Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
FAKTOR tetap rendahnya prakiraan inflasi, terjaganya stabilitas eksternal, dan dukungan terhadap pemulihan ekonomi domestik membuat Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga rujukan di posisi 3,75%.
“BI mendorong penurunan suku bunga kredit melalui pengawasan dan komunikasi publik atas transparansi suku bunga perbankan dengan koordinasi bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” kata Gubernur BI Perry Warjiyo melalui konperensi pers virtual di Jakarta, kemarin.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung 16-17 Desember 2020 itu juga memutuskan tetap menahan suku bunga penempatan likuiditas harian perbankan di BI (deposit facility) di level 3% dan suku bunga pinjaman BI kepada perbankan yang memerlukan likuiditas harian (lending facility) sebesar 4,5%.
Kebijakan moneter dan makro prudensial akomodatif yang ditempuh Bank Sentral itu diharapkan mendorong penurunan suku bunga perbankan untuk mendukung pembiayaan perekonomian di Tanah Air.
“BI memandang penurunan suku bunga kredit perbankan berjalan lambat. Rendahnya pertumbuhan kredit lebih disebabkan sisi permintaan dari dunia usaha, di samping karena persepsi risiko dari sisi penawaran perbankan,” lanjut Perry.
Padahal hingga 15 Desember 2020, BI telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp694,87 triliun, terutama bersumber dari penurunan giro wajib minimum (GWM) sekitar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp524,07 triliun.
Longgarnya likuiditas dan penurunan suku bunga acuan BI selama ini baru diikuti sedikit penurunan suku bunga deposito dan kredit modal kerja dari 4,93% dan 9,38% pada Oktober 2020 menjadi 4,74% dan 9,32% pada November 2020.
Di sisi lain, ketahanan likuiditas perbankan masih sangat kuat dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan Oktober 2020 tetap tinggi, yakni 23,7%, dan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) tetap 3,15% (bruto) dan 1,03% (neto).
“BI memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), perbankan, dan dunia usaha untuk mengatasi permasalahan sisi permintaan dan penawaran dalam penyaluran kredit/pembiayaan dari perbankan kepada dunia usaha di sektor-sektor prioritas,” ungkap Perry.
Ekonom BNI Ryan Kiryanto menilai keputusan BI mempertahankan suku bunga rujukan sebesar 3,75% merupakan langkah tepat. Keputusan itu mempertimbangkan faktor eksternal perekonomian AS, Tiongkok, Jepang, dan Uni Eropa dengan kebijakan moneter yang longgar.
“Sejalan dengan pergerakan ekonomi domestik yang sudah membaik jika dibandingkan dengan kuartal II dan III. Level BI rate 3,75% ini terendah sepanjang sejarah. Efeknya di pasar keuangan akan positif bagi nilai tukar rupiah juga terhadap IHSG. Efek BI rate akan terasa pada kuartal I 2021 dan seterusnya,” tandas Ryan kepada Media Indonesia, kemarin. (Try/Iam/X-3)
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
nilai tukar rupiah ditutup menguat ke level (bid) Rp16.390 per dolar AS Kamis (19/6), meskipun demikian imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara dengan tenor 10 tahun naik
Apindo merespons Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan suku bunga acuan di level 5,50%, tingginya suku bunga disebut menjadi penghambat lapangan kerja
Dari dana sebesar US$22,9 miliar itu, sebanyak US$7,6 miliar ditempatkan di rekening umum valuta asing (valas).
BANK Indonesia(BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate di angka 5,50%. Keputusan itu diambil melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Juni 2025
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved