Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

SKDU BI: Likuiditas Dunia Usaha Triwulan III-2021 Melambat

Fetry Wuryasti
13/10/2021 13:16
SKDU BI: Likuiditas Dunia Usaha Triwulan III-2021 Melambat
Likuiditas dunia usaha(ILustrasi)

HASIL Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia menunjukkan mayoritas responden menunjukkan kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi normal.

Responden menyatakan kondisi likuiditas pada triwulan III-2021 masih melambat cukup dalam. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih (SB) likuiditas sebesar 3,54%, lebih rendah dibandingkan SB 9,59% (qtq), namun lebih tinggi dibandingkan SB -2,82% (yoy) pada triwulan III-2020.

"Pada periode tersebut, jumlah responden yang menjawab likuiditas dalam kondisi buruk meningkat 11,87%, lebih tinggi dari 10,05% pada triwulan sebelumnya," kata kata Kepala Grup Departemen Komunikasi Bank Indonesia Muhamad Nur, Rabu (13/10).

Pada triwulan III-2021, kemampuan perusahaan untuk mencetak laba diindikasi melambat dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari SB indikator rentabilitas sebesar 1,49%, lebih rendah dari SB 7,71% pada triwulan sebelumnya, meski lebih tinggi dari SB -6,34% pada triwulan III-2020.

Persentase responden yang menjawab rentabilitas dalam kondisi memburuk meningkat dari 11,99% pada triwulan II-2021 menjadi 14,03% pada triwulan III-2021.

"Responden menilai akses kredit perbankan pada triwulan III-2021 dalam kondisi lebih sulit dibandingkan triwulan sebelumnya. SB akses kredit pada triwulan III-2021 sebesar -3,05%, turun lebih dalam dibandingkan SB -2,44% pada triwulan II-2021, meski tidak sedalam SB -5,96% pada triwulan III-2020," kata Muhamad Nur.

Di sisi lain, responden yang menjawab bahwa akses kredit lebih mudah tercatat 4,65% sedikit menurun dari 5,37% dari triwulan sebelumnya.

Pada triwulan III-2021, SBT tenaga kerja tercatat sebesar -8,88%, turun lebih dalam dibandingkan -2,18% pada triwulan II-2021, meski lebih baik dibandingkan SBT -16,47% pada triwulan III-2020.

Berdasarkan sektor ekonomi, penurunan terjadi pada beberapa sektor utama, seperti sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan, sektor Pertambangan dan Penggalian dan sektor Industri Pengolahan dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran karena efisiensi proses kerja, merumahkan sementara karyawannya dan belum mengganti karyawan yang pensiun atau telah habis masa kontrak.

"Pada triwulan IV-2021, penggunaan tenaga kerja diprakirakan membaik meski masih terbatas dengan SBT sebesar -4,93% sejalan dengan prakiraan perbaikan kegiatan usaha," kata Muhamad Nur.

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran khususnya subsektor Restoran dan Jasa-jasa menjadi sektor yang tercatat positif dengan SBT 0,03% dan SBT 0,02%. Sementara sektor lain tercatat mengalami perbaikan antara lain sektor Industri Pengolahan (SBT -0,88%), Pengangkutan dan Komunikasi (SBT-0,26%) dan Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan (SBT -0,74%).

Pada semester II-2021, kondisi margin usaha juga cenderung menurun bila dibandingkan dengan semester I-2021, meski masih lebih baik dibandingkan semester II-2020.

Perolehan margin usaha pada semester II-2021 diperkirakan sebesar 15,18%, menurun dibandingkan semester I-2021 sebesar 15,34% meski lebih baik dibandingkan semester II-2020 sebesar 14,41% dan masih lebih rendah dari rata-rata 3 tahun terakhir sebesar 15,35%.

Margin usaha tertinggi dicatat oleh sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (19,94%), meski melambat dibandingkan semester sebelumnya (19,97%).

Sementara sektor Pertambangan mencatatkan margin usaha sebesar 17,55% pada semester II-2021, melambat dibandingkan 17,85% namun meningkat cukup signifikan dibandingkan 14,59% pada semester yang sama tahun lalu dan rata-rata margin usaha selama 3 tahun terakhir sebesar 15,4%, sejalan dengan kenaikan harga komoditas tambang.

Harga Jual

Tekanan kenaikan harga jual diindikasikan menurun pada triwulan III-2021 dengan nilai SBT sebesar 5,03%, lebih rendah dari SBT 6,48% (qtq) pada triwulan II-2021.

Baca juga : Sejak 2018, Kemenkominfo dan OJK Blokir 4.873 Konten Fintech Online

Hal tersebut disebabkan melambatnya kenaikan harga jual sektor Industri Pengolahan (SBT 1,72%), Perdagangan, Hotel dan Restoran (SBT 1,08%), sejalan dengan penurunan kegiatan masyarakat saat PPKM Darurat/Level 4 selama Juli-Agustus.

Sementara itu, sektor Pengangkutan dan Komunikasi tercatat mengalami penurunan harga jual dengan SBT -0,11% (qtq), turun dari SBT 0,09% pada triwulan sebelumnya.

Tekanan kenaikan harga jual diprakirakan meningkat pada triwulan IV-2021, dengan SBT sebesar 6,35%, lebih tinggi dibandingkan 5,03% pada triwulan III-2021 dan SBT 1,87% pada triwulan IV-2020.

"Peningkatan tekanan kenaikan harga jual terutama terjadi pada sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan & Perikanan sejalan dengan pola historis harga jual tanaman bahan makanan yang tinggi saat HBKN Natal dan Tahun Baru," kata Muhamad Nur.

Sektor lain yang diprakirakan akan mengalami kenaikan harga jual antara lain sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (SBT 1,26%), Industri Pengolahan (SBT 1,84%), dan Pengangkutan dan Komunikasi (SBT 0,1%).

Kenaikan harga jual, diprakirakan akan berdampak pada inflasi. Hasil survei pada triwulan III-2021 menunjukkan responden memprakirakan rata-rata inflasi pada 2021 sebesar 2,94% (yoy), atau masih berada dalam rentang sasaran inflasi 2021 sebesar 3% plus minus 1%.

Berdasarkan sektor ekonomi, prakiraan tingkat inflasi paling tinggi ditunjukkan oleh responden di sektor Konstruksi (3,51%), diikuti sektor Industri Pengolahan (3,18%). Sementara prakiraan inflasi paling rendah ditunjukkan oleh responden di sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yaitu secara rata-rata sebesar 2,56%.

Di sisi investasi, pada triwulan III-2021, realisasinya turun dan berada pada fase kontraksi dengan SBT sebesar -1,74%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya dengan SBT sebesar 2,94%, dan lebih rendah dibandingkan SBT -1,27% pada triwulan III-2020.

Berdasarkan sektor ekonomi, penurunan realisasi kegiatan investasi pada triwulan III-2021 terindikasi terjadi pada sektor Industri Pengolahan dan Jasa-jasa dengan SBT masing-masing sebesar -1,3% dan -0,66%.

Adapun sektor Konstruksi tercatat mengalami perbaikan meski masih dalam fase kontraksi dengan SBT -0,11%. Kegiatan investasi pada triwulan IV-2021 diprakirakan meningkat dengan SBT sebesar 5,53%, didorong pertumbuhan beberapa sektor seperti sektor Pertambangan dan Penggalian (SBT 5,82%) antara lain sejalan dengan peningkatan tambahan rig pengeboran dan pembelian alat berat.

Untuk upah, perkembangan kenaikan upah pada semester II-2021, lebih rendah dibandingkan semester I-2021, meski lebih tinggi dibandingkan semester II-2020. Kondisi ini terindikasi dari SB upah sebesar 3,54%, melambat dibandingkan SB 15,71% pada semester I-2021, namun lebih tinggi dari SB -2,05%pada semester II-2020.

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tercatat mengalami penurunan upah (SB -4,93%), sementara sektor Industri Pengolahan tercatat mengalami kenaikan upah tertinggi dengan SB sebesar 8,11% di semester II-2021, meski melambat dibandingkan SB 28,61% pada semester I-2021.

Berdasarkan level pegawai, secara rata-rata, upah pegawai untuk level setingkat mandor/supervisor pada semester II-2021 sebesar Rp4,65 juta per bulan.

Sementara itu, untuk pegawai dengan level di bawah mandor/supervisor sebesar Rp3,02 juta per bulan. Berdasarkan sektor ekonomi, tingkat upah rata-rata paling tinggi terdapat pada sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yaitu sebesar Rp6,16 juta per bulan untuk pegawai setingkat mandor/supervisor, dan sebesar Rp3,69 juta per bulan untuk pegawai dengan level di bawah mandor/supervisor. (OL-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya