Jumat 24 Maret 2023, 11:46 WIB

Begini Cara Petani Vietnam Berkontribusi untuk Mengurangi Emisi

Adiyanto | Weekend
Begini Cara Petani Vietnam Berkontribusi untuk Mengurangi Emisi

Nhac NGUYEN / AFP
Para petani Vietnam sedang mengolah jerami

 

Beras, makanan pokok bangsa Asia, bertanggung jawab atas sekitar 10% emisi global metana, gas yang selama dua dekade memerangkap panas sekitar 80 kali lebih banyak daripada karbon dioksida. Selain dihasilkan dari sendawa sapi, metana tingkat tinggi juga dihasilkan oleh bakteri yang tumbuh di sawah yang tergenang air dan berkembang jika sisa jerami membusuk di ladang setelah panen.

Menurut para ilmuwan beras tidak dapat diabaikan dalam upaya untuk mengurangi emisi. Hal itulah yang membut Dong Van Canh, petani di Dela Mekong, Vietnam,  tergerak untuk menerapkan teknik pertanian yang ramah lingkungan.

Dulu, di masa kecilnya, Canh sering menyaksikan sawah di desanya dibakar untuk panen berikutnya. Asap pembakaran menghitamkan langit dan membanjiri udara dengan gas rumah kaca.

Canh, yang sekarang berusia 39 tahun, tidak mau membiarkan jerami membusuk di sawah dan ia juga tidak membakarnya, seperti yang dilakukan para orang tua di zaman dulu. Apalagi, ia ingat pengalaman masa kecilnya saat tersedak asap, yang bahkan pernah membuatnya pingsan.

Oeh karena itu, dia kini bergabung dengan gerakan untuk menyingkirkan jerami dari ladang dan mengubahnya menjadi jamur dan pupuk organik, sekaligus mendapat penghasilan sampingan.

"Jika kita bisa mengumpulkan jerami dan menghasilkan uang, kita semua mendapat keuntungan," katanya kepada AFP, sembari menunjukkan gundukan jerami, kotoran sapi, dan sekam padi yang akan segera menjadi makanan bergizi bagi tanaman.

Pengurangan emisi

Program yang diselenggarakan oleh International Rice Research Institute (IRRI) ini,  adalah salah satu program kecil di Vietnam dan sekitarnya yang mencoba untuk terus mengurangi emisi metana dari produksi pertanian, khususnya padi.

Gerakan ini bukanlah hal baru.  Dua tahun lalu, sekitar 100 negara telah menandatangani Ikrar Metana Global dan setuju untuk mengurangi emisi sebesar 30% dari kondisi tahun 2020, pada 2030 mendatang.

Beberapa produsen beras terbesar dunia, termasuk india, Bangladesh, dan Vietnam, ikut serta dalam gerakan ini, namun dua negara terbesar, Tiongkok dan India, tidak ikut menandatangani kesepakatan tersebut.

Di Vietnam, saat musim panen hampir berakhir, para petani mendorong gerobak yang penuh dengan jerami yang nantinya akan direndam dan ditata untuk menanam jamur merang.

Setelah jamur siap, mereka akan dijual sebelum petani mengambil kembali jerami dan menyalurkannya ke dalam mesin pengomposan. Dua bulan kemudian, jerami ini akan siap dan dapat dijual lagi dengan harga sekitar 15 sen per kilogram (2,2 pon).

"Dulu beberapa petani melakukan ini secara manual tetapi membutuhkan terlalu banyak tenaga kerja dan biayanya tinggi. Sekarang kami telah memangkas setengah biaya dan kami akan memperluas untuk memenuhi permintaan pasar," kata Le Dinh Du, seorang petani yang juga mengepalai dinas perlindungan tanaman kabupaten setempat.

Bakteri penghasil metana

Kementerian Lingkungan Hidup Vietnam mengatakan beras beririgasi menyumbang hampir setengah dari emisi metana pada tahun 2019.

“Pengelolaan jerami yang ramah iklim telah diperkenalkan dan disebarkan secara luas kepada petani dan pejabat pertanian di seluruh negeri, “  demikian menurut CGIAR, pusat penelitian pertanian internasional.

Namun, apakah praktek ini sudah dilakukan sepenuhnya, tidak jelas.  Tahun lalu, Bank Dunia mengatakan lebih dari 80%  jerami padi di Delta Mekong masih dibakar di ladang setelah panen.

“Oleh karena itu, kebutuhan untuk mencari solusi sangat mendesak. Tidak seperti tanaman lainnya, sawah memiliki lapisan genangan air, sehingga tidak ada pertukaran udara antara tanah dan atmosfer,“ jelas Bjoern Ole Sander, ilmuwan senior IRRI di Hanoi.

Dengan kondisi ini berarti bakteri yang berbeda aktif dalam beras, dibandingkan dengan gandum atau jagung. "Dan bakteri ini memakan bahan organik dan menghasilkan metana," katanya.

Selain pengelolaan jerami, IRRI mengatakan skema lain yang disebut Alternate Wetting and Drying (AWD), yang melibatkan pemecahan genangan air untuk mengisi kembali oksigen dan mengurangi bakteri penghasil metana, juga dapat membantu mengurangi emisi.

Cara ini telah dipraktekan di lebih dari 200.000 hektar (494.210 acre) lahan tanam padi di provinsi An Giang di Delta Mekong. CGIAR mengatakan hal itu telah membuat perbedaan yang signifikan.

Bagi para petani Mekong yang telah melakukan cara ini, ada kebanggaan dalam berkontribusi pada pertanian yang lebih berkelanjutan sekaligus mendapatkan hasil maksimal dari hasil panen mereka.

"Kami menjalani kehidupan yang sulit," kata Canh. "Tapi begitu kami menyadari bagaimana memanfaatnya, segalanya menjadi lebih mudah." (AFP/M-3)

Baca Juga

Dok CD Projekt Red

Serial Gim The Witcher Terlaris Sepanjang Masa

👤Rahmatul Fajri 🕔Selasa 30 Mei 2023, 17:23 WIB
Pengembang gim The Witcher, CD Projekt Red (CDPR), mengungkapkan video gim The Witcher telah terjual lebih dari 75 juta...
Dok. Sikkola Rakyat

Sikkola Rakyat, Program Mahasiswa USU untuk Pendidikan Warga tak Mampu

👤Nike Amelia Sari 🕔Selasa 30 Mei 2023, 12:29 WIB
Saat ini, Sikkola Rakyat Indonesia telah memiliki 40 anak didik yang terdiri dari anak putus sekolah, anak SD dan SMP, 3 rumah belajar...
situs inverrestaurant.co.uk

Mengenal Michelin Green Star, Penghargaan Bergengsi untuk Restoran Ramah Lingkungan

👤Devi Harahap 🕔Selasa 30 Mei 2023, 12:00 WIB
Pada tahun pertama penghargaan ini, hanya 23 restoran yang berhasil meraih Michelin Green Star, salah satunya di Skotlandia yaitu...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya