Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

BI Yakin Dampak Tapering Off tidak Separah Taper Tantrum

M. Ilham Ramadhan Avisena
27/10/2021 16:03
BI Yakin Dampak Tapering Off tidak Separah Taper Tantrum
Logo Bank Indonesia yang terpasang di pagar gedung kawasan Jakarta.(MI/Susanto)

GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meyakini pengurangan stimulus (tapering off) yang akan dilakukan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), tidak seburuk dampak taper tantrum pada 2013. 

Menurut Perry, dampak tapering off kali ini dinilai tidak terlalu signifikan pada perekonomian Indonesia. "Rencana Fed untuk tapering ini jauh lebih rendah dari taper tantrum pada 2013, atau bahkan beberapa episode kemudian," ujarnya dalam konferensi pers KSSK secara virtual, Rabu (27/10).

Setidaknya, lanjut dia, terdapat tiga alasan yang membuat BI meyakini dampak tapering off tidak begitu besar terhadap perekonomian nasional. Pertama, komunikasi yang dilakukan The Fed mengenai rencana tapering dilakukan secara berulang, sehingga pasar dapat melakukan antisipasi dengan baik.

Baca juga: Ada Sinyal BI Kurangi Suntikan Likuiditas pada Tahun Depan

Kedua, fundamental Indonesia saat ini dinilai jauh lebih baik dibanding saat taper tantrum pada 2013. Hal itu tercermin dari defisit transaksi berjalan Indonesia yang rendah. Pada 2013, defisit transaksi berjalan Indonesia melebihi 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

"Sekarang kita perkirakan 0-0,8% dan tahun depan lebih rendah. Sehingga, tekanan dari nilai tukar rupiah juga jauh lebih rendah," imbuh Perry.

Lalu ketiga, BI memiliki koordinasi yang cukup baik dengan Kementerian Keuangan. Koordinasi kuat itu menghasilkan stabilitas nilai tukar rupiah dan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN). Pun, cadangan devisa berada di posisi yang cukup baik, yakni US$146,9 miliar per September 2021.

"Iya kita harus waspada, memonitor, antisipasi secara baik. Tapi kalau bandingannya dengan taper tantrum, kita bisa mengatasinya," pungkasnya.

Baca juga: OJK Sebut Sektor Jasa Keuangan RI dalam Kondisi Stabil

Senada, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai kondisi ekonomi Indonesia yang lebih kuat, sebagai hasil koordinasi moneter dan fiskal yang saling mendukung. Hal itu sejatinya terlihat dari beberapa indikator perekonomian nasional.

Misalnya, aliran modal yang masuk ke Indonesia cukup deras. Tidak hanya di pasar modal, aliran modal juga masuk ke pasar obligasi dan investasi di sektor riil.

"Ini memperkuat neraca pembayaran dari sisi ekspor kita. Tidak hanya dari komoditas, namun juga dari sektor manufaktur, pertanian dan kemampuan kita mengurangi defisit neraca jasa. Ini menjadi sangat penting," tutur Ani, sapaan akrabnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan kekuatan ekonomi Indonesia juga ditunjukkan dari kinerja APBN yang sehat. Terlebih dalam beberapa bulan terkahir, kinerja penerimaan negara menunjukkan tren perbaikan dan peningkatan.(OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya