Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
Hampir sepanjang hidup mereka, anak-anak di Distrik Al-Khalifa, Kairo, Mesir hanya dapat melihat mausoleum (bangunan atau monumen di dekat makam) dan bangunan-bangunan tua lainnya yang ada di lingkungan mereka dari luar pintu pagar.
Di salah satu kota Islam tertua di dunia itu, warga menjadi semakin terpisah dari bangunan berusia berabad-abad yang berada di lingkungan tempat tinggal mereka. Hal ini mendorong arsitek dan pakar manajemen cagar budaya, May al-Ibrashy, untuk meluncurkan program restorasi guna menumbuhkan rasa memiliki atas warisan sejarah tersebut .
Mereka percaya rasa memiliki merupakan bagian integral untuk melindungi bangunan tua. "Pertama kali kami membuka monumen warisan itu untuk anak-anak, mereka sangat gembira," kata Ibrashy. "Setiap hari mereka lewat di depan situs bersejarah ini, tapi tidak pernah diizinkan masuk".
Prakarsa Athar Lina, yang namanya berarti "monumen milik kita" dalam bahasa Arab, telah membuat lokakarya, tur, dan kamp liburan musim panas di Ibu Kota Mesir itu sejak 2012.
Setelah bertahun-tahun perlahan-lahan mendapatkan kepercayaan melalui program anak-anak - termasuk tanggal bermain di masjid abad kesembilan yang terkenal di Ibnu Tulun (salah satu yang tertua di Afrika), Athar Lina memperluas lokakarya untuk menyertakan orang dewasa.
Di salah satu bangunan pertama yang direnovasi Athar Lina atas permintaan masyarakat -- sebuah masjid yang belum selesai yang sekarang menjadi Pusat Komunitas Al-Khalifa -- suara anak-anak yang sedang bermain, terdengar bergema, sementara ibu mereka belajar keterampilan menyulam.
Di pinggiran megacity Kairo yang luas, makam kuno, piramida, dan kuil bertebaran di tepi gurun.
“Namun, sejak 1980-an, pihak berwenang dengan alasan melindungi monumen menjaga tempat itu dengan menguncinya,” kata ahli konservasi dan warisan budaya Omniya Abdel Barr.
"Gagasan ini berakar pada kepercayaan abad ke-19 bahwa orang Mesir tidak pantas mendapatkan warisan mereka. Anda harus membangun pagar atau mereka akan merusaknya", tambahnya.
Para ahli khawatir generasi muda tumbuh terasing dari warisan sejarah mereka.
"Kami memperhatikan bahwa generasi yang lebih tua tahu lebih banyak tentang monumen dan memiliki hubungan yang jauh lebih dalam dengan bangunan-bangunan itu, karena mereka memiliki semua kenangan masa kecil yang tidak dimiliki anak-anak saat ini," kata Ibrashy.
Abdel Barr mengatakan mendukung proyek ini seperti menciptakan kenangan masa kecil dan mengorganisir acara komunitas membantu membuat orang merasa menjadi bagian dari bangunan tersebut.
Komunitas adalah jiwa
Salah satu contoh perubahannya adalah bangunan abad ke-17 Beit Yakan, yang dahulu dikenal secara lokal sebagai "tempat pembuangan sampah".
Bangunan bersejarah yang nyaris runtuh itu digunakan oleh seorang tukang daging sebagai rumah jagal. Tapi, Alaa Habashi, profesor arsitektur dan pelestarian sejarah di Universitas Menoufia Mesir, membeli gedung itu pada 2009 dan menghabiskan satu dekade untuk mengubahnya menjadi ruang komunitas.
Saat ini halamannya yang elegan telah dipugar. Angin sepoi-sepoi bertiup melalui tanaman di bawah jendela berkisi-kisi, menemani peserta lokakarya kerajinan yang diadakan di tempat itu. “Halaman seperti itu memainkan peran sosial dan ekonomi yang penting sebagai pusat komunitas,” kata Habashi.
Habashi mengatakan pernah ada sekitar 600 bangunan bersejarah dengan halaman yang sama -- semuanya dibangun menghadap barat laut untuk menangkap angin yang sejuk, tetapi hanya 24 yang dilindungi sebagai warisan sejarah. "Sisanya, yang masih berdiri, entah bagaimana keadaannya.Setiap hari, ada saja yang dirobohkan," ujarnya.
Habashi memperingatkan hilangnya warisan sejarah semacam itu tidak dapat diperbaiki. “Bangunan ini hanya raganya, tapi masyarakat lah yang menjadi jiwanya,” ujar dia.
"Hanya sedikit tempat di mana orang bisa berkumpul, jauh dari apartemen mereka yang sempit, dan jalanan padat," kata Abdel Barr. Pakar konservasi dan warisan budaya itu berharap bangunan-bangunan tua bisa membantu memecahkan masalah modern.
"Mereka dapat mencari ketenangan ke lingkungan semacam ini. Saya ingin bangunan-bangunan itu menjadi tempat di mana kaum ibu dapat membawa anak-anak mereka dan duduk di taman." (AFP/M-3)
"Harta karun" sejarah apa yang tersimpan di dalamnya? Yuk, kenali sejarah lewat museum dengan nonton video ini sampai habis!
Kebaya merupakan busana tradisional Indonesia yang memiliki hubungan erat dengan Raden Ajeng Kartini, atau yang lebih dikenal sebagai Kartini.
peninggalan kerajaan majapahit yang berupa candi, prasasti hingga kitab yang berisikan informasi tentang kerajaan majapahit kala itu
peninggalan kerajaan Kutai dalam berbagai bentuk benda bersejarah dan tempat-tempat istimewa yang masih terjaga
sandi morse, bentuk komunikasi klasik yang masih digunakan hingga kini, umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan rahasia
Aksara Bali ini adalah salah satu aksara atau tulisan tradisional yang masih berkembang di Indonesia, khususnya di Pulau Dewata.
Sejumlah tungku Romawi yang terbuat dari bata lumpur dan tembok besar peninggalan zaman Akhir Mesir Kuno baru-baru ini ditemukan di Avenue of Sphinxes di Kota Luxor, Mesir.
Menurut Otoritas Barang Antik Israel (IAA), temuan itu diidentifikasi sebagai konstruksi kerajaan periode Kuil Pertama (abad 10-6 SM) serta yang paling indah dan mengesankan hingga saat ini.
Dalam kasus Stonehenge yang dibangun sekitar 5.000 tahun lalu di Dataran Salisbury di barat daya Inggris, amplifikasi dapat membantu komunikasi dan meningkatkan suara musik.
Meskipun posisi sinistral pedang masih agak membingungkan, satu teori ialah Viking menganggap akhirat sebagai bayangan cermin dari dunia nyata.
Dionysus dikatakan telah menyembunyikan identitas dan kekuatan sesungguhnya. Daskyleion terletak di tepi Danau Manyas di Distrik Bandirma, Balikesir.
Kapal itu diluncurkan pada 1927 dan dilengkapi dengan sembilan senjata 15 sentimeter. Panjangnya 570 kaki (174 meter) dan bisa mencapai kecepatan tertinggi 32 knot (37 mph atau 59 km
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved