Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Anjloknya Harga Minyak bisa Picu Krisis Gas Bumi

Raja Suhud
25/4/2020 13:15
Anjloknya Harga Minyak bisa Picu Krisis Gas Bumi
Mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar.(Antara/Sigid Kurniawan)

Mantan Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan anjloknya harga minyak dunia akan turut mempengaruhi produksi
gas bumi secara global.

"Perkembangan harga minyak dunia yang begitu dinamis akan berdampak pada sumber energi lainnya," kata Komisaris Utama PGN
tersebut dalam unggahannya di akun media sosial mliknya yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu (25/4).

Salah satu konsumen gas bumi terbesar di dunia adalah Amerika Serikat. Saat ini konsumsi gas bumi Amerika Serikat sekitar 30 triliun kaki kubik (tcf) per tahun. Sebagai perbandingan, produksi gas bumi Indonesia sekitar 2,9 tcf per tahun dan sekitar 60%  dikonsumsi untuk kebutuhan dalam negeri.

Dengan kondisi minyak saat ini, pada minggu ketiga Mei 2020, fasilitas penampungan minyak Cushing di Oklahoma akan penuh. Fasilitas tersebut memiliki kapasitas 76 juta barel crude.

"Jika produksi minyak terhenti,  gas yang diproduksi sebagai fluida ikutan dari minyak tersebut juga akan terhenti," katanya.

Akibatnya, sekitar 14 miliar kaki kubik gas bumi per hari di AS akan menghilang dari pasar.

AS sendiri mengekspor sekitar 8 bcf per hari dalam bentuk LNG ke pasar global. Jika pengurangan produksi gas sebanyak 14 bcf per hari di AS ini bertahan selama dua bulan, maka akan terjadi pengurangan pasokan gas bumi global sebesar 840 bcf.

Apabila pasar kembali normal, akan butuh waktu  untuk mengembalikan pasokan gas ke posisi awal sekitar 1 bulan. Sehingga produksi
gas di AS akan berkurang sebanyak 14 bcf dikalikan 90 hari yaitu sekitar 1,26 tcf.

Akibat kekurangan pasokan tersebut, harga gas bumi di AS nanti pada  musim panas akan diperkirakan mengalami kenaikan cukup tajam. 

"Bisa sekitar 1,5 kali dari harga sekarang. Ini dengan asumsi wabah COVID-19 bisa terkendali pada musim panas tahun ini," jelasnya.

Selain itu, imbas dari kurangnya pasokan gas tersebut bisa mempengaruhi produksi dan harga gas di negara lain, termasuk Indonesia. Maka ia menyarankan untuk bersiap dengan keadaan tersebut. (Ant/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya