Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Sri Mulyani Sebut Pemulihan Ekonomi Dunia Hadapi Tekanan Berat

M Ilham Ramadhan Avisena
20/4/2022 12:15
Sri Mulyani Sebut Pemulihan Ekonomi Dunia Hadapi Tekanan Berat
Menteri Keuangan Sri Mulyani(ANTARA/Galih Pradipta)

MOMENTUM pemulihan ekonomi dunia menghadapi tekanan berat akibat konflik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina. Tensi geopolitik di dua negara Eropa Timur itu berimbas pada pelambatan laju pertumbuhan ekonomi dunia.

Bahkan, International Monetary Fund (IMF) kembali mengoreksi angka prakiraan pertumbuhan ekonomi dunia ke level 3,6%. Hal itu disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN secara virtual, Rabu (20/4).

"Perang di Ukraina dan tensi geopolitik yang makin meningkat menimbulkan tekanan risiko yang makin besar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. Ini menggambarkan bahwa momentum pemulihan ekonomi global mengalami tekanan yang sangat berat," ujarnya.

Baca juga: Menkeu: Indikator Perekonomian Indonesia Menguat

Akibat perang Rusia-Ukraina, sejumlah harga komoditas dunia mengalami peningkatan signifikan. Hal itu mengakibatkan inflasi di sejumlah negara, bahkan dunia terkerek. 

Sri Mulyani mengatakan, IMF juga mengoreksi ke atas proyeksi tingkat inflasi beberapa negara akibat konflik tersebut.

Lembaga pemberi pinjaman itu memproyeksikan inflasi di negara-negara maju akan menjadi 5,7%. Sedangkan tingkat inflasi negara-negara berkembang diperkirakan akan berada di angka 8,7%. 

"Jadi pertumbuhan ekonomi yang diharapkan naik malah menghadapi tekanan dam menurun. Dan yang seharsunya turun malah naik, inflasi diharapkan turun malah naik. Ini terjadi di hampir seluruh negara," kata Sri Mulyani.

Dia menambahkan, konflik Rusia-Ukraina memperparah kenaikan harga-harga komoditas dunia. Sebab, sebelum invansi terjadi, sejumlah harga komoditas dunia telah merangkak naik akibat adanya gangguan pasokan (supply disruption) yang terjadi karena tidak meratanya pemulihan ekonomi dunia.

Peningkatan harga yang cukup ekstrem, kata Sri Mulyani, terjadi pada komoditas energi dan pangan. Mulai dari feronikel, nikel, gas batu bara, minyak bumi, Crude Palm Oil (CPO), gandum, hingga jagung. 

"Kenaikannya itu ekstrem dan cepat, ini menimbulkan syok di hampir semua negara," kata dia.

Karenanya sejumlah bank sentral di dunia mulai mengetatkan kebijakan moneternya untuk mengendalikan kenaikan inflasi. Penaikan suku bunga acuan dan pengetatan likuiditas mulai dilakukan bertahap untuk mendapatkan stabilitas perekonomian.

Namun, di saat yang sama, pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan sejumlah negara, utamanya negara maju dapat mengganggu laju pemulihan ekonomi. Karenanya dibutuhkan koordinasi dan komunikasi yang baik guna mencapai pemulihan ekonomi dunia yang merata.

Khusus di Indonesia, kata Sri Mulyani, kebijakan fiskal dan moneter akan dibuat sedemikian rupa untuk tetap mendukung pemulihan ekonomi nasional. 

"Kita juga akan terus bersama-sama antara pemerintah dengan BI melakukan langkah-langkah untuk menjaga inflasi ini," pungkasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya