Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Bantu Pemulihan Ekonomi, BI Tahan Bunga Rujukan

Try/Iam/X-3
18/12/2020 03:10
Bantu Pemulihan Ekonomi, BI Tahan Bunga Rujukan
Grafis MI(Sumber: Bank Indonesia/Riset MI-NRC)

FAKTOR tetap rendahnya prakiraan inflasi, terjaganya stabilitas eksternal, dan dukungan terhadap pemulihan ekonomi domestik membuat Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga rujukan di posisi 3,75%.

“BI mendorong penurunan suku bunga kredit melalui pengawasan dan komunikasi publik atas transparansi suku bunga perbankan dengan koordinasi bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” kata Gubernur BI Perry Warjiyo melalui konperensi pers virtual di Jakarta, kemarin.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung 16-17 Desember 2020 itu juga memutuskan tetap menahan suku bunga penempatan likuiditas harian perbankan di BI (deposit facility) di level 3% dan suku bunga pinjaman BI kepada perbankan yang memerlukan likuiditas harian (lending facility) sebesar 4,5%.

Kebijakan moneter dan makro prudensial akomodatif yang ditempuh Bank Sentral itu diharapkan mendorong penurunan suku bunga perbankan untuk mendukung pembiayaan perekonomian di Tanah Air.

“BI memandang penurunan suku bunga kredit perbankan berjalan lambat. Rendahnya pertumbuhan kredit lebih disebabkan sisi permintaan dari dunia usaha, di samping karena persepsi risiko dari sisi penawaran perbankan,” lanjut Perry.

Padahal hingga 15 Desember 2020, BI telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp694,87 triliun, terutama bersumber dari penurunan giro wajib minimum (GWM) sekitar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp524,07 triliun.

Longgarnya likuiditas dan penurunan suku bunga acuan BI selama ini baru diikuti sedikit penurunan suku bunga deposito dan kredit modal kerja dari 4,93% dan 9,38% pada Oktober 2020 menjadi 4,74% dan 9,32% pada November 2020.

Di sisi lain, ketahanan likuiditas perbankan masih sangat kuat dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan Oktober 2020 tetap tinggi, yakni 23,7%, dan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) tetap 3,15% (bruto) dan 1,03% (neto).

“BI memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), perbankan, dan dunia usaha untuk mengatasi permasalahan sisi permintaan dan penawaran dalam penyaluran kredit/pembiayaan dari perbankan kepada dunia usaha di sektor-sektor prioritas,” ungkap Perry.

Ekonom BNI Ryan Kiryanto menilai keputusan BI mempertahankan suku bunga rujukan sebesar 3,75% merupakan langkah tepat. Keputusan itu mempertimbangkan faktor eksternal perekonomian AS, Tiongkok, Jepang, dan Uni Eropa dengan kebijakan moneter yang longgar.

“Sejalan dengan pergerakan ekonomi domestik yang sudah membaik jika dibandingkan dengan kuartal II dan III. Level BI rate 3,75% ini terendah sepanjang sejarah. Efeknya di pasar keuangan akan positif bagi nilai tukar rupiah juga terhadap IHSG. Efek BI rate akan terasa pada kuartal I 2021 dan seterusnya,” tandas Ryan kepada Media Indonesia, kemarin. (Try/Iam/X-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik