Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
WAKIL Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan belanja negara harus efisien menghadapi lesunya ekonomi global yang berimbas pada penerimaan negara, khususnya dari sektor pajak yang belum sesuai harapan.
"Dalam kondisi ekonomi melemah seperti ini, kami putuskan ambil efisiensi semaksimal mungkin dan melebarkan defisit supaya pengeluaran yang benar-benar kami yakin produktif bisa dikeluarkan," ujarnya dalam dialog terkait dengan terobosan APBN di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, pemerintah tidak mengambil opsi pemotongan anggaran karena hal itu akan berdampak pada perekonomian Tanah Air.
Dia menjelaskan efisiensi tersebut sesuai dengan salah satu fungsi APBN, yakni alat untuk stabilisasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Selain stabilisasi, APBN, lanjutnya, juga berfungsi untuk alokasi dan distribusi yang tepat. Belanja yang seharusnya tidak perlu, kata dia, harus dikurangi, terutama menyikapi kondisi ekonomi global yang melemah.
Pelemahan itu telah berdampak ke Indonesia yang tumbuh melambat 5,02% pada kuartal ketiga tahun ini jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mencapai 5,17%. Selain efisiensi, pemerintah juga melebarkan defisit akhir 2019 yang diperkirakan mencapai 2,2%.
"Kenapa (defisit) dinaikkan? Supaya belanja tidak kami turunkan karena pertumbuhan (ekonomi) global menurun. Pertumbuhan Indonesia kena imbas, penerimaan pajak tidak mencapai target," tandasnya.
Menteri Keuangan 2013-2014, Muhammad Chatib Basri, menyebutkan selama ini APBN Indonesia lebih pro-cyclical.
"Dalam arti kata, kalau pertumbuhan ekonomi dan pene-riman pajak turun, bujet dihemat. Padahal itu mestinya didorong," kata Chatib
Untuk itu, ia menganggap pemerintah perlu mengevaluasi APBN yang telah dijadikan alat untuk mendorong perekonomian Indonesia itu. Salah satunya dengan meninjau kembali belanja yang dilakukan melalui APBN.
"Orang selalu ngeluh karena enggak ada uang. Padahal ada beberapa yang uangnya besar, tapi gak ada impak. Contohnya transfer guru, alokasi daerah, uangnya itu ngendap. Jangan-jangan persoalannya itu bukan karena uangnya enggak ada, tapi desainnya," jelasnya.
Dua pedal
Bank Indonesia (BI) menyatakan kebijakan moneter dan makroprudensial akan tetap akomodatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik dan mengantisipasi ancaman resesi kendati perekonomian Indonesia saat ini masih relatif terjaga.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, dari sisi bauran kebijakan moneter baik suku bunga, likuiditas, maupun nilai tukar, masih akan akomodatif. Dari bauran kebijakan makroprudensial pun begitu. "Jadi sekarang, dua pedal ini kita injak bersama dalam kondisi kita sekarang melihat perlu untuk mendo-rong pertumbuhannya," ujar Dody di sela-sela Seminar Economic Outlook 2020 di BEI, Jakarta.
Penurunan suku bunga terbuka sepanjang data menunjukkan perlunya penurunan itu. (Ant/E-1)
Wakil Ketua DPR RI, Adies Kadir, menegaskan bahwa kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan pada lembaganya tidak akan menghambat kinerja anggota parlemen dalam melayani masyarakat.
BADAN Legislasi (Baleg) DPR RI merekomendasikan agar Komisi Pemilihan Umum (KPU) dijadikan lembaga ad hoc
Seharusnya Prabowo berkaca pada kabinet pemerintahan Joko Widodo yang porsinya sudah cukup besar dan sebenarnya bisa dilebur menjadi lembaga atau badan.
Hal itu menjadi potret dari ketidakpekaan Presiden Joko Widodo di akhir masa jabatannya.
Said Abullah akui pernah usulkan revisi UU MD3
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy,menjelaskan nilai Rp7.500 belum final dan masih menyaring masukan dari berbagai pihak.
dua kriteria sumber daya alam yang berpotensi dimanfaatkan untuk pendanaan Indonesia mendapai Net Zero Emission pada 2060.
Dengan kondisi yang ada, pemerintah harus lebih prudent dalam mengelola fiskal dan menerapkan prinsip spending better.
APBN per Mei 2025 tercatat mengalami defisit Rp21 triliun, atau 0,09% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Bendahara Negara menilai kehadiran satuan tugas OPN akan berdampak positif bagi penerimaan negara.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali mencatatkan defisit sebesar Rp21 triliun, setara 0,09% dari Produk Domestik Bruto (PDB) hingga akhir Mei 2025.
PRESIDEN Prabowo Subianto menegaskan komitmen pemerintahannya terhadap sektor pendidikan. Dalam pidato yang disampaikan di hadapan civitas akademika Unhan RI
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved