Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Apakah Merestorasi Hutan Efektif untuk Mengurangi Emisi?

Adiyanto
14/11/2023 09:18
Apakah Merestorasi Hutan Efektif untuk Mengurangi Emisi?
Para teknisi lingkungan mengumpulkan biodata dari vegetasi alami pada plot sampel yang dikuantifikasi untuk penyerapan karbon(Tony KARUMBA / AFP))

Sebuah studi baru menemukan bahwa melindungi hutan secara global dapat meningkatkan jumlah karbon yang diserap secara signifikan. Namun, mengingat jejak emisi yang terjadi saat ini, apakah hal tersebut penting?

Bagi Thomas Crowther, penulis studi tersebut yang baru saja diterbiutkan di jurnal Nature, jawabannya adalah ya. “Saya benar-benar melihat penelitian ini sebagai sebuah harapan,” kata profesor di ETH Zurich, Swiss tersebut seperti dikutip AFP, Selasa (14/11)

“Saya berharap masyarakat akan melihat potensi dan nilai nyata yang dapat diberikan oleh alam terhadap topik perubahan iklim,” imbuhnya.

Namun, sejumlah pihak menilai hipotetis potensi penyimpanan karbon hutan global lebih merupakan upaya akademis daripada kerangka kerja yang berguna dalam pengelolaan hutan.

“Saya adalah seorang ahli kehutanan jadi saya sangat senang melihat pepohonan tumbuh,” kata Martin Lukac, profesor ilmu ekosistem di Universitas Reading.

Namun, ia menganggap perhitungan potensi karbon hutan seperti ini “berbahaya,” dan ia memperingatkan bahwa perhitungan tersebut dapat mengalihkan perhatian dari tantangan utama dan menawarkan harapan palsu.

Crowther sudah pernah melakukan hal ini sebelumnya. Pada tahun 2019,  ia membuat penelitian tentang berapa banyak pohon yang dapat tumbuh di bumi, di mana menanamnya, serta berapa banyak karbon yang dapat disimpannya. “Restorasi hutan adalah solusi perubahan iklim terbaik yang ada saat ini,” ujarnya.

Menurut dia penelitian ini menimbulkan banyak kritik, dan para ahli tidak memilih semuanya, mulai dari pemodelan hingga klaim bahwa reboisasi adalah solusi terbaik.

Menanggapi kehebohan tersebut, Crowther dan rekan-rekannya kini telah memperluas kumpulan data mereka dan menggunakan pendekatan pemodelan baru untuk penelitiannya,

Mereka menggunakan survei yang bersumber dari lapangan dan data dari tiga model berdasarkan citra satelit resolusi tinggi. “Pendekatan pemodelannya sebagus yang ada saat ini," aku Lukac, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Mencapai target iklim'

Studi ini memperkirakan hutan menyimpan 328 gigaton karbon lebih sedikit dibandingkan jika tidak tersentuh oleh aktivitas manusia.

Perkiraan sisa “anggaran” karbon dunia untuk menjaga pemanasan di bawah 1,5C berkisar antara 250-500 gigaton. “Sebagian besar potensi hutan – 139 gigaton – dapat dimanfaatkan hanya dengan membiarkan hutan yang ada untuk mencapai kematangan penuh,” kata studi tersebut.

Sebanyak 87 gigaton lainnya dapat diperoleh kembali dengan menghubungkan kembali hutan-hutan yang terfragmentasi. Sisanya berada di wilayah yang digunakan untuk pertanian, padang rumput, atau infrastruktur perkotaan, yang penulis akui tidak mungkin diubah.

Meski begitu, mereka mengatakan temuan ini memberikan peluang besar. “Konservasi hutan, restorasi dan pengelolaan berkelanjutan dapat membantu mencapai target iklim dengan mengurangi emisi dan meningkatkan penyerapan karbon,” kata studi tersebut.

Pemodelan dan pemetaan hutan di dunia adalah suatu hal yang rumit. Ada skala permasalahannya, namun juga kompleksitas dari apa yang dimaksud dengan hutan. Tentu saja pepohonan, namun potensi penyimpanan karbon suatu hutan juga terletak pada tanahnya dan bahan organik yang berserakan di bawahnya.

Pohon versus emisi

Survei tingkat dasar dapat memberikan data terperinci, namun sulit untuk diekstrapolasi. “Dan citra satelit mencakup wilayah yang luas, namun dapat dibingungkan oleh sesuatu yang sederhana seperti cuaca,” kata Nicolas Younes, peneliti di Australian National University.

“Sebagian besar tempat yang berpotensi menyimpan karbon adalah negara-negara tropis. Ini adalah tempat-tempat dengan tutupan awan yang terus-menerus, oleh karena itu citra satelit sangat sulit untuk divalidasi,” katanya kepada AFP.

Younes, pakar penginderaan jarak jauh mengenai hutan, memperingatkan kompleksitas kumpulan data penelitian dan risiko pemodelan yang menimbulkan kesalahan, meskipun perkiraan yang dihasilkan menurut dia tetap sangat berharga. “Ini tidak akan menunjukkan kepada kita kebenaran sebenarnya untuk setiap piksel di Bumi, tapi ini berguna.”

Salah satu kerumitan dalam mengukur potensi karbon hutan adalah bahwa kondisinya tidak statis, karena percepatan perubahan iklim, kebakaran hutan, dan kerentanan hama. Semuanya berperan.

Dan, bagi Lukac, potensi apa pun yang dimiliki hutan tidak relevan dengan urgensi pengurangan emisi.

“Studi tersebut memerkirakan 328 gigaton akan musnah dalam 30 tahun karena emisi yang ada saat ini,” katanya.

Crowther, yang menjadi penasihat proyek penanaman satu triliun pohon secara global, menolak dualism pilihan antara perlindungan hutan dan pengurangan emisi. “Keduanya penting. Kami sangat membutuhkan keduanya,”tegasnya. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya