Minggu 17 Juli 2022, 14:40 WIB

Harga Sawit Turun lagi, Petani Aceh Keluhkan Mendag Baru

Amiruddin Abdullah Reubee | Ekonomi
Harga Sawit Turun lagi, Petani Aceh Keluhkan Mendag Baru

MI/Amiruddin Abdullah Reubee.
Warga sedang menimbang sawit tandan buah segar (TBS) di Desa Mesjid, Kemukiman Pirak, Kecamatan Matangkuli, Kabupaten Aceh Utara.

 

KEGUNDAHAN petani kelapa sawit di kawasan Provinsi Aceh masih terus terjadi. Keinginan hati untuk lebih baik setelah pergantian Menteri Perdagangan dari Muhammad Lutfi ke Zulkifli Hasan (Zulhas) pada 15 Juni 2022 ternyata hanya isapan jempol.

Pasalnya, harga sawit tandan buah segar (TBS) sekarang semakin anjlok. Di akhir masa jabatan Lutfi, harga sawit TBS sekitar Rp1.400 hingga Rp1.700 per kg (kilogram). Sekarang pada awal kepemimpinan Zulhas, harganya malah turun menjadi berkisar Rp800 hingga Rp700 per kg. Ironinya sekarang harga turun lagi ke level terendah sejak awal Januari.

Berdasarkan penelusuran Media lndonesia pada Minggu (17/7) di Kabupaten Aceh Utara, harga sawit tandan buah segar tingkat pedagang pengumpul berkisar Rp600 hingga Rp700 per kg. Harga tersebut lebih rendah dari sebelum Idul Adha 1443 H (dua pekan lalu) yaitu Rp800 per kg.

Mengamati kondisi geliat pasar setempat, harga buah jenis palem bahan baku minyak goreng itu bukan membaik tetapi malah semakin turun. Ini menjadi pukulan telak karena meredupkan perekonomian petani. "Kami merasakan kondisi ini semakin buruk. Permainan pasar dan aksi Menteri Perdagangan yang baru, seperti berjalan berbeda arah atau lain tujuan. Di sini terkesan merusak kedaulatan pemerintah," tutur Usman, tokoh petani sawit di Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara.

Baca juga: Tidak Divaksinasi, Korban Gigitan Anjing Rabies di Flores Meninggal

Keluhan hampir serupa juga disampaikan oleh Bakhtiar, petani sawit, di Desa Blang Ara, Kecamatan Paya Bakong, Kabupaten Aceh Utara. Menurutnya, harga sawit Rp700 per kg tidak sesuai dengan ongkos kerja. Dia mencontohkan ongkos petik pekerja dan upah angkut Rp300 per kg. Kalau harga TBS Rp700 per kg berarti tersisa uang Rp400. Ini belum termasuk biaya lain yang harus dikeluarkan setiap kali panen dua pekan sekali.

"Ironi memang. Apalagi harga Rp600 atau Rp500 bukan hanya tidak mendapat untung, tetapi malah harus mengeluarkan uang lain dari kantong. Itu belum termasuk kebutuhan pupuk dan biaya membersihkan lahan yang harus dipenuhi setiap jatuh tempo," tambah Bakhtiar dengan raut wajah kecewa. (OL-14)

Baca Juga

MI/Moh Irfan

Operasi Baju Bekas Impor oleh Polisi, Pelaku Tekstil: Harus Konsisten

👤mediaindonesia.com 🕔Kamis 23 Maret 2023, 22:55 WIB
PRAKTISI industri tekstil, Rizal Tanzil Rakhman, mendukung langkah kepolisian menggerebek sejumlah gudang pakaian bekas impor di berbagai...
Dok. kemendag

Zulkifli Ajak Menteri Ekonomi ASEAN Jadikan Asia Tenggara Pusat Pertumbuhan Ekonomi Global

👤Mediaindonesia.com 🕔Kamis 23 Maret 2023, 22:24 WIB
“Pertemuan di Magelang menunjukkan komitmen kita bersama untuk mewujudkan visi membangun ASEAN yang tangguh, adaptif, inklusif dan...
ANTARA/HAFIDZ MUBARAK A

Shopeepay Umumkan Integrasi dengan BI-Fast

👤Fetry Wuryasti 🕔Kamis 23 Maret 2023, 20:05 WIB
Perluasan kepesertaan BI-Fast yang terus dilakukan, diharapkan memenuhi kebutuhan masyarakat termasuk stakeholders...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya