Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Okupansi Gedung Perkantoran kian Menurun

Gana Buana
01/12/2020 03:40
Okupansi Gedung Perkantoran kian Menurun
PERTUMBUHAN RUANG PERKANTORAN DI CBD: Warga beraktivitas dengan latar belakang gedung perkantoran di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (11/9/201(ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto )

PANDEMI covid-19 membawa dampak beragam terhadap bisnis dan industri properti. Tak terkecuali, okupansi gedung pada area perkantoran di kawasan central business district (CBD) dan non-CBD.

Senior Manager Colliers International Eko Erfianto menyampaikan, sejak awal covid-19 pada akhir Maret lalu, terjadi penurunan okupansi secara signifikan di area CBD dan non-CBD di Jakarta. Itu terjadi lantaran ada perubahan karakter bekerja selama masa pandemi.

"Aktivitas kantor berubah. Yang tadinya bertemu di kantor kini kerja dari rumah. Meeting pun dari Zoom atau by phone. Ini amat memengaruhi sampai akhir tahun," kata Eko kepada Media Indonesia, akhir pekan lalu.

Eko mengatakan tren karakter perkantoran seperti saat ini akan terus memengaruhi paling tidak hingga akhir tahun bahkan paling lama hingga pertengahan 2021.

Karena itu, secara otomatis para tenant menghitung ulang pengeluaran sewa untuk periode selanjutnya. Itu terutama dilakukan tenant yang masa sewa gedungnya hampir habis.

"Selama ini misalnya menyewa 500 meter, dihitung ulang, harus save money. Akibat pandemi, bisnis mereka juga terganggu. Bisa jadi di-renewal kontraknya hanya pakai setengah atau 30%. Ini yang akan nantinya menambah jumlah ruang kosong perkantoran," jelas dia.

Selain itu, faktor lain yang terus mempertajam penurunan okupansi pemakaian gedung perkantoran ialah hadirnya gedung-gedung baru, terutama di luar CBD.

Saat ini, kata dia, strategi para land load (pengelola) untuk mempertahankan penyewa (tenant) adalah dengan menawarkan win-win solution. Jadi, mereka tetap akan memperoleh sewa meskipun harus menurunkan harga.

"Memang land load dan tenant harus berkolaborasi, harus ada win-win solution, misalnya land load mengurangi sewa gedung di tahun depan asalkan si tenant tetap menyewa atau menggunakan gedung," terang dia.

Dengan kondisi saat ini, para land load memang harus bertahan dengan menawarkan berbagai keistimewaan kepada penyewa. "Saat ini tenant-lah yang memiliki kekuasaan untuk menentukan kontrak ke depannya seperti apa," tutup Eko.

 

Menguntungkan

Berdasarkan data yang dihimpun Media Indonesia, pada kuartal pertama (Q1) diketahui okupansi gedung perkantoran tercatat sebesar 82,8% di sektor CBD dan 84,2% di luar CBD. Namun, pada kuartal ketiga (Q3), okupansi perkantoran di wilayah CBD turun menjadi 81,9%, sedangkan di luar CBD meningkat menjadi 84,9%.

Selisih okupansi pada Q3 2020 dan Q1 2020 di sektor CBD kurang lebih sekitar 62. ribu m2. Di luar CBD sekitar 45 ribu m2. Artinya, ada sekitar 107 ribu m2 ruang perkantoran yang keluar selama enam bulan terakhir.

Director Research dan Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus menjelaskan bertambahnya ruang-ruang kosong perkantoran di Jakarta justru akan menguntungkan bagi penyewa.

Pemilik dan pengelola gedung perkantoran akan memberikan diskon yang cukup besar bagi penyewa baru serta negosiasi ulang bagi penyewa yang sudah ada.

"Hal ini sebagai bagian dari strategi untuk mempertahankan tingkat hunian dan menutup ongkos operasional," pungkasnya. (S-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya