KETUA Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) M. Ikhsan Ingratubun membeberkan, selama setahun terakhir pandemi, puluhan juta usaha mikro, kecil dan menengah atau UMKM gulung tikar. Dia menyebut, jumlah UMKM di Tanah Air mencapai 64 juta per 2019.
"Keadaan UMKM saat pandemi dari 2020 sampai sekarang, bahwa 30 juta UMKM bangkrut. Ini data dari Kadin (Kamar Dagang dan Industri) dari Juli 2020," ujarnya dalam webinar Digitalisasi Pembiayaan untuk UMKM yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sabtu (18/9).
Ikhsan juga memaparkan berdasarkan survei Bank Indonesia pada Maret 2021, sebanyak 87,5% UMKM terdampak akibat pandemi dan 93,3% pelaku usaha sektor tersebut merasakan dampat penurunan omzet penjualan.
"Lalu dari survei itu menyebut, 12,5% UMKM ternyata tidak terdampak dan ada 27,6% unit usaha itu justru mengalami peningkatan (omzet) saat pandemi," jelasnya.
Baca juga: Kementerian Investasi Telah Terbitkan 205 Ribu Izin Usaha dari OSS
Akumindo menghimpun cara atau langkah yang dilakukan UMKM dalam upaya mempertahankan bisnisnya di tengah ganasnya pandemi. Poin utamanya ialah transformasi usaha. Ikhsan mengatakan, ada pelaku UMKM yang berganti usaha dalam satu hari penuh demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Jadi, ada yang pagi jual apa, lalu sorenya berjualan lain. Lalu ada juga UMKM yang sebelumnya hanya menjahit pakaian, kemudian memproduksi kain masker. Hal ini mengikuti tren yang ada," ucapnya.
Transformasi lainnya ialah memasarkan produk mereka dari offline ke online atau digital. Akumindo menyebut, lebih dari 15 juta pemasar produk telah berada di marketplace.
Fakta menariknya ialah, dari angka tersebut didominasi pelaku usaha yang berumur di bawah 40 tahun untuk menggerakan bisnis mereka atau di angka 93%
"Para UMKM yang terdampak ini, baik yang kena PHK (pemutusan hubungan kerja) dan bangkrut disebabkan oleh pandemi, ingin berusaha bangkit kembali. Tentu ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang kondusif," tutupnya. (OL-4)