Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Harga Emas Bangkit Saat Data Ketenagakerjaan AS Lebih Rendah

Mediaindonesia.com
05/6/2021 06:42
Harga Emas Bangkit Saat Data Ketenagakerjaan AS Lebih Rendah
Ilustrasi emas batangan.(AFP)

SETELAH lebih dari dua pekan, harga emas bangkit dari level terendah pada akhir perdagangan. Di lain sisi, data penggajian (payrolls) nonpertanian Amerika Serikat (AS) tidak naik sebanyak proyeksi awal.

Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman periode Agustus di divisi Comex New York Exchange, terangkat US$18,7 atau 1%, kemudian ditutup pada US$1.892 per ounce. Sehari sebelumnya, atau Kamis waktu setempat, harga emas berjangka anjlok US$36,6 dolar atau 1,92% menjadi US$ 1.873,30.

Dalam seminggu terakhir, harga emas anjlok sekitar 0,7%. “Kami melihat reli moderat setelah data ketenagakerjaan nonpertanian meleset, atau lebih rendah dari proyeksi awal yang jauh lebih besar,” tutur analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff.

Baca juga: Biden Perluas Daftar Hitam Perusahaan Tiongkok

"Rebound yang kita lihat hari ini membuat tren naik pada grafik harian, namun tetap hidup di pasar emas. Hal itu mendorong kenaikan," imbuh Wyckoff.

Data ketenagakerjaan nonpertanian AS meningkat 559.000 pada bulan lalu. Itu dibandingkan perkiraan 650.000 dalam jajak pendapat. Sementara itu, permintaan baru untuk barang produksi AS turun lebih besar dari yang diperkirakan pada April.

Departemen Tenaga Kerja melaporkan bahwa otoritas AS hanya menambahkan 559.000 pekerjaan pada Mei, atau lebih rendah dari yang diharapkan. Adapun tingkat pengangguran turun ke titik terendah pada pandemi covid-19, yakni 5,8% pada Mei dari sebelumnya 6,1% pada April.

Baca juga: Harga Emas Menuju Level Psikologis Baru

Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama global, turun dari level tertinggi dalam tiga minggu. Kondisi itu membuat emas lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lain. Sementara, imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan, terpantau bergerak lebih rendah.

“Apa yang kami lihat dalam pergerakan emas adalah ekspektasi inflasi. Itu sebagian didasarkan pada data ekonomi yang lebih kuat. Seperti, pertumbuhan lapangan kerja yang lebih tinggi, pemulihan ekonomi AS dan sebagian wilayah Eropa, serta Tiongkok,” papar Managing Partner CPM Group Jeffrey Christian.(Ant/OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik