Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

IHSG Minim Sentimen Menanti Arah Kebijakan Bank Sentral

Fetry Wuryasti
12/10/2021 10:43
IHSG Minim Sentimen Menanti Arah Kebijakan Bank Sentral
Karyawan melintas di dekat layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.(ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

INDEKSHarga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa (12/10) dibuka pada level 6.462,32, menguat dari penutupan kemarin di level 6.459,69.

Pekan ini dari dalam negeri akan ada rilis data neraca dagang dan dilanjutkan dengan suku bunga acuan BI (BI 7DRRR) pada pekan berikutnya.

IHSG diperkirakan akan sedikit tertahan mengikuti pergerakan bursa regional dan global, dan menanti arah kebijakan bank sentral Inggris, mengingat bank sentral beberapa negara sudah siap mengurangi stimulusnya.

"IHSG diprediksi melemah. Secara teknikal trend penguatan mulai terbatas dalam jangka pendek, dan membentuk overbought atau jenuh beli, mengindikasikan potensi koreksi. Pergerakan akan minim sentimen dari data ekonomi. Investor masih akan mencermati perkembangan kebijakan moneter dari Amerika Serikat," kata Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper, Selasa (12/10).

Bursa Amerika Serikat ditutup Melemah. Dow Jones ditutup -0,72%, Nasdaq ditutup -0,64%, S&P 500 ditutup -0,69%. Bursa saham Wall Street ditutup melemah setelah berfluktuasi sepanjang hari dikarenakan kecemasan investor jelang musim rilis laporan keuangan kuartal III-2021.

Masalah rantai pasokan dan biaya energi yang lebih tinggi serta hal-hal lain telah memicu kekhawatiran tentang pelaporan pendapatan, yang akan dimulai dengan hasil JPMorgan Chase & Co pada hari Rabu (13/10).

Laporan pendapatan menjadi sangat penting bagi investor yang khawatir tentang bagaimana gangguan pasokan dan tekanan inflasi akan mempengaruhi laba.

Di sisi lain, kenaikan harga komoditas sepanjang bulan September mendorong kepercayaan diri pelaku usaha terkait membaiknya kinerja perekonomian dalam negeri. Kinerja ekspor berpotensi lebih baik dibandingkan periode sebelumnya.

Naiknya harga minyak kelapa sawit (CPO) sebesar 11,5%, batubara 30%, jagung 8,2% dan kopi 5,4% secara bulanan memberikan optimisme adanya pemulihan daya beli.Tren kenaikan harga komoditas dinilai menjadi trigger terhadap membaiknya pendapatan masyarakat yang bekerja pada sektor komoditas.

"Namun kenaikan dari harga komoditas energi dan juga pangan dapat mendorong kenaikan inflasi, karena biaya produksi dapat lebih tinggi nantinya," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus.

Mengacu pada survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia, optimisme konsumen terlihat dari Indeks Ekspektasi Kondisi Ekonomi (IEK) pada September 2021 sebesar 118,2 naik dari sebelumnya 95,3 pada Agustus 2021.

"Konsumen memperkirakan ekspansi kondisi perekonomian pada 6 bulan ke depan akan membaik seiring dengan menurunnya penyebaran kasus Covid-19, di tengah peningkatan laju vaksinasi untuk mencapai herd immunity dan perluasan relaksasi mobilitas masyarakat," kata Nico.

Bank Indonesia mencatat, seluruh komponen IEK meningkat pada September 2021 dan berada pada level optimis. Indeks Ekspektasi Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha masing-masing tercatat mencapai 122,8 dan 117,4.

Peningkatan Indeks Ekspektasi Penghasilan terpantau menguat pada seluruh tingkat pengeluaran, tertinggi pada responden dengan tingkat pengeluaran Rp4 juta dan Rp1 juta hingga Rp 5 juta per bulan.

Sejalan dengan itu, indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang pun berada di zona optimistis sebesar 114,4.

Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh kelompok pendidikan dan seluruh kelompok usia, terutama kelompok responden dengan usia 20-30 tahun.

Tentu ini dapat menjadi sentimen positif pada pelaku pasar yang juga telah direspon oleh kenaikan IHSG secara bulanan sebesar 6.l,39% dan aksi beli investor asing tercatat sebesar Rp 3,84 triliun.

"Masuknya investor asing pada saham – saham bluechip perbankan sebagai indikasi membaiknya ekspektasi investor terhadap progress pemulihan ekonomi maupun pandemi menjelang sisa akhir tahun," kata Nico. (Try/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya