Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Matcha Tea Arafah Jadi Bahan Kasur Kesehatan Tembus Pasar Korsel

Mediaindonesia.com
26/4/2020 15:11
Matcha Tea Arafah Jadi Bahan Kasur Kesehatan Tembus Pasar Korsel
Arafah Tea telah secara konsisten melakukan ekspor teh dalam bentyk matcha tea ke pasar Internasional, khususnya pasar Korea Selatan.(Istimewa/Kementan)

DI tengah pandemi Covid-19 ini, salah satu komoditas perkebunan yang satu ini tidak mau kalah bersaing, yaitu teh. Melalui salah satu pelaku usaha teh di Bandung, Jawa Barat yaitu Arafah Tea, telah secara konsisten dan kontinyu melakukan ekspor teh dalam bentyk matcha tea ke pasar Internasional, khususnya pasar Korea Selatan (Korsel). 

Uniknya, kali ini, menurut owner Arafah Tea, Ifah Syarifah, hal yang menarik di bisnis teh, selain bermanfaat untuk kesehatan, juga banyak sekali inovasi-inovasi produk teh yang diminati pasar luar, seperti contohnya terdapat permintaan pasar Korsel untuk matcha tea sebagai bahan isian kasur dan bantal untuk kesehatan.

Inovasi-inovasi produk teh belum dioptimalkan, namun tentunya baik pekebun maupun pelaku usaha perkebunan terus tetap meningkatkan kualitas dan kreativitasnya dalam menyajikan atau membuat produk olahan komoditas perkebunan yang bernilai daya saing atau memiliki nilai tambah, dalam hal ini khususnya olahan teh.

Di tengah kekhawatiran pandemi Covid-19 ini, tak mematahkan semangat owner Arafah Tea. Saat ini Arafah Tea bersama dengan kelompok tani One yang diketuai H. Alvian sedang menyiapkan permintaan tersebut untuk bulan Mei 2020 dengan volume mencapai 21 ton dan sedang berjalan produksi sampai dengan akhir April 2020.

Hingga Februari 2020, data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan bahwa ekspor teh Indonesia mencapai 7.530 ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 16,25  juta. Dari volume ekspor tersebut, pasar Korsel menyerap teh Indonesia baru sekitar 9 ton dengan nilai sebesar US$ 21,65 ribu.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyono, menyikapi dengan baik atas berkembangnya inovasi-inovasi baru baik di hulu maupun hilir, tentunya dengan memperhatikan standar kualitas yang ada dan dibutuhkan negara buyer.

"Yang tidak kalah penting bagaimana inovasi-inovasi tersebut tetap memperhatikan kelestarian lingkungan (ramah lingkungan), berada pada koridor keberlanjutan baik keberlanjutan usaha secara teknis maupun keberlanjutan lingkungan," kata Kasdi.

"Sebagaimana diketahui bahan tanaman teh ini juga berfungsi menahan tanah, menyerap air dan mensuplai oksigen serta penting dalam hal diversifikasi ekosistem di dataran tinggi," jelasnya.

Dalam rangka meningkatkan nilai tambah komoditas perkebunan, perlu dilakukan inovasi pengembangan produk-produk perkebunan, seperti di kelapa ada produk briket arang untuk bahan bakar, cocopeat dari sabut kelapa untuk media tanam, sedangkan di sawit dengan pemanfaatan Tandan Buah Segar (TBS) kosong sebagai sumber biomassa.

Selain itu, pada kopi juga pemanfaatan sekam dan kulit kopi belum banyak dikembangkan, dan saat ini, teh dilakukan inovasi berupa pemanfaatan matcha tea untuk bahan isian kasur dengan pemanas yang banyak digunakan di terapi spa lalu untuk bantal untuk terapi kesehatan. (OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya