Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Khawatir Perang Nuklir, Warga Kanada Berbondong Kunjungi Bunker Sisa Era Perang Dingin

Adiyanto
22/2/2023 12:02
Khawatir Perang Nuklir, Warga Kanada Berbondong Kunjungi Bunker Sisa Era Perang Dingin
Lorong di sebuah bunker di Kanada yang dibangun di era Perang Dingin(Lars Hagberg / AFP)

KONFLIK Rusia-Ukraina dikhawatirkan meluas dan berpotensi memicu perang nuklir. Hal ini membuat warga Kanada yang merasa khawatir,  kini tertarik mengunjungi sebuah bunker yang dibangun di era Perang Dingin pada beberapa dekade lalu.

Tentu saja bunker yang terletak di lereng bukit di pinggiran ibu kota Kanada itu sudah tidak lagi berfungsi lantaran telah dijadikan museum. Kendati demikian, di bunker itu masih ada beberapa ruangan yang dulunya memang dipersiapkan seandainya perang dingin antara blok Barat yang dipimpin AS melawan Rusia dan sekutunya, pecah menjadi perang terbuka yang melibatkan senjata pemusnah massal (nuklir).

Di bunker itu, misalnya, ada sebuah ruang klinik medis, lemari besi untuk menyimpan emas batangan, studio radio, dan ruangan kosong untuk perdana menteri. Ada pula terowongan menuju pancuran untuk mencuci seandainya terpapar radiasi.

Pemandu wisata  di museum itu, Graham Wheatley, dengan jelas mengenang rasa takut akan kehancuran nuklir di masa mudanya.  "Ada kecemasan secara umum," kata Janet Fisher, salah seorang pengunjung.

"Ketika Rusia menginvasi Ukraina, kami memiliki banyak pertanyaan dari publik apakah museum ini masih berfungsi sebagai tempat perlindungan," kata Christine McGuire, direktur eksekutif museum itu, seperti dilansir AFP, Rabu (23/2).

"Ketakutan itu masih sangat nyata. Kecemasan kembali muncul. Kita melihat sisa-sisa Perang Dingin dengan ketegangan global yang terjadi saat ini," imbuhnya.

Pada Selasa (21/2), Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan negaranya akan menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian baru mengenai senjata nuklir dengan Amerika Serikat, meskipun kementerian luar negeri Rusia kemudian mengatakan masih berencana untuk mematuhi aturan tersebut.

Sebagai pengingat

Bungker bawah tanah seluas 100.000 kaki persegi (9.300 meter persegi) itu dibangun antara tahun 1959 dan 1961 untuk menampung lebih dari 500 warga sipil, militer, dan pejabat pemerintah Kanada agar tetap bisa menjalankan pemerintahan setelah serangan nuklir, seandainya kala itu perang betul-betul terjadi.

“Setelah 30 hari, ketika radiasi diperkirakan turun ke tingkat yang lebih aman, beberapa orang yang beruntung akan dipilih untuk pergi ke atas untuk melihat seperti apa dunia pasca-apokaliptik kita dan bagaimana kita akan membangun kembali negara ini," kata McGuire, menjelaskan skenario seandainya dulu terjadi serangan nuklir.

Pos terdepan yang sangat rahasia, dibentuk oleh perdana menteri saat itu John Diefenbaker, secara resmi disebut Markas Besar Pemerintah Darurat Pusat atau CEGHQ Carp, sesuai dengan kota tempatnya berada.

Bunker ini dinonaktifkan pada tahun 1991 pada akhir Perang Dingin, dan dibuka kembali sebagai museum pada tahun 1998. Sejak itu, museum ini didatangi sekitar 70 ribu  pengunjung setiap tahun. McGuire mengatakan keberadaan museum ini tetap penting sebagai pengingat seberapa dekat kita semua dengan pemusnahan global selama Perang Dingin.

Bunker ini bukan satu-satunya yang ada di Kanada. Di negara itu, setidaknya ada sekitar 2.000 bunker yang dibangun pemerintah maupun swasta pada permulaan era Perang Dingin. Jumlah ini, menurut perkiraan Andrew Burtch, seorang sejarawan Perang Dingin di Museum Perang Kanada, cuma lebih sedikit daripada di Amerika Serikat atau Eropa.

"Perang Dingin ketika itu memicu momok pemusnahan massal akibat kekhawatiran penggunaan senjata nuklir. Jadi pemerintah di seluruh dunia harus memikirkan cara terbaik untuk mempersiapkan serangan itu dan bagaimana mengoordinasikan respons terhadapnya," kenangnya.

"Solusi yang diambil banyak negara adalah  membangun fasilitas bawah tanah untuk melindungi dari efek utama bom nuklir, baik itu ledakan, radiasi, atau hawa panas yang ditimbulkannya."

Kanada ketika itu berencana untuk menangani dampak radioaktif, tetapi tidak terlalu khawatir dengan ancaman serangan langsung di kota-kota mereka, seandainya perang nuklir saat itu meletus.

“Harapannya ketika adalah bahwa Rusia tidak akan menggunakan bom atau rudal mereka di Kanada, tapi menjatuhkannya di Amerika Serikat,” jelas Burtch. Seperti kita tahu, wilayah Kanada sangat dekat dan berbatasan dengan Amerika Serikat. Dapat dimaklumi jika mereka khawatir seandainya perang nuklir ketika itu betul-betul terjadi. Begitu pun dengan kekhawatiran yang dialami warga saat ini. (AFP/M-3)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya