Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
Sebagai negara yang memiliki belasan ribu pulau dan beribu suku, masing-masing daerah mempunyai ciri khas dan jati diri yang berbeda dan unik yang salah satunya bisa dilihat saat m menyambut hari raya keagamaan seperti hari raya Idul Fitri.
Setelah menjalankan ibadah bulan puasa Ramadan selama 30 hari, umat muslim akan menyambut hari kemenangan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 di bulan Syawal. Setiap suku tersebut memiliki caranya sendiri dalam mengucap syukur kepada Sang Pencipta. Dilansir dari laman resmi Menpan RB, berikut ini 5 tradisi di Indonesia dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri.
1. Bakar Gunung Api (Bengkulu)
Suku Serawai di Bengkulu juga menyambut Idul Fitri dengan sebuah tradisi bernama Ronjok Sayak atau yang dikenal Bakar Gunung Api dengan menyusun batok-batok kelapa menyerupai tusuk sate hingga menjulang tinggi, lalu kemudian dibakar di depan rumah masing-masing pada malam takbiran.
Tradisi ini yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini membakar batok kelapa tersebut sebagai sebuah simbolis atas ungkapan syukur kepada Sang Khalik dan sebagai doa bagi para arwah keluarga agar tentram di dunia akhirat. Sebab, masyarakat Bengkulu percaya bahwa api merupakan penghubung antara manusia dengan leluhur mereka.
2. Grebeg Syawal (Yogyakarta)
Grebeg Syawal merupakan sebuah tradisi berupa hajatan dan syukuran yang dimulai pada masa Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Tradisi ini menandakan akhir bulan suci Ramadan sekaligus menyambut bulan Syawal dengan membagi-bagikan sedekah. Sedekah tersebut berupa beragam masakan, makanan ringan hingga hasil bumi.
Upacara ritual yang rutin diadakan pada tanggal 1 Syawal (hari idul fitri) ini diawali dengan aktivitas para warga yang mengarak bermacam-macam hasil bumi yang disebut gunungan lanang berbentuk kerucut berukuran besar dari Pagelaran Keraton menuju halaman Masjid Agung Kauman untuk didoakan.
Gunungan lanang sendiri merupakan simbol perwujudan sedekah dari Sultan kepada rakyatnya. Setelah didoakan, hasil bumi tadi biasanya akan menjadi rebutan warga yang hadir dalam kegiatan tersebut. Pada puncak ritual, warga sekitar memperebutkan isi dari Gunungan Lanang dengan harapan mendapat berkah dari Yang Maha Kuasa.
3. Perang Topat (Nusa Tenggara Barat)
Dilansir dari laman resmi pemkab Lombok Barat, tradisi ini dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen yang melimpah dan rasa toleransi sebagai sesamat umat beragama.
Kegiatan perang topat ini diawali oleh ritual di kemaliq di pura lingsar. Kemudian masyarakat hindu dan muslim melakukan tradisi saling lempar ketupat. Hal ini sebagai bentuk komunikasi dan kebersamaan antara warga hindu dan islam di Lingsar. Kegiatan ini merupakan salah satu wujud toleransi dan moderasi di pulau Lombok.
Pada tradisi Perang Topat dilakukan 6 hari setelah hari raya Idul Fitri yang dimulai pada pukul 17.30, tepat dimana matahari mulai terbenam, warga Lombok yang berasal dari agama Islam dan Hindu saling berperang dengan melemparkan ketupat. Sebelum melaksanakan Perang Topat, warga Lombok berziarah terlebih dulu ke makam para ulama.
Usai berziarah, prosesi Perang Topat dimulai dengan membawa sesajen berupa hasil bumi yang dilakukan oleh Suku Sasak dan tokoh umat Hindu di Lombok. Tradisi Perang Topat sendiri juga mampu mengajak manusia untuk kembali merefleksikan jati dirinya
4. Meriam Karbit (Pontianak)
Tradisi Meriam Karbit ini yang sudah sudah dijalankan selama 200 tahun lebih oleh masyarakat muslim di sekitar tepian Sungai Kapuas dalam menyambut idul fitri ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur dengan membunyikan Meriam Karbit yang berukuran 6 meter.
Tradisi ini sendiri menggunakan meriam yang terbuat dari bambu besar dan diletakkan di pinggir Sungai Kapuas. Menjelang malam takbiran, para warga Pontianak akan berkumpul di sekitar pinggir sungai untuk menyalakan meriam-meriam besar tersebut sebagai tanda datangnya hari kemenangan. Seiring berjalannya waktu, tradisi tersebut menjelma menjadi ajang perlombaan, dimana setiap kelompok warga yang memiliki meriam saling membunyikan meriam.
5. Pukul Sapu (Maluku Tengah)
Tradisi yang awal mula berkembang di desa Morela dan desa Mamala di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah itu dijalankan oleh para pemuda dengan saling berhadapan dan saling memukul punggung satu sama lain menggunakan lidi dari pohon enau dalam kurun waktu 30 menit di halaman masjid.
Tradisi Pukul Sapu yang dilaksanakan secara rutin setiap 7 hari pasca lebaran ini meskipun dianggap ekstrim dan membahayakan para anggotanya, namun menjadi salah satu cara yang mampu menjalin ikatan silaturahmi antara kedua desa dengan baik.
Seusai penyelenggaraan tradisi yang telah dilestarikan sejak abad ke-17 ini, setiap pemuda mendapatkan pengobatan secara khusus dari desanya karena punggung para pemuda akan mengalami kulit sobek hingga berdarah-darah.
Pemuda yang berasal dari desa Morela akan memperoleh getah jarak sebagai obat penyembuh luka, sementara pemuda yang berasal dari desa Mamala menerima obat penyembuh luka yang terbuat dari minyak kelapa yang dicampur dengan pala dan cengkeh.(M-3)
PELAKSANAAN Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII di Nusa Tenggara Barat (NTB) membawa dampak signifikan terhadap perputaran ekonomi daerah.
Tasifest, festival di tepi pantai ini bukan sekadar hiburan biasa tapi menjadi daya tarik di bidang pariwisata bagi Timor Leste ini.
Machiko Kennedy baru saja dinobatkan sebagai Puteri Kebudayaan Remaja Indonesia 2025 di ajang nasional yang berlangsung di Yogyakarta.
Benang Merah Festival 2025 akan menyajikan pertunjukkan tari, musik, kelas publik, bazar dan pameran karya, pemutaran dan diskusi film, serta diskusi publik.
Festival Kerukunan di Desa Pabuaran, Kerukunan bukan Proyek Elite
Kementerian Kebudayaan secara resmi menetapkan 17 Desember sebagai Hari Pantun. Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kebudayaan Nomor 163 Tahun 2025 tentang Hari Pantun.
Mengusung konsep "Authentic Indonesian Heritage with a Modern Twist", restoran ini siap memberikan pengalaman bersantap yang elegan, otentik, dan penuh cita rasa.
Restoran yang disulap dari rumah kuno ini menyuguhkan sekitar 150 menu olahan sayur, daging, ikan, serta ayam yang disajikan dengan berbagai cita rasa peranakan Nusantara.
Menyambut Bulan Suci Ramadhan 1446 H, The Sunan Hotel Solo menawarkan paket buka puasa istimewa bertajuk Sunan Ramadhan Iftar Package
Ajang ini menjadi penanda bahwa tim balap sepeda professional Nusantara BYC mulai bebenah diri untuk kembali menjadi tim terbaik di Indonesia.
PAKAR hukum tata negara Yusril Ihza Mahendra memastikan belum terbitnya Keputusan Presiden (Keppres) tentang pemindahan ibu kota tidak akan mengganggu program pembangunan di IKN.
Beragam pantun datang dari penjuru Nusantara, juga negeri tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved