Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Imbas Pandemi Covid-19, Garuda Rugi Rp36 Triliun Selama 2020

Insi Nantika Jelita
18/7/2021 11:28
Imbas Pandemi Covid-19, Garuda Rugi Rp36 Triliun Selama 2020
Pesawat Garuda Indonesia bersiap landing di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.(Antara)

MASKAPAI nasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mengalami kerugian sebesar US$2,5 miliar atau Rp36,2 triliun pada tahun lalu akibat pandemi. Hal itu disampaikan Garuda dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia pada Sabtu (17/7).

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2020, Garuda membukukan pendapatan sebesar US$1,49 miliar. Angka tersebut merosot tajam dibanding sebelum terdampak pandemi atau pada 2019 yang mencetak pendapatan US$4,57 miliar.

"Grup mengalami kerugian sebesar US$2,5 miliar untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2020 dan pada 31 Desember 2020 liabilitas jangka pendek grup melebihi aset lancarnya sejumlah US$3,8 miliar," tulis laporan Garuda.

Garuda juga mengaku mengalami defisiensi ekuitas sebesar US$1,94 miliar di 2020. Perusahaan pelat merah itu mengungkapkan, kondisi keuangan yang memburuk terutama ganasnya pandemi covid-19 yang diikuti denganpembatasan perjalanan sehingga menyebabkan penurunan perjalanan udara yang signifikan.

Garuda mengaku mengoptimalisasi pendapatan dari penumpang rute domestik dan internasional melalui optimalisasi produksi serta strategi dynamic pricing. Lalu, akan meningkatkan penerbangan kargo berjadwal, menutup rute-rute yang tidak menghasilkan profit dan lainnya.

Seperti diketahui, kondisi finansial Garuda terpuruk dengan adanya utang mencapai Rp70 triliun dan bertambah Rp1 triliun setiap bulannya. Selain itu, perusahaan pelat merah itu merestrukturisasi bisnis dengan memangkas jumlah armada pesawat yang dioperasikan.

Dari 142 armada menjadi 53 armada. Usut punya usut masalah masa lalu yang menggurita berimbas pada utang segunung Garuda, yakni harga sewa pesawat yang dipatok lessor tercatat paling tinggi di dunia, dengan mencapai 60%, sehingga membebani keuangan perseroan. (Ins/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik