Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Tegaskan Bukit Algoritma Bukan Gimik, Budiman: Digagas Sejak 2018

Insi Nantika Jelita
15/4/2021 19:24
Tegaskan Bukit Algoritma Bukan Gimik, Budiman: Digagas Sejak 2018
Budiman Sudjatmiko (kiri) saat peluncuran bukit algoritma(Antara)

KETUA Pelaksana Kerja Sama Operasi Kiniku Bintang Rasa KSO Budiman Sudjatmiko membantah bahwa proyek pembangunan Bukit Algoritma yang akan dijadikan seperti Silicon Valley versi Indonesia hanya gimik belaka.

Proyek akan dikembangkan PT Kiniku Bintang Raya di lahan seluas 888 hektare di Cikadang dan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat menelan Rp18 triliun, ungkap Budiman akan melibatkan para inovator dan investor di berbagai bidang.

"Ini bukan gimik, karena sumber daya manusia peneliti dan inovatornya sudah banyak kami kumpulkan sejak 2018, tiga kampus besar Institute Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Padjajaran sudah MoU dengan kami untuk riset," jelas Budiman kepada Media Indonesia, Kamis (15/4).

Ketiga kampus tersebut, lanjut Politisi PDI Perjuangan itu akan diberikan masing-masing 25 hektare lahan untuk mengembangkan riset, mulai dari pertanian, kesehatan, energi terbarukan, pengelolaan Badan Usaha Milik Desa atau Bumdes dan lainnya.

Baca juga: Tiruan "Silicon Valley' ala Indonesia Jangan Cuma Gimmick

"Kita melibatkan perusahaan untuk Bumdes, koperasi bahkan nanti ada Bumdes tower dan lembaga research," sebut Budiman.

Selain itu Budiman juga mengaku Kiniku menggandeng PT Amarta Karya (Persero) sebagai kontraktor yang akan dibayar menggunakan dana dari para investor yang dikatakan sudah melirik proyek Bukit Algoritma.

"Kami konsolidasikan investor-investor untuk membiayai inovasi teknologi tinggi dan pasar sudah ada yang tertarik itu. Kami kan bukan amatiran," kata Budiman.

Diketahui, ada tiga perusahaan yang bakal mengendalikan proyek Bukit Algoritma, mereka adalah PT Kiniku Nusa Kreasi, PT Bintang Raya Lokalestari, dan PT Amarta Karya.

Terpisah, Peneliti Center of Innovation and Digital Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Hanif Muhammad menuturkan proyek Bukit Algoritma diminta bukan sekedar gimik belaka. Dia pun mencontoh pembangunan proyek yang dianggap gagal seperti Science Techno Park pada 2015 lalu.

"Proyek-proyek seperti ini perlu langkah yang jelas, sifatnya (jangan) gimmick, sehingga dapat membuat anggaran membengkak," kata Hanif dalam diskusi online Indef, Kamis (15/4). (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya