Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Mendag Lepas Ekspor Akhir Tahun Rp35,03 Triliun

Mediaindonesia.com
24/12/2021 09:14
Mendag Lepas Ekspor Akhir Tahun Rp35,03 Triliun
Pelepasan Ekspor Akhir Tahun 2021 oleh Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi di Kawasan Industri KIIC Kara­wang, Jawa Barat, Kamis (23/12).(Ist/Kemendag)

KEMENTERIAN Perdagangan (Kemendag) terus mendorong peningkatan kinerja ekspor untuk percepatan pemulihan ekonomi nasional. Salah satunya melalui kegiatan Pelepasan Ekspor Akhir Tahun 2021 oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi di Kawasan Industri KIIC Kara­wang, Jawa Barat, kemarin.

Kegiatan ini diikuti oleh 278 perusahaan dengan nilai ekspor US$2,44 miliar atau sekitar Rp35,03 triliun. Rin­ciannya, 54 perusahaan (19%) merupakan kategori usaha kecil menengah (UKM) dengan total ekspor mencapai US$5,56 juta atau Rp79,7 miliar. Dengan ragam produk antara lain perikanan dan kelautan, furnitur, handycraft, makanan olahan, rempah-rempah, serta tekstil dan produk tekstil.

Adapun 81% lainnya atau 224 perusahaan berkategori non-UKM dengan total ekspor mencapai US$2,43 miliar atau Rp34,9 triliun. Ragam produk kategori ini antara lain batu bara, otomotif, minyak sawit dan turunannya, produk per­ikanan dan kelautan, tekstil dan produk tekstil, produk kimia, sepeda dan bagiannya, karet dan produk karet, makanan minuman olahan, furnitur, handycraft, besi baja, produk hasil perkebunan, minyak atsiri, dan lain-lain.

Mendag M Lutfi menyebutkan tahun ini Indonesia mencetak prestasi tertinggi untuk ekspor. Jumlahnya mencapai US$209 miliar, lebih tinggi daripada rekor sebelumnya yakni pada 2011 sebesar US$203 miliar.

“Bisa dibayangkan kalau Desember ini konsisten dengan 11 bulan pertama, arti­nya Indonesia akan menembus angka US$230 miliar,” katanya ketika memberikan sambutan pada kegiatan Pelepasan Ekspor Akhir Tahun 2021 di Karawang.

Yang terpenting dari angka tersebut, kata Mendag, terdapat surplus luar biasa. Biasa­nya, Indonesia selalu ditekan oleh defisit, terutama dari defisit migas yang pada 2011 mencapai US$12 miliar.

“Kalau kita lihat pada 2021 ini juga akan mencapai US$12 miliar, tetapi karena surplus nonmigas kita lebih dari US$45 miliar, saya berkeyakinan surplus kita tahun ini akan mencapai setidaknya US$37 miliar,” jelasnya.

Hal tersebut menjadi suatu rekor dan menandakan adanya evolusi di Indonesia. Mendag mencontohkan pada 2011, 3 dari 5 produk nonmigas yang diekspor adalah komoditas primer atau barang-barang pertambangan.

Namun pada tahun ini, pertumbuhannya sudah ber­evo­lusi menjadi bahan industri. Antara lain, crude palm oil (CPO) beserta turunannya, besi baja, elektronik, dan ­otomotif.

“Ini adalah evolusi luar biasa dari Indonesia. Cerita sukses Indonesia berevolusi dari negara penjual barang mentah/setengah jadi, menjadi barang industri dan industri berteknologi tinggi, karena ada beberapa kaitan yang kita laksanakan secara disiplin,” ungkap Mendag.

Pertama, karena market Indonesia besar, sehingga negara ini mempunyai peluang menjadi super power. Misalnya pada industri otomotif yang peluangnya masih terbuka lebar.

Kedua adalah disiplin untuk hilirisasi dari industri komoditas pertambangan. “Tidak pernah terbayangkan bahwa Indonesia akan menjadi produsen yang kompetitif untuk barang-barang tambang itu. Pertumbuhan besi baja kita tahun ini 98%, insya Allah akan tembus US$20 miliar. Inilah ramuan kenapa kita bisa surplus,” ungkapnya.

Ketiga adalah terjadinya peralihan investasi ke Indonesia wilayah timur. “Waktu saya di BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) dulu, semua investasi heavy ada di Jawa. Sekarang kalau lihat angka BKPM, itu sudah 50-50 bahkan lebih besar di timur. Artinya tren perdagangan kita di masa akan datang akan pergi ke timur. Jadi pertumbuhan ekonomi Indonesia bukan hanya di barat tetapi juga di timur,” jelasnya.

Mendag berharap tren di atas akan jadi tonggak baru sejarah Indonesia menjadi negara industri bernilai tambah tinggi. Dengan begitu, cita-cita Indonesia maju akan terwujud.

“Saya mohon kerja sama dari pemerintah daerah untuk memastikan bahwa nilai tambah tersebut menjadi nilai tambah bangsa Indonesia,” tandas Mendag.

58 negara

Dalam laporannya, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi mengatakan kegiatan Pelepasan Ekspor ­Akhir Tahun 2021 merupakan bentuk apresiasi terhadap kinerja para eksportir dan pemerintah daerah.

Para pihak tersebut dinilai turut menyokong upaya peningkatan ekspor dan pemulihan ekonomi nasional, sekaligus memotivasi kalangan dunia usaha untuk terus mempertahankan dan memperluas pasar ekspor.

“Kegiatan ini terkoneksi secara langsung dengan 17 titik pelepasan lainnya yang dipimpin pejabat di lingkungan Kementerian Perdagangan, didampingi oleh pejabat daerah dan perusahaan,” katanya.

Antara lain Serang, Palalawan, Pekanbaru, Lampung, Pangkalpinang, Kabupaten Tangerang, Bogor, Bekasi, Salatiga, Boyolali, Semarang, Yogyakarta, Gresik, Sidoarjo, Pontianak, Mataram, hingga Samarinda.

Adapun negara tujuan ekspor tersebar ke 58 negara. “Sebanyak 87% didominasi ke pasar tradisio­nal. Sementara itu, sisanya ke negara nontradisional, antara lain Polandia, Kolombia, Pakistan, Kamboja, Afrika Selatan, Meksiko, dan Oseania,” sebut Didi.

Kegiatan pelepasan ekspor ini bekerja sama dengan pelaku usaha dan pemerintah daerah di 26 provinsi dan berlangsung secara offline dan online.

Mendag juga sempat berbincang dengan perusahaan dan kepala daerah yang melaksanakan kegiatan Pelepasan Ekspor Akhir Tahun 2021 di daerah lain melalui sambungan virtual.

PT Pan Brothers Tbk di Boyolali, misalnya, melaporkan bahwa mereka melepas ekspor produk garmen ke Amerika Serikat dengan nilai US$838 ribu. Mendag pun meminta pemerintah kabupaten Boyolali untuk membantu dan membina para eksportir yang ada di daerah mereka.

“Siap, Pak Menteri, kami laksanakan. Kami juga bangga menjadi bagian dari 278 perusahaan yang melaksanakan pelepasan ekspor akhir tahun 2021 ini,” ujar Wakil Bupati Boyolali Wahyu Irawan.

Sementara itu, PT Prima Copper Industri asal Tangerang, Banten, meng­ekspor sebanyak 48 ton bata kuningan dan kawat ku­ningan ke Bangladesh dan Malaysia. Nilai ekspornya mencapai US$411 ribu. (Ifa/S3-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya