Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
KONFLIK Rusia-Ukraina dikhawatirkan meluas dan berpotensi memicu perang nuklir. Hal ini membuat warga Kanada yang merasa khawatir, kini tertarik mengunjungi sebuah bunker yang dibangun di era Perang Dingin pada beberapa dekade lalu.
Tentu saja bunker yang terletak di lereng bukit di pinggiran ibu kota Kanada itu sudah tidak lagi berfungsi lantaran telah dijadikan museum. Kendati demikian, di bunker itu masih ada beberapa ruangan yang dulunya memang dipersiapkan seandainya perang dingin antara blok Barat yang dipimpin AS melawan Rusia dan sekutunya, pecah menjadi perang terbuka yang melibatkan senjata pemusnah massal (nuklir).
Di bunker itu, misalnya, ada sebuah ruang klinik medis, lemari besi untuk menyimpan emas batangan, studio radio, dan ruangan kosong untuk perdana menteri. Ada pula terowongan menuju pancuran untuk mencuci seandainya terpapar radiasi.
Pemandu wisata di museum itu, Graham Wheatley, dengan jelas mengenang rasa takut akan kehancuran nuklir di masa mudanya. "Ada kecemasan secara umum," kata Janet Fisher, salah seorang pengunjung.
"Ketika Rusia menginvasi Ukraina, kami memiliki banyak pertanyaan dari publik apakah museum ini masih berfungsi sebagai tempat perlindungan," kata Christine McGuire, direktur eksekutif museum itu, seperti dilansir AFP, Rabu (23/2).
"Ketakutan itu masih sangat nyata. Kecemasan kembali muncul. Kita melihat sisa-sisa Perang Dingin dengan ketegangan global yang terjadi saat ini," imbuhnya.
Pada Selasa (21/2), Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan negaranya akan menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian baru mengenai senjata nuklir dengan Amerika Serikat, meskipun kementerian luar negeri Rusia kemudian mengatakan masih berencana untuk mematuhi aturan tersebut.
Sebagai pengingat
Bungker bawah tanah seluas 100.000 kaki persegi (9.300 meter persegi) itu dibangun antara tahun 1959 dan 1961 untuk menampung lebih dari 500 warga sipil, militer, dan pejabat pemerintah Kanada agar tetap bisa menjalankan pemerintahan setelah serangan nuklir, seandainya kala itu perang betul-betul terjadi.
“Setelah 30 hari, ketika radiasi diperkirakan turun ke tingkat yang lebih aman, beberapa orang yang beruntung akan dipilih untuk pergi ke atas untuk melihat seperti apa dunia pasca-apokaliptik kita dan bagaimana kita akan membangun kembali negara ini," kata McGuire, menjelaskan skenario seandainya dulu terjadi serangan nuklir.
Pos terdepan yang sangat rahasia, dibentuk oleh perdana menteri saat itu John Diefenbaker, secara resmi disebut Markas Besar Pemerintah Darurat Pusat atau CEGHQ Carp, sesuai dengan kota tempatnya berada.
Bunker ini dinonaktifkan pada tahun 1991 pada akhir Perang Dingin, dan dibuka kembali sebagai museum pada tahun 1998. Sejak itu, museum ini didatangi sekitar 70 ribu pengunjung setiap tahun. McGuire mengatakan keberadaan museum ini tetap penting sebagai pengingat seberapa dekat kita semua dengan pemusnahan global selama Perang Dingin.
Bunker ini bukan satu-satunya yang ada di Kanada. Di negara itu, setidaknya ada sekitar 2.000 bunker yang dibangun pemerintah maupun swasta pada permulaan era Perang Dingin. Jumlah ini, menurut perkiraan Andrew Burtch, seorang sejarawan Perang Dingin di Museum Perang Kanada, cuma lebih sedikit daripada di Amerika Serikat atau Eropa.
"Perang Dingin ketika itu memicu momok pemusnahan massal akibat kekhawatiran penggunaan senjata nuklir. Jadi pemerintah di seluruh dunia harus memikirkan cara terbaik untuk mempersiapkan serangan itu dan bagaimana mengoordinasikan respons terhadapnya," kenangnya.
"Solusi yang diambil banyak negara adalah membangun fasilitas bawah tanah untuk melindungi dari efek utama bom nuklir, baik itu ledakan, radiasi, atau hawa panas yang ditimbulkannya."
Kanada ketika itu berencana untuk menangani dampak radioaktif, tetapi tidak terlalu khawatir dengan ancaman serangan langsung di kota-kota mereka, seandainya perang nuklir saat itu meletus.
“Harapannya ketika adalah bahwa Rusia tidak akan menggunakan bom atau rudal mereka di Kanada, tapi menjatuhkannya di Amerika Serikat,” jelas Burtch. Seperti kita tahu, wilayah Kanada sangat dekat dan berbatasan dengan Amerika Serikat. Dapat dimaklumi jika mereka khawatir seandainya perang nuklir ketika itu betul-betul terjadi. Begitu pun dengan kekhawatiran yang dialami warga saat ini. (AFP/M-3)
AMERIKA Serikat (AS) dilaporkan kembali menempatkan senjata nuklir di Inggris untuk pertama kali sejak hampir dua dekade terakhir.
IRAN menganggap senjata nuklir tidak manusiawi dan dilarang secara agama. Memiliki senjata nuklir dapat menempatkan Teheran dalam posisi yang lebih rapuh.
PARA pemimpin negara-negara anggota G7 menyerukan agar ketegangan di Timur Tengah segera diredakan. G7 menyatakan sikap bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir.
INDIA dan Pakistan kembali terlibat dalam saling tuduh, kali ini terkait pengelolaan senjata nuklir. Ketegangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah gencatan senjata
Militer India mengatakan serangan itu hanya menargetkan teroris dan kamp pelatihan teroris dua kelompok militan, namun Pakistan membantah hal itu.
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengutuk serangan India, yang terjadi pada Rabu (7/5) dini hari waktu setempat, dan berjanji bahwa Pakistan akan merespons dengan tegas.
AOL menghentikan layanan internet dial up yang akan berakhir pada 30 September 2025 di AS dan Kanada.
Alex de Minaur memperpanjang kemenangan beruntun menjadi tujuh laga usai kalahkan Frances Tiafoe di babak 16 besar Toronto Masters.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara resmi menandatangani perintah baru pada Kamis malam waktu setempat Jumat (1/8).
DUNIA semakin bersatu untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina, terutama dari negara Barat.
Menyusul langkah Prancis dan Inggris, Kanada juga akan mengumumkan pengakuan Negara Palestina pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) September mendatang.
Kedutaan Besar Israel mengkritik langkah Kanada untuk mengakui negara Palestina pada September mendatang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved