas.
Baca juga: Kinerja Ekspor Juli 2022 Alami Penurunan
Ekspor migas pada Juli 2022 tercatat menurun 11,24% (month to month/mtm) hingga menjadi US$1,38 miliar. Ini diakibatkan oleh penurunan nilai ekspor minyak hingga 60,06% (mtm) dan penurunan volume ekspor minyak mentah sebesar 60,82% (mtm).
Sementara itu, ekspor nonmigas mengalami penurunan 1,64%, atau menjadi US$24,20 miliar. Penurunan ini disebabkan turunnya ekspor besi dan baja 11,51% (mtm). Lalu, nikel 15,53% (mtm), timah serta turunannya 54,02% (mtm), berikut kapal perahu dan struktur terapung hingga 82,30% (mtm).
Meski secara bulanan kinerja ekspor menurun, capaian ekpsor pada Juli 2022 secara tahunan (year on year/yoy) masih mencatatkan pertumbuhan positif. Pada Juli 2021, nilai ekspor hanya US$19,37 miliar. Sehingga, masih terjadi pertumbuhan 32,03% (yoy).(OL-11)
HILIRISASI berkelanjutan memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional. Setiap komoditas kelolaan diolah hingga menjadi produk hilir yang menjadi bahan baku.
Skema kerja sama merupakan bagian dari kesepakatan tarif timbal balik antara kedua negara.
Airlangga Hartarto mengungkapkan sejumlah komoditas yang tengah diperjuangkan agar mendapat tarif impor lebih rendah dari 19% saat masuk ke pasar Amerika Serikat (AS).
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa harga cokelat di pasar internasional tengah mengalami lonjakan tajam.
Sejumlah Komoditas Ekspor Indonesia Diupayakan Kena Tarif 0% ke AS
Indonesia hapus tarif 0% untuk produk ekspor AS. MoU dagang senilai USD 52 miliar mencakup energi, agrikultur, dan Boeing. Tarif ekspor RI ke AS turun ke 19%.
Awalnya, penyesuaian direncanakan mulai berlaku pada 1 Mei 2025. Nsmun pelaksanaan serentak akhirnya diputuskan pada Senin, 16 Juni 2025.
KPPU mengungkapkan berdasarkan hasil survei pemantauan di pasar tradisional, ditemukan bahwa mayoritas komoditas pangan mengalami lonjakan harga menjelang Lebaran 2025.
Kenaikan juga terjadi pada sayuran, bawang putih, bawang merah, minyak goreng, gula pasir, beras dan terigu.
Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga kebijakan jangka pendeknya menjadi 0,5%, level tertinggi dalam 17 tahun, sebagai respons terhadap kenaikan harga konsumen.
PEMERINTAH memastikan barang-barang kebutuhan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat luas tak akan mengalami kenaikan harga meski PNN 12 persen.
Harga beras dan daging ayam di Kota Medan dan sekitarnya mulai merangkak naik menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (nataru).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved