MESKI diwajibkan untuk dihindari oleh para dokter, ada saja ibu hamil yang nekat tetap mengkonsumsi alkohol. Jika Anda termasuk yang demikian, sudah saatnya sebuah studi baru dari peneliti Belanda yang diterbitkan di jurnal Human Reproduction.
Studi itu menunjukkan jika alkohol yang diminum seorang ibu sebelum dan selama kehamilan dapat menentukan bentuk wajah anak mereka. Hal itu sudah terjadi jika sang ibu hanya minum satu gelas wine ukuran medium (175ml) atau bir 12 ons atau sekitar 354ml seminggu.
Mereka menambahkan bahwa temuan baru ini berkorelasi dengan kesehatan. Sebab, bentuk wajah anak dapat menjadi indikasi masalah kesehatan dan perkembangan neurologis.
Dengan minum alkohol selama kehamilan, anak dapat mengalami fetal alcohol spectrum disorder (FASD). Ini adalah kombinasi dari defisit perkembangan, gangguan neurologis, dan perkembangan wajah yang tidak normal.
Melansir dari situs Study Finds, Rabu (15/2) perubahan umum pada wajah dapat mencakup ujung hidung yang naik, hidung yang pendek, dagu yang keluar, dan kelopak mata bawah yang masuk. Gejala yang berhubungan dengan kesehatan termasuk gangguan kognitif, attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), kesulitan belajar, masalah ingatan, masalah perilaku, dan keterlambatan bicara dan bahasa.
FASD sudah diketahui sebagai konsekuensi dari kebiasaan minum ibu selama kehamilan, dengan kaitan khusus dengan minuman keras. Namun, hingga saat ini, masih sedikit yang diketahui tentang pengaruh konsumsi alkohol rendah terhadap perkembangan wajah anak dan kesehatan mereka di masa depan.
“Saya akan menyebut wajah sebagai 'cermin kesehatan' karena mencerminkan kesehatan keseluruhan seorang anak. Paparan anak terhadap alkohol sebelum lahir dapat memiliki efek buruk yang signifikan pada perkembangan kesehatannya dan, jika seorang ibu secara teratur minum dalam jumlah besar, hal ini dapat menyebabkan gangguan spektrum alkohol janin, FASD, yang tercermin pada wajah anak-anak, ”tambah Gennady Roshchupkin, asisten profesor dan pemimpin kelompok biologi populasi komputasional di Erasmus Medical Center di Belanda.
Peneliti menggunakan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dan pembelajaran mendalam untuk menemukan hal ini. Mereka menganalisis gambar 3D anak-anak yang diambil pada usia sembilan dan 13 tahun. Ada lebih dari 3.000 gambar anak berusia sembilan tahun dan hampir 2.500 gambar anak berusia 13 tahun.
Anak-anak tersebut adalah bagian dari Studi Generasi R di Belanda, sebuah studi berbasis populasi yang sedang berlangsung terhadap wanita hamil dan anak-anak mereka sejak kehidupan janin dan seterusnya. Bayi-bayi itu lahir antara Januari 2006 dan April 2009.
"Oleh karena itu, sangat penting untuk menekankan bahwa tidak ada tingkat konsumsi alkohol yang aman selama kehamilan dan disarankan untuk berhenti minum alkohol bahkan sebelum kehamilan untuk memastikan hasil kesehatan yang optimal bagi ibu dan janin yang sedang berkembang,” Prof. Roshchupkin menyimpulkan. (M-1)