Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
DOLAR AS jatuh pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena sentimen pasar berubah hati-hati sehari menjelang pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell tentang masalah ekonomi dan ketika investor mempertimbangkan kemungkinan suku bunga negatif AS.
Dolar tidak selalu didorong oleh faktor safe-haven, kata para analis, mengingat saham-saham AS turun dan harga surat utang pemerintah lebih tinggi pada Selasa (12/5).
"Dolar masih diperdagangkan dalam kisaran luas dan pelemahannya hari ini mungkin karena kehati-hatian menjelang pidato Powell besok dan terutama mengingat pembicaraan saat ini tentang suku bunga negatif," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.
Meskipun Powell dan para pejabat Fed sama sekali mengesampingkan pemotongan suku bunga di bawah nol, beberapa pasar sudah mulai memperhitungkan pemotongan seperti itu. Fed Funds berjangka pada Selasa (12/5) dihargai dengan suku bunga negatif sekitar setengah basis poin untuk April 2021.
Pasar opsi suku bunga menyiratkan probabilitas 23% bahwa tingkat suku bunga dana federal (fed fund) akan turun di bawah nol pada akhir Desember, data BofA Securities menunjukkan. Itu dibandingkan dengan probabilitas sembilan hingga 10% minggu lalu.
Baca juga: Harga Minyak Naik usai OPEC Perpanjang Pemotongan Pasokan
Dalam perdagangan sore, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, melemah 0,3% menjadi 99,959.
Dolar sedikit lebih rendah setelah data menunjukkan indeks harga konsumen AS turun 0,8% pada April, penurunan terbesar sejak Desember 2008 ketika ekonomi berada dalam pergolakan resesi dan menandai penurunan bulanan kedua berturut-turut dalam IHK.
Secara keseluruhan, para analis mengatakan pengambilan risiko telah dibatasi oleh kekhawatiran yang terus-menerus tentang krisis kesehatan global.
Kasus-kasus baru infeksi virus korona telah ditemukan di Tiongkok, Korea Selatan dan Jerman, di mana pemerintah masing-masing telah mengurangi pembatasan kuncian. Munculnya kembali kasus-kasus virus korona dapat merusak pemulihan ekonomi global yang didukung suntikan stimulus moneter dan fiskal.
Euro terakhir menguat 0,4% terhadap mata uang AS pada 1,0848 dolar, meskipun tidak jauh dari level terendah 1,0636 dolar yang tersentuh pada akhir Maret ketika pandemi mengirim pasar ke dalam kekacauan.
Dolar merosot 0,5% terhadap yen menjadi 107,19 yen.
Dolar Australia turun ke level terendah lima hari di 0,6432 dolar setelah Tiongkok melarang beberapa impor daging Australia. Unit Australia kemudian memangkas kerugian karena menteri perdagangan Australia mengecilkan masalah ini sebagai masalah teknis, dan terakhir turun 0,2% menjadi 0,6477 dolar. (A-2)
Bank Rakyat Indonesia (BRI) berkomitmen untuk terus mendukung perekonomian nasional. Ini dilakukan perseroan melalui pemberdayaan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Penutupan sebagian pemerintah AS (shutdown) selama lima pekan, merusak kinerja ekonomi domestik pada kuartal I 2019. Namun, dampak gangguan diprediksi akan segera pulih.
Suku bunga saat ini "sesuai", kata Powell dalam sebuah wawancara luas, acara berita selama 60 menit di CBS tv.
Tingkat pinjaman kepada perbankan umum akan dipangkas 35 basis poin (bps) menjadi 5,40%. Penurunan itu menjadi level terendah sejak 2010.
Inflasi di negara ekonomi terbesar ketiga dunia itu naik 4% secara tahun ke tahun (YoY), kenaikan paling tajam sejak 1981.
BANK of England telah menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak akhir 2008, pasalnya mereka terus memerangi inflasi yang sangat tinggi di Inggris.
POLEMIK kebijakan pascapandemi, dan memanasnya konflik geopolitik menjadi faktor pembeda jika dibanding dengan pemicu krisis ekonomi sebelumnya, seperti pada 1998 dan 2008.
SEJAK pandemi covid-19 hingga saat ini dan seterusnya, inflasi telah menjadi perhatian utama bagi para pengambil kebijakan ekonomi dan moneter di seluruh dunia.
Orang nomor satu di Federal Reserve System (The Fed) akan memberikan petunjuk terkait prospek suku bunga AS.
Bank sentral AS (The Fed) telah meluncurkan kebijakan agresif untuk mendukung pasar di tengah pandemi Covid-19. Akan tetapi, nilai tukar dolar AS masih melemah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved