Bank Sentral Jepang Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi dalam 17 Tahun

Thalatie K Yani
24/1/2025 12:05
Bank Sentral Jepang Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi dalam 17 Tahun
Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga kebijakan jangka pendeknya menjadi 0,5%, level tertinggi dalam 17 tahun, sebagai respons terhadap kenaikan harga konsumen.(freepik)

BANK sentral Jepang menaikkan biaya pinjaman ke level tertinggi dalam 17 tahun. Kenaikan itu menyusul kenaikan harga konsumen semakin cepat di negara tersebut.

Langkah yang diambil Bank of Japan (BOJ) untuk menaikkan suku bunga kebijakan jangka pendeknya menjadi 0,5% datang hanya beberapa jam setelah data ekonomi terbaru menunjukkan harga naik bulan lalu dengan kecepatan tercepat dalam 16 bulan terakhir.

Kenaikan suku bunga BOJ yang terakhir pada bulan Juli, bersama dengan laporan pekerjaan AS yang lemah, mengejutkan investor di seluruh dunia, yang memicu penurunan pasar saham.

Gubernur bank, Kazuo Ueda, memberi sinyal kenaikan suku bunga terbaru ini sebelumnya untuk menghindari kejutan pasar lainnya. Menurut data resmi, harga konsumen inti di Jepang naik sebesar 3% pada Desember.

Keputusan ini menandai kenaikan suku bunga pertama BOJ sejak Juli dan terjadi beberapa hari setelah Donald Trump kembali ke Gedung Putih.

Selama kampanye pemilihan, Trump mengancam akan memberlakukan tarif atas semua impor ke AS, yang dapat berdampak pada negara-negara pengekspor seperti Jepang.

Dengan menaikkan suku bunga sekarang, bank memiliki ruang lebih untuk menurunkan suku bunga di masa depan jika diperlukan untuk mendorong ekonomi.

Langkah ini menyoroti rencana bank sentral untuk secara bertahap menaikkan suku bunga hingga sekitar 1% - tingkat yang dipandang para ekonom sebagai tidak memacu maupun memperlambat ekonomi.

Tahun lalu, BOJ menaikkan biaya pinjaman untuk pertama kalinya sejak 2007.

Kenaikan tersebut berarti bahwa tidak ada negara lagi yang memiliki suku bunga negatif.

Saat suku bunga negatif diberlakukan, orang harus membayar untuk menyimpan uang di bank. Kebijakan ini telah digunakan oleh beberapa negara sebagai cara untuk mendorong orang menghabiskan uang mereka daripada menyimpannya di bank. (BBC/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya