Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Sebagian Besar Klaim Kesehatan pada Susu Formula Bayi tidak Didukung Bukti Ilmiah

Adiyanto
16/2/2023 09:11
Sebagian Besar Klaim Kesehatan pada Susu Formula Bayi tidak Didukung Bukti Ilmiah
ilustrasi: Minum Susu(dok: MI)

Sebagian besar klaim kesehatan yang digunakan untuk mengiklankan susu formula bayi di seluruh dunia tidak didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Demikian menurut sebuah penelitian yang dipaparkan pada Kamis (16/2). Para peneliti terkemuka itu mendesak susu pengganti ASI dijual dalam kemasan polos alias tanpa klaim-klaim berlebihan.

Studi tersebut muncul seminggu setelah sekelompok dokter dan ilmuwan menyerukan tindakan tegas terhadap industri susu formula yang menurut mereka mengeksploitasi ketakutan orang tua baru untuk meyakinkan mereka agar tidak menyusui.

Padahal menyusui diakui secara luas memiliki manfaat kesehatan yang besar bagi bayi. Organisasi Kesehatan Dunia dan Pusat Pengendalian Penyakit di AS sangat merekomendasikan menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi yang baru lahir. Namun, menurut WHO, rekomendasi itu diikuti oleh kurang dari separuh bayi secara global.

Daniel Munblit, dosen senior kehormatan di Imperial College London dan penulis studi baru tersebut, mengatakan para peneliti tidak melakukan "perang” melawan produsen susu formula.  Menurut mereka itu menjadi pilihan bagi paara ibu yang tidak dapat atau memilih untuk tidak menyusui.

"Tapi kami sangat menentang pemasaran susu formula yang tidak tepat, yang memberikan klaim menyesatkan yang tidak didukung oleh bukti kuat," kata Munblit kepada AFP.

Munblit dan tim peneliti internasional mengamati klaim kesehatan yang dibuat untuk 608 produk di situs web perusahaan susu formula di 15 negara, termasuk Amerika Serikat, India, Inggris, dan Nigeria.

Klaim yang paling umum adalah bahwa susu formula mendukung perkembangan otak, memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan secara lebih luas membantu pertumbuhan.

Setengah dari produk tidak mengaitkan manfaat kesehatan yang diklaim dengan bahan tertentu, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal BMJ itu. Sementara tiga perempat lainnya tidak mengacu pada bukti ilmiah yang mendukung klaim mereka.

Dari mereka yang memberikan referensi ilmiah, lebih dari setengahnya merujuk pada ulasan, opini, atau penelitian tentang hewan. Hanya 14% produk yang merujuk pada uji klinis terdaftar pada manusia. Namun 90% dari uji coba tersebut memiliki risiko bias yang tinggi, termasuk data yang hilang atau temuan yang tidak mendukung klaim tersebut, kata studi tersebut.

“Dan hampir 90% uji klinis dilakukan oleh penulis yang menerima dana dari atau memiliki ikatan dengan industri susu formula, “ kata para peneliti tersebut.

Kemasan polos

Bahan yang paling sering dikutip adalah asam lemak tak jenuh ganda, yang terdapat dalam ASI dan dianggap penting untuk perkembangan otak. “Namun tidak ada bukti manfaat tambahan apa pun saat bahan tersebut ditambahkan ke susu formula bayi, “ menurut tinjauan sistematis Cochrane.

Munblit mengatakan klaim kesehatan sebagian besar digunakan oleh para produsen untuk mengiklankan produk susu formula premium, yang bisa membuat  orang tua bimbang antara percaya bahwa bahan-bahan itu penting tetapi tidak mampu membelinya.

Saat ditanya apa yang menurutnya perlu dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, Munblit menjawab singkat. “Kemasan polos,” katanya. Maksud dia tanpa klaim atau janji-janji belebihan.

Studi tersebut muncul setelah serangkaian makalah yang diterbitkan dalam jurnal Lancet minggu lalu menyerukan kepada pembuat kebijakan global untuk mengakhiri pemasaran formula yang eksploitatif.

Spesialis kesehatan bayi WHO Nigel Rollins, seorang penulis salah satu makalah Lancet, mengatakan orang tua umumnya tidak memiliki waktu untuk memeriksa klaim dengan benar  tentang susu formula.

Studi baru menunjukkan bahwa "pemerintah dan otoritas regulasi harus memberikan waktu dan perhatian yang diperlukan untuk meninjau klaim produk susu formula," kata Rollins dalam editorial terkait BMJ. (AFP/M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya