Headline
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.
KEMENTERIAN Keuangan mencatatkan defisit APBN 2020 mencapai Rp956,3 triliun atau 6,09% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka itu lebih rendah dari yang diasumsikan dalam Perpres 72/2020 sebesar Rp1.039,2 triliun atau 6,34% terhadap PDB.
"Defisit dari APBN mencapai Rp956,3 triliun, ankga ini lebih baik dari yang kita tulis di dalam Perpres 72/2020, yaitu Rp82,9 triliun lebih kecil dari Rp1.039,2 triliun. Atau kalau dihtiung dengan PDB, defisit kita adalah di 6,09%. Lebih kecil dari yang ada di dalam Perpres 72/2020 sebesar 6,34%," jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN secara virtual, Rabu (6/1).
Defisit itu terjadi lantaran pendapatan negara tercatat Rp1.633,6 triliun, atau 96,1% dari yang ditetapkan dalam Perpres 72/2020 sebesar Rp1.699,9 triliun. Angka itu lebih rendah dibanding belanja negara yang mencapai Rp2.589,9 triliun, atau 94,6% dari alokasi tersedia sebesar Rp2.739,2 triliun.
Realisasi penerimaan negara itu meleset dari perkiraan bendahara negara. "Itu adalah shock yang terjadi karena penerimaan pajak turun dan insentif yang kita berikan untuk membantu sektor usaha," terang Sri Mulyani.
Dari sisi pendapatan negara, tercatat komponen penerimaan pajak mencapai Rp1.070 triliun, atau 89,3% dari target sebesar Rp1.198,8 triliun. Lalu penerimaan dari kepabeanan dan cukai mencapai Rp212,8 triliun, atau 103,5% dari target sebesar Rp205,7 triliun.
Baca juga: Cianjur Dukung jika PSBB Kembali Diberlakukan
Kemudian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tercatat mencapai Rp338,5 triliun, atau 115,1% dari target sebesar Rp294,1 triliun. Sedangkan penerimaan hibah mencapai Rp12,3 triliun, atau 945,8% dari target sebesar Rp1,3 triliun.
Sri Mulyani menambahkan, belanja negara meningkat signifikan untuk mendukung pemulihan ekonomi. Tercatat belanja pemerintah pusat mencapai Rp1.827,4 triliun atau 92,5% dari yang dialokasikan sebesar Rp1.975,2 triliun.
Lalu belanja negara melalui Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) terealisasi Rp762,5 triliun, atau 99,8% dari yang dialokasikan sebesar Rp763,9 triliun. "Kalau dilihat, TKDD yang mengalami penurunan 6,2% (dibanding tahun lalu) itu jauh lebih kecil penurunannya dibandingkan pendapatan negara kita yang mengalami penuruanan tajam 16,7%," imbuh Sri Mulyani.
"Harusnya di dalam TKDD, terutama transfer ke daerah mestinya mengkuti pendapatan negara. Namun pemerintah menjaga agar daerah tidak mengalami shock sehingga penurunannya tidak setajam penurunan pendapatan negara," sambung dia.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan, APBN telah bekerja dengan keras menghadapi dampak pandemi covid-19. Pengelolaan APBN, kata Sri Mulyani, akan dioptimalkan, namun seluruh beban tidak dapat hanya mengandalkan keuangan negara.
"APBN harus kita jaga ke depannya. Karena tidak mungkin dia harus terus menerus mengalami kondisi yang tekanannya luar biasa. Ini yang menjadi desain dari konsolidasi tapi tetap mendukung perekonomian agar betul-betul pulih," pungkas dia. (OL-4)
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
PEMERINTAH didorong untuk bisa mengakselerasi belanja negara untuk mendukung perekonomian di dalam negeri.
PERCEPATAN pembentukan Koperasi Desa/ Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih menunjukkan progres yang signifikan. Hingga Jumat (13/6), sebanyak 79.882 unit atau 96% dari target 80.000
DPRD DKI Jakarta merespons rencana pemerintah yang membuka peluang bagi instansi pemerintahan menggelar rapat di hotel.
Ekonom Bright Institute Awalil Rizky menilai inflasi yang rendah hingga terjadinya deflasi berulang merupakan indikasi negatif bagi perekonomian Indonesia.
Pada moda kereta api, diskon yang diberikan sebesar 30% untuk sebanyak 3.522.464 tempat duduk atau sebesar Rp300 miliar. Untuk angkutan udara PPN ditanggung pemerintah
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengeklaim kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 ditutup dengan cukup baik.
MENTERI Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani telah memutuskan ru Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik menjadi 12% per 1 Januari 2025.
Defisit APBN makin lebar hingga Rp153,7 triliun
DUNIA usaha berharap pemerintahan baru dapat merealisasikan target dalam APBN 2025. Ada dua aspek yang dinilai penting, yakni penerimaan pajak dan pengendalian defisit anggaran.
Defisit ini diperkirakan terjadi karena APBD lebih menekankan Belanja Hibah yang terus naik menjadi Rp 2,5 triliun dari PAD Rp10,2 triliun.
Presiden Joko Widodo menetapkan defisit anggaran dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 sebesar 2,53% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved