Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Fleksibiltas Pengelolaan Fiskal Penting untuk Hadapi Pandemi 

M. Illham Ramadhan Avisena
16/3/2022 17:41
Fleksibiltas Pengelolaan Fiskal Penting untuk Hadapi Pandemi 
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati(Antara/Hafidz Mubarak A)

MENTERI Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, fleksibiltas dan respons cepat pengelolaan fiskal dalam menghadapi krisis merupakan hal penting. Keduanya, disebut menentukan kemampuan negara untuk pulih dan keluar dari ancaman krisis perekonomian. 

"Selama pandemi ini kami terus menjaga fleksibilitas fiskal, kami dapat memfokuskan kembali dan mengalokasikan pengeluaran dengan cara yang cukup cepat dan tepat waktu. Jadi fleksibilitas, serta kelincahan sangat-sangat penting," ujarnya dalam Bloomber Asean Business Summit, Rabu (16/3). 

Hasil dari fleksibilitas dan respons kebijakan fiskal tersebut, kata Sri Mulyani, terlihat dari realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 yang dinilai baik. Pendapatan negara meningkat, belanja dapat ditekan, dan mampu mempersempit defisit anggaran. 

Hal itu kemudian berlanjut pada realisasi APBN Januari 2022 di mana pendapatan negara tumbuh 55% dibanding periode sama pada 2021 (year on year/yoy). Sedangkan belanja negara tumbuh rendah di kisaran 7% (yoy). Hasilnya, pada bulan pertama 2022 APBN mengalami surplus. 

Sri Mulyani meyakini, surplus APBN akan berlanjut pada Februari 2022. Sebab, berdasarkan data sementara pendapatan negara telah tumbuh sekitar 20% dan belanja negara hanya tumbuh di kisaran 0%. "Hngga Februari, kami masih melihat pertumbuhan pendapatan masih di atas 20%," imbuhnya. 

Baca juga : ADB: Investasi Kesehatan Bisa Pacu Pertumbuhan Ekonomi

"Di sisi lain, sisi pengeluaran dalam dua bulan pertama tahun ini bahkan hampir nol. Jadi sebenarnya kita mengalami surplus dari defisit kita," tambah dia. 

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan, kinerja apik APBN itu bakal dijaga pemerintah guna mendorong upaya konsolidasi fiskal. Diharapkan, defisit 2022 akan mampu ditekan jauh dari yang dipatok sebesar 4,85%. 

Namun Sri Mulyani mengakui, tantangan pada perekonomian tak hanya berhenti pada persoalan dampak pandemi covid-19. Masalah geopolitik, disrupsi rantai pasok, hingga tren peningkatan inflasi dinilai bakal menjadi tantangan dalam pemulihan. 

"Kami memahami bahwa ini sebenarnya adalah waktu yang luar biasa bagi dunia, tetapi Indonesia dalam kondisi yang relatif baik di sisi fiskal," pungkas dia. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya