Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Survei : Konsumen Temukan Kemudahan Berbelanja Online Dibanding Pergi ke Toko

Ghani Nurcahyadi
06/12/2021 20:26
Survei : Konsumen Temukan Kemudahan Berbelanja Online Dibanding Pergi ke Toko
Diseminasi survei Ipsos Global Trends 2021(Dok. Ipsos)

TREN belanja daring mengalami peningkatan selama pandemi Covid-19. Survei Ipsos Global Trends 2021 bahkan menunjukkan bahwa konsumen merasa lebih mudah berbelanja daring dibandingkan datang ke toko tradisional. Dari 25 negara yang disurvei, Indonesia menunjukkan persentase tertinggi dari preferensi kemudahan berbelanja daring (73%). 

Meski demikian, survei Ipsos juga menunjukkan masih ada negara yang mayoritas penduduknya mengaku lebih sulit berbelanja online, diantaranya Afrika Selatan, Kenyang, dan Nigeria. 

Managing Director Ipsos Indonesia Soeprapto Tan mengatakan, survei tersebut dilakukan untuk menunjukkan sinyal perubahan dalam berbelanja, bukan hanya soal belanja online. Survei Ipsos Global Trends 2021 juga menemukan tren mengenai konsumerisme hingga perubahan iklim dalam tren berbelanja. 

Soeprapto menjelaskan, perubahan yang terlihat dalam data tersebut cenderung didorong tren opini publik yang sudah berlangsung lama sebelum Covid-19 (macro forces).

"Yang mana macro forces tersebut mendorong adanya shifts atau pergeseran perilaku masyarakat yang diukur dalam banyak penelitian yang kita lakukan. Kemudian, dari pergeseran tersebut, kita melihat adanya sinyal-sinyal perubahan pada seluruh masyarakat. Ketiga hal tersebut mempengaruhi satu sama lain dan kita perlu untuk memahami perubahan pada setiap levelnya untuk secara efektif memahami bagaimana masa depan," katanya dalam keterangan tertulis. 

Laporan Ipsos Global Trends 2021 yang melibatkan 24.000 responden dari 25 negara menemukan bahwa mayoritas konsumen dunia dapat menemukan penawaran lebih baik saat berbelanja online dibandingan di toko konvensional.

Misalnya di Indonesia yang menempati urutan ke-4 di antara negara tersurvei lainnya dengan presentase 83 persen. Konsumen Indonesia setuju bahwa mereka dapat menemukan penawaran lebih baik saat berbelanja online dibandingkan di toko.

Sebesar 81 persen konsumen di Indonesia mengaku percaya pada rekomendasi online dari aplikasi atau situs terkenal.

Terkat pemilihan merek, mayoritas pasar di dunia masih belum banyak memilih merek lokal. Mereka berpendapat bahwa merek global memilik produk yang lebih unggul dibandingkan merek lokal negaranya, seperti di Nigeria (77 persen), Kenya (67 persen), India (62 persen), Thailand (58 persen), dan Singapura (55 persen).

Hal itu berbeda dengan pasar Indonesia di mana 59 persen konsumen tidak setuju bahwa merek global memiliki produk yang lebih baik daripada merek lokal. Data itu selaras dengan data survei yang sama bahwa 87 persen konsumen di Indonesia lebih cenderung untuk memilih membeli produk lokal dibandingkan produk global.

Baca juga :ABB dukung Shell Indonesia Hadirkan Solusi Pengisian Daya Kendaraan Listrik

"Untuk pasar Indonesia, dari data hasil survei Ipsos Global Trends 2021 terlihat nyata bahwa belanja online dan pilihan merek lokal sangat menonjol dan peningkatanya sangat signifikan bila dibandingkankan sebelum pandemi," kata Soeprapto Tan.

Soeprapto menjelaskan, selain karena faktor kemudahan penggunaan saluran belanja online, seperti aplikasi, situs, sosial media, dan lainnya, faktor kemudahan menemukan penawaran atau promo lebih banyak dan lebih baik menjadi salah satu pertimbangan konsumen lebih cenderung memilih belanja online dibandingkan di toko,. 

"Dan untuk pilihan merek lokal, konsumen merasakan merek lokal Indonesia saat ini dapat bersaing bahkan dengan merek global. Untuk itu, saya melihat produk lokal dan belanja online masih akan tetap menjadi pilihan konsumen ke depannya," ujar Soeprapto.

Meningkatnya tren belanja online juga berkaitan dengan akselerasi teknologi khususnya penyebaran internet. Survei Ipsos menyebutkan, 80 persen warga Indonesia mengaku kesulitan jika tidak menggunakan internet. Dalam peringkat tersebut, Indonesia menduduki peringkat empat di dunia, mengungguli Inggris, Australia, Thailand, bahkan Amerika Serikat.

Kendati demikian, 84 persen publik di semua negara setuju bahwa perusahaan media sosial memiliki terlalu banyak kekuatan. Persepsi itu meningkat di hampir semua negara antara 2019 dan 2021, dengan peningkatan paling menonjol terjadi di Tiongkok, Indonesia, dan Afrika Selatan.

Selain tren belanja online, survei Ipsos Global Trends 2021 juga mengungkapkan meningkatnya perhatian pada perubahan iklim. Bahkan, kesadaran terhadap perubahan iklim terhitung tinggi di Indonesia dengan persentase 87 persen. Di sisi lain, penanganan terhadap isu itu pun jadi perhatian besar di negara berkembang. 

Selain itu, survei Ipsos Global Trends 2021 yang dilakukan di tengah pandemi, juga memperlihatkan naiknya kepercayaan terhadap sains, terutama di bidang kesehatan. Analoginya, enam dari sepuluh responden global setuju bahwa semua masalah medis dapat disembuhkan (60 persen).

Pada 2020, kepercayaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 sempat mengalami penurunan di beberapa negara, namun mayoritas kembali menguat di Tiongkok dengan 22 persen, Peru dan Cile masing-masing 7 persen, Brasil 4 persen, Indonesia 2 persen, dan India 1 persen.

Sedangkan responden negara lain seperti Italia (-4 persen), Inggris dan Australia (masing-masing -6 persen), dan Amerika Serikat (-12 persen) masih meragukan manfaat dari vaksin itu sendiri. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik