Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Begini Strategi Garuda Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

Despian Nurhidayat
23/4/2020 12:35
Begini Strategi Garuda Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19
Pesawat mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.(Antara/Fikri Yusuf)

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menegaskan bahwa pandemi covid-19 telah memengaruhi pendapat operasionalnya. 

Secara umum pendapatan operasional Perseroan pada triwulan 1 2020 akan mengalami penurunan kurang lebih sebesar 33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Penurunan pendapatan operasional ini terutama diakibatkan oleh menurunnya pendapatan penumpang yang kontribusinya terhadap total pendapatan usaha yang mencapai lebih dari 80%.

"Penurunan pendapatan penumpang triwulan 1 2020 terutama karena menurunnya jumlah penumpang diangkut sebanyak dan harga tiket per penumpang yang menurun dari triwulan 1 2019," tulis manajemen GIAA dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (22/4).

Lebih lanjut, penurunan jumlah penumpang diangkut oleh Perseroan sangat terpengaruh oleh kondisi industri penerbangan yang menurun akibat covid-19, dengan pemberlakukan PSBB di beberapa daerah terutama Ibukota mengakibatkan masyarakat memilih untuk mengikuti peraturan pemerintah.

Menurunnya kondisi perekonomian juga mengakibatkan daya beli masyarakat menurun dan masyarakat memilih mengurangi pengeluaran biaya untuk travelling.

"Kondisi market penumpang ini tentunya menekan Perseroan untuk memangkas kapasitas produksi yang dimiliki, tercermin dari frekuensi penerbangan dan ASK yang menurun," lanjutnya.

Atas hal tersebut, Garuda Indonesia telah menyiapkan sederet strategi untuk menjaga kelangsungan perusahaan hingga akhir tahun ini. 

Perusahaan pelat merah tersebut memperkirakan akan menjalani masa terburuk hingga Juli 2020 dan dalam skenario paling buruk diperkirakan tak akan mengangkut penerbangan haji tahun ini.

Manajemen perusahaan menyebutkan periode Mei-Juni seharusnya merupakan high season alias musim puncak bagi industri penerbangan. Namun dengan kondisi pandemi covid-19, perusahaan harus menyiapkan rencana strategis, dari sisi keuangan dan operasional perusahaan.

"Cash flow merupakan hal yang paling penting untuk menjaga Going Concern perusahaan. Garuda Indonesia mempunyai dua kategori biaya yang sangat berpengaruh terhadap pengeluaran kas yaitu biaya tetap yang meliputi biaya sewa pesawat, biaya pegawai, administrasi kantor pusat dan kantor cabang dan biaya variabel penerbangan yang meliputi biaya bahan bakar, biaya kestasiunan, biaya catering, biaya navigasi dan biaya tunjangan terbang bagi awak pesawat," ujar manajemen GIAA.

Dari aspek keuangan, perusahaan akan melakukan beberapa hal yakni :

1. Melakukan negosiasi dengan lessor untuk penundaan pembayaran sewa pesawat (lease holiday);

2. Memperpanjang masa sewa pesawat untuk mengurangi biaya sewa per bulan;

3. Mengusahakan financing dari perbankan dalam dan luar ataupun pinjaman lainnya;

4. Menegosiasikan kewajiban Perseroan yang akan jatuh tempo dengan pihak ketiga;

5. Melakukan program efisiensi biaya kurang lebih 15-20% dari total biaya operasional dengan tetap memprioritaskan keselamatan dan keamanan penerbangan dan pegawai serta layanan;

6. Mengajukan permohonan dukungan kepada Pemerintah selaku Pemegang Saham Perseroan.

Adapun dari sisi aspek operasional, manajemen Garuda menegaskan pendapatan penumpang berkontribusi lebih dari 80% dari total pendapatan Garuda.

"Dengan adanya penurunan traffic, maka dibutuhkan strategi untuk menurunkan biaya variabel penerbangan yang kami lakukan," tulis manajemen GIAA.

Strategi operasional tersebut antara lain :

1. Mengoptimalkan frekuensi dan kapasitas penerbangan baik penerbangan domestik maupun internasional;

2. Mengoptimalkan layanan kargo dan aktif mendukung upaya-upaya pemerintah khususnya yang terkait dengan penanganan Covid-19 melalui pengangkutan bantuan kemanusiaan, APD, obat-obatan, alat kesehatan;

3. Menutup rute-rute yang tidak menghasilkan profit;

4. Mengoptimalkan layanan charter pesawat untuk evakuasi WNI yang berada di luar negeri serta membantu proses pemulangan WNA untuk kembali ke negara masing-masing dan layanan charter untuk pengangkutan kargo;

5. Menunda kedatangan 4 pesawat Airbus A 330 - 900 di tahun 2020;

6. Mengembangkan internasional hub (Amsterdam dan Jepang) agar layanan Garuda Indonesia menjangkau seluruh dunia dengan mengoptimalkan layanan interline.

"Sampai saat ini, tidak ada informasi atau kejadian penting yang material dan dapat memengaruhi kelangsungan hidup Perseroan serta dapat mempengaruhi harga saham Perseroan yang dapat kami sampaikan. Perseroan akan melakukan pemenuhan kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku," tutupnya. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud
Berita Lainnya