HARGA emas sedikit menguat pada akhir perdagangan Rabu pagi WIB. Pergerakan itu memperpanjang keuntungan untuk hari kedua berturut-turut, yang didorong oleh pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS).
Serta, belum adanya tanggapan dari pejabat Bank Sentral AS (The Fed) terkait keputusan suku bunga acuan pada 27 Juli mendatang.
Adapun kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, menguat US$0,5 atau 0,03%, menjadi ditutup pada US$1.710,70 per ounce. Harga emas telah merosot lebih dari 5% hingga saat ini.
Baca juga: IMF Berikan Nilai Positif Untuk Indonesia
Emas berjangka terangkat US$6,60 atau 0,39%, menjadi US$1.710,20 pada Senin (18/7) waktu setempat. Tepatnya, setelah tergelincir US$2,2 dolar AS atau 0,13% menjadi US$1.703,60 pada Jumat (16/7) lalu.
Kemudian, anjlok di kisaran US$29,7 atau 1,71%, menjadi US$1.705,80 pada Kamis (14/7). Diketahui, indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, melemah untuk hari ketiga berturut-turut.
Indeks dolar AS melayang di bawah 107, setelah mencapai tertinggi dua dekade minggu lalu di level 109,14. "Harga emas sedang berjuang hari ini, bahkan ketika dolar AS jatuh sekitar dua pertiga dari 1%," ujar Craig Erlam, analis dari OANDA.
Baca juga: Inflasi AS Tembus 9,1%: Dolar Menguat terhadap Rupiah
"Prospek untuk menembus dari US$1.700 ke level atas, terlihat semakin tipis. Bahkan, tidak dapat melakukannya ketika dolar AS jatuh lebih dari 2,5%," imbuhnya.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa sektor perumahan baru Negeri Paman Sam turun 2%, yang disesuaikan secara musiman pada Juni menjadi 1,56 juta. Adapun Departemen Perdagangan AS melaporkan izin pembangunan AS turun 0,6% menjadi 1,69 juta.
Sementara itu, logam mulia lainnya, yakni perak, untuk pengiriman September turun 0,67%, atau ditutup pada US$18,713 per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 0,34%, menjadi ditutup pada US$858,9 per ounce.(Ant/OL-11)