Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Tiruan "Silicon Valley' ala Indonesia Jangan Cuma Gimmick

Insi Nantika Jelita
15/4/2021 14:35
Tiruan
Penandatanganan kontrak pekerjaan pengembangan Bukit Algoritma pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan pengembangan teknologi dan industri 4.0(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

PENELITI Center of Innovation and Digital Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Hanif Muhammad menuturkan proyek Bukit Algoritma di kawasan Cibadak dan Cikidang, Sukabumi, Jawa Barat, harus jelas konsep pembangunannya.

Bukit Algoritma merupakan pusat pengembangan industri dan teknologi 4.0 yang digadang menjadi Silicon Valley Amerika Serikat.

"Proyek-proyek seperti ini perlu langkah yang jelas, sifatnya jangan gimmick, sehingga dapat membuat anggaran membengkak," kata Hanif dalam diskusi online Indef, Kamis (15/4).

Dia pun meminta agar pemerintah atau pihak terkait tidak mengalami kejadian pembangunan proyek yang dianggap gagal seperti Science Techno Park pada 2015 lalu.

Hanif melihat masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan dalam membangun ekosistem digital, sebelum membangun satu kawasan yang mengintegrasikan riset dan industri teknologi.

Baca juga: Pemerintah Dorong Swasta Kembangkan Riset dan Inovasi Nasional

Hanif menekankan ekosistem digital memerlukan triple helix collaboration, yakni kolaborasi antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan.

"Sementara yang kita dengar penggerak utamanya adalah swasta murni yang katanya tidak melibatkan anggaran APBN. Apakah ini bisa dilakukan?" kata Hanif.

Senada, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda juga mempertanyakan rencana pembangunan Bukit Algoritma tersebut.

Dia pesimistis bahwa proyek tersebut akan selesai dibangun karena dianggap rendahnya ekosistem riset dan pengembangan di Indonesia. Menurut Huda, dari data Unesco 2021, proporsi dana R&D terhadap PDB secara total masih berkisar 0,24%, tertinggal dari Singapura yang sudah 2,22%

"Saya masih ragu karena sampai saat ini pun proporsi dana R&D terhadap PDB yang dihasilkan sektor swasta masih di bawah, jauh dari Singapura, Korea. Permasalahan mendasar harus diperbaiki terlebih dahulu karena ini sangat berpotensi sekali bukit algoritma mangkrak," pungkas Huda.

Diketahui, ada tiga perusahaan yang bakal mengendalikan proyek Bukit Algoritma, mereka adalah PT Kiniku Nusa Kreasi, PT Bintang Raya Lokalestari, dan PT Amarta Karya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik