Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Penguatan Rupiah Diprediksi Berlanjut

M Iqbal Al Machmudi
06/6/2020 05:42
Penguatan Rupiah Diprediksi Berlanjut
Tren Rupiah dan Mata Uang Asia (29 Mei - 5 Juni 2020)(BI/Idx.co.id/Refinitiv/Yahoo Finance/Tim Riset MI-NRC)

PERGERAKAN nilai tukar rupiah pada perdagangan akhir pekan telah menembus batas psikologis di bawah 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Di akhir perdagangan, Jumat (5/6) sore, rupiah ditutup menguat 217 poin di level 13.878 per dolar AS atau 1,54% lebih tinggi dari hari sebelumnya, yakni 14.095 per dolar AS.

Tren penguatan nilai tukar rupiah itu diprediksi akan berlanjut pada perdagangan pekan depan dan bahkan hingga akhir tahun.

“Nilai tukar rupiah, alhamdulillah sore ini rupiah sudah di bawah 14 ribu. Sesuai pengamatan kami, masih undervalue dan masih berpotensi menguat ke depannya,” kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, melalui telekonferensi, kemarin.

Senada, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah juga melihat nilai rupiah masih berpotensi menguat
lagi. “Dengan berlanjutnya penguatan rupiah, sangat mungkin pada akhir tahun nanti rupiah sudah kembali di kisaran Rp13 ribu,” cetus Piter.

Sejumlah faktor dinilai menjadi pendongkrak penguatan nilai rupiah. Gubernur Perry melihat perhitungan inflasi yang rendah, perbedaan suku bunga tinggi luar dan dalam negeri, serta premi risiko merupakan beberapa di antara faktor-faktor yang mendukung penguatan tersebut.

Inflasi yang masih rendah, kata Perry, bisa dilihat pada Mei 2020 jika dibandingkan dengan bulan Ramadan dan Idul Fitri. Pada data dari Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi disebut sebesar 2,19% yoy.

Dari faktor perbedaan suku bunga luar dan dalam negeri dapat dibandingkan, suku bunga SBN 10 tahun, yaitu 7,06%, sedangkan US Treasury Bond 10 tahun berada di angka 0,8%. “Bedanya 6,2% itu tinggi. Sebagai salah satu hasil investasi aset keuangan, Indonesia masih tinggi. Itu indikator salah satunya,” ucapnya.

Dari aspek premi risiko atau credit default swap (CDS), masih kata Perry, “Sudah mulai menunjukkan penurunan saat ini di posisi 126 yang sebelumnya tertinggi 245.”

Sementara itu, Piter Abdullah melihat faktor penguatan rupiah selama hampir sebulan terakhir dipicu oleh tiga faktor. Pertama, melimpahnya likuiditas di pasar keuangan global seiring program stimulus yang dilakukan di AS dan banyak negara maju.

Kedua, mulai dibukanya perekonomian di sejumlah negara, termasuk di dalam negeri memunculkan ekspektasi positif pasar. Ketiga, adanya keyakinan terhadap pasar terutama terkait kebijakan pemerintah dan otoritas yang cukup responsif terhadap wabah covid-19.

OJK optimistis

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso optimistis kondisi indeks harga saham gabungan (IHSG) Indonesia akan membaik dan kembali pada level psikologisnya di sekitar 5.000.

Membaiknya indeks pada pasar saham sejatinya telah tecermin dalam beberapa waktu terakhir. Perbaikan itu menandai adanya respons
positif dari para investor atas kebijakan yang diambil Indonesia dalam menangani covid-19 dan pasar saham.

“Pasar modal IHSG sudah mulai ada sentimen positif bahkan sudah 4.900 mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa menyentuh level psikologis di 5.000 sehingga nanti ada inflow di pasar Indonesia,” kata Wimboh dalam webinar OJK, kemarin.

Sebelumnya IHSG Indonesia sempat berada di level terendahnya di kisaran 3.000 pada Maret ketika kasus covid-19 pertama diumumkan.

IHSG, kemarin, ditutup menguat sebesar 31.08 poin ke posisi 4.947,78 atau naik 0,63% dari hari sebelumnya. Saham-saham sektor aneka industri (+4.13%) dan properti konstruksi (+1.64%) menjadi kontributor penguatan IHSG hingga akhir sesi. (Ant/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya