Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Terdampak Pandemi, Laba Bank Mandiri Tahun Lalu Turun 37,71%

Fetry Wuryasti
28/1/2021 23:06
Terdampak Pandemi, Laba Bank Mandiri Tahun Lalu Turun 37,71%
Layanan Bank Mandiri(Antara/Raisan Al-Farisi)

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk membukukan laba bersih konsolidasi perseroan untuk tahun 2020 sebesar Rp17,11 triliun atau turun 37,71 persen (yoy) dari Rp 27,48 triliun di 2019.

Laba bersih tersebut dibentuk dari pendapatan bunga bersih (NIM) sebesar Rp58,5 triliun atau turun 4,93 persen (yoy) dan dari fee based income sebesar Rp28,69 triliun atau naik 4,92 persen (yoy), serta biaya operasional dan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) masing-masing Rp40,64 triliun dan Rp22,89 triliun.

"Sehingga di 2020 secara konsolidasi Bank Mandiri membukukan laba bersih sebesar Rp17,1 triliun," kata Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo dalam Paparan Kinerja Bank Mandiri Kuartal IV 2020, Kamis (28/1).

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan. pandemi covid-19 memberikan tekanan pada perekonomian Indonesia, sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi minus 3,49 persen di kuartal III-2020.

Kondisi tersebut memengaruhi kepercayaan konsumen dan produsen yang berdampak pada kinerja kredit perbankan secara nasional.

"Lesunya ekonomi menyebabkan sisi konsumen dan produsen masih bersikap wait and see, sehingga menyebabkan kredit nasional kontraksi minus 2,41 persen di 2020," kata Darmawan.

Kondisi yang sama dialami oleh Bank Mandiri. Tercatat, penyaluran kredit bank turun 1,61 persen dari Rp907,5 triliun menjadi Rp892,8 triliun sepanjang 2020. Secara konsolidasi, pertumbuhan kredit secara average balance atau baki debet rata-rata juga tercatat tumbuh 7,08 persen (yoy) menjadi Rp871,3 trilun.

Capaian ini mengindikasikan strategi penyaluran kredit Bank Mandiri telah sejalan dengan keinginan untuk tumbuh secara sustain dalam jangka panjang.

Rinciannya, kredit ritel turun paling tajam sebesar 4,80 persen dari Rp276 triliun menjadi Rp262,7 triliun dan kredit wholesale turun 3 persen dari Rp516,4 triliun menjadi Rp500,9 triliun.

Sementara itu, kredit perusahaan anak masih tumbuh 12,25 persen dari Rp115,1 triliun menjadi Rp129,2 triliun. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross perseroan juga bertambah 0,76 persen dari 2,33 persen menjadi 3,09 persen di 2020.

Baca juga : Bank Mandiri Belum Minat Menjadi Neo Bank

Lalu Dana Pihak Ketiga (DPK) naik signifikan 12,24 persen dari Rp933,1 triliun menjadi Rp1.047,3 triliun. Pertumbuhan DPK ini juga masih lebih baik bila dibandingkan dengan industri perbankan yang tumbuh 11,1 persen.

DPK ini terdiri dari deposito yang naik 20,13 persen dari Rp262,9 triliun menjadi Rp286,5 triliun dan giro tumbuh 20,13 persen dari Rp236,4 triliun menjadi Rp284 triliun. Sementara itu, tabungan naik 7,23 persen dari Rp315,9 triliun menjadi Rp338,7 triliun dan DPK anak perusahaan tumbuh 17,24 persen dari Rp118 triliun menjadi Rp138,4 triliun.

"Kami menerapkan kebijakan penyaluran kredit secara prudent dan selektif kepada targeted customer dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat. Hasilnya, kami mampu menjaga kualitas kredit sehingga rasio NPL konsolidasi masih baik di 3,09 persen," ujar Sigit.

Penurunan laba perseroan juga dipicu oleh berkurangnya pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) sebesar 4,93 persen dari Rp59,44 triliun menjadi Rp56,5 triliun di akhir 2020. Kondisi tersebut menekan margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM).

"NIM turun 0,91 persen dari 5,56 persen menjadi 4,56 persen akibat penurunan pendapatan bunga khususnya yang berasal dari restrukturisasi kredit," ujar Sigit.

Selain itu, pencadangan perseroan atau cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) naik 89,66 persen dari Rp12,07 triliun menjadi Rp22,89 triliun sepanjang 2020 lalu. Imbasnya, aset perseroan hanya mampu tumbuh 8,43 persen dari Rp1.318,24 triliun menjadi Rp1.429,33 triliun.

Di sisi lain, dengan belum pulihnya demand kredit perseroan juga melakukan counter-balancing dengan terus memacu efisiensi, baik dari penurunan cost of fund maupun penghematan biaya operasional.

Bank Mandiri tercatat berhasil menurunkan cost of fund sebesar 33 bps year on year menjadi 2,53 persen di Desember 2020, sedangkan biaya operasional hanya tumbuh 1,42 persen.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Manajemen Risiko Ahmad Siddik Badruddin juga menyampaikan laba Bank Mandiri pada tahun lalu tidak terlepas dari kinerja solid anak perusahaan yang berkontribusi terhadap laba perseroan. Tercatat aset anak perusahaan tumbuh 15,1 persen dan kredit mampu tumbuh 12,3 persen year on year.

"Secara total laba perusahaan anak berkontribusi 22,5 persen dari laba konsolidasi Bank Mandiri," kata Ahmad. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya