Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Kementan Upayakan Regenerasi Petani

M. Ilham Ramadhan Avisena
16/9/2021 15:00
Kementan Upayakan Regenerasi Petani
Ilustrasi(ANTARA)

KEMENTERIAN Pertanian terus berupaya menarik generasi muda untuk bertani sebagai upaya regenerasi petani. Sebab saat ini sebanyak 78% petani berusia di atas 45 tahun, sedangkan petani berusia di bahwa 45 tahun hanya berkisar 22%. 

Demikian disampaikan Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi saat mengunjungi Balai Penelitan Industri dan Penyegar di Sukabumi yang dikutip dari siaran pers, Kamis (16/9). Dia mengatakan, regenerasi petani juga sedianya menjadi perhatian dari Presiden Joko Widodo. 

Baca juga: Insentif PPnBM Berikan efek Berganda bagi Perekonomian

Presiden, kata Harvick, meminta Kementan untuk segera menstimulasi generasi muda agar tetarik dan mau menjadi petani untuk turut berkontribusi menjaga ketahanan pangan nasional. 

“Pertama tentu ini soal trust. Kedua soal ketersediaan dan income. Ini menyangkut kerja kita semua persoalan bagaimana kita membuat situasi ruang lingkup pertanian ini untuk kaum muda, seperti pengadaan benih dan bibit. Ini semua jadi catatan bagi anak-anak muda yang sudah sangat mudah mengakses situasi dan kondisi internasional," ujar Harvick.

Dia menambahkan, saat ini Kementan tengah berupaya mendatangkan teknologi dan mekanisasi alat pertanian yang mutakhir. Hal tersebut dilakukan untuk menarik minat generasi muda. Selain itu, Kementan juga menyiapkan sekolah-sekolah vokasi untuk mendukung regenerasi petani muda.

“Mudah-mudahan (bisa tercapai), karena yang pertama tadi soal ruang lingkup pertanian sedang kita kejar, teknologi-teknologi. Terus sekolah-sekolah vokasi kita juga segera akan kita resmikan. Terus juga saya lihat sendiri mekanisasi bidang pertanian juga alhamdulillah sudah maju pesat,” tutur Harvick.

Dalam kunjungan kerjanya di Balai Penelitian Industri dan Penyegar (Balitri) Sukabumi tersebut, Wamentan turut meninjau pembenihan produk utama seperti kakao, kopi, dan karet di lahan seluas 160 hektare.

Harvick yang didampingi oleh Kepala pusat penelitian dan pengembangan perkebunan Syafarudin juga meninjau alat proses Bio Teknologi dari bahan baku 1 ton CPO yang bisa menghasilkan 82% bio solar. Alat tersebut hasil penelitian selama 15 tahun dan sudah lolos uji kelayakan dari berbagai lembaga. Namun sayangnya, bio teknologi ini masih terkendala regulasi pemasaran, sebab hal itu berada di ruang lingkup PT Pertamina (Persero). (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Astri Novaria
Berita Lainnya